Anda di halaman 1dari 17

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : HENDRA SAPUTRA…………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 031084468……………….……………………………………………………..

Tanggal Lahir : 21 MEI 1980……………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4305.19/ HUKUM PIDANA INTERNASIONAL..............

Kode/Nama Program Studi : HKUM4305.19/ FHISIP/ ILMU HUKUM S.1………………………..

Kode/Nama UPBJJ : 013/ UT BATAM………………………………………………………………..

Hari/Tanggal UAS THE : JUM’AT/ 31 DESEMBER 2021………………………………………….…

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : …HENDRA SAPUTRA……………………………………………………..


NIM : ………031084468………….………………………………………………..
Kode/Nama Mata Kuliah : …HKUM4305.19/Hukum Pidana Internasional……………..
Fakultas : …………………FHISIP. ILMU HUKUM.………………………………..
Program Studi : ……FHISIP ………………...…………………………………………………..
UPBJJ-UT : …………………013/ UT BATAM……..……………………………………

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
BATAM., 31 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

HENDRA SAPUTRA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. A. Majelis Umum PBB membentuk sebuah panitia persiapan untukpembentukan International Criminal
Court pada tahun 1950, Committee on International Criminal Jurisdiction yang bertugas untuk menyiapkan
Statuta ICC.1 Pada perkembangannya, panitia ini tidak berjalan baik dikarenakan adanya Perang Dingin.
Pada tahun 1989, wacana untuk membentuk ICC kembali di dengungkan. Trinidad dan Tobago dalam
sidang Komite IV Majelis Umum PBB yang mengatasi masalah hukum, mengusulkan kembali wacana
tersebut. Trinidad dan Tobago mengusulkan agar diaktifkannya kembali International Law Commission (ILC)
untuk menyusun rancangan Statuta ICC. International Criminal Court (ICC) atau yang dikenal dengan
Pengadilan Pidana Internasional adalah lembaga peradilan permanen yang melakukan investigasi dan
pengadilan terhadap individu atas kejahatan serius seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan
kejahatan perang seperti hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya mengenai yurisdiksi dari Statuta Roma.
Dalam menjalankan fungsinya, ICC hanya bertindak pada kasus-kasus kejahatan serius di negara yang tidak
mau dan tidak mampu untuk mengadili kejahatan serius yang dimaksud.
Prinsip ini dikenal dengan “the principle of complementarity” . Dalam argumen M. El Zeidy, prinsip salang
melengkapi dalam hukum pidana internasional mensyaratkan eksistensi sistem peradilan pidana nasional
dan internasional yang berfungsi untuk mengatasi kejahatan-kejahatan hukum internasional. Artinya, ICC
menangani proses peradilan hukum ketika sistem nasional gagal melakukannya, maka sistem internasional
mengintervensi dan memastikan bahwa para pelaku tidak tak terhukum.
Kontribusi ICC pada humanitarian action, pada prinsipnya memiliki berbagai
tujuan, diantaranya:
1. Bertindak sebagai pencegah terhadap orang yang berencana melakukan kejahatan serius menurut hukum
internasional;
2. Mendesak para penuntut nasional yang bertanggungjawab secara mendasar untuk mengajukan mereka
yang bertanggungjawab terhadap kejahatan ini ke pengadilan untuk melakukannya;
3. Mengusahakan supaya para korban dan keluarganya bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan
keadilan dan kebenaran, dan memulai proses rekonsiliasi;
Untuk kasus Darfur, melalui sidang Dewan Keamanan PBB, ICC membawa kasus Sudan Selatan ke ranah hukum.
Pada bulan November 2005, pemerintah Sudan mengeluarkan keputusan dengan mendirikan dua pengadilan baru
yang khusus mengenai pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Pemerintah menambahkan pula
beberapa komite seperti The Center for The Elimination of Violence Against Women dan para ahli hukum untuk
menangani kejahatan terhadap kemanusiaan. ICC terus berusaha untuk mengumpulkan bukti dan data yang
dibutuhkan untuk pengajuan perkara. Mereka yang dianggap paling bertanggung jawab atas kasus ini adalah
Ahmad Harun, Ali Kushayb, dan kelompok Janjaweed. Konflik Darfur, tidak hanya Presiden Bashir yang dinvestigasi
oleh ICC tetapi ada juga Ahmad Muhammad Harun mantan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Urusan
Kemanusiaan.
Perintah penangkapan dikeluarkan pada tanggal 2 Mei 2007. Ali Muhammad Ali Abd-al Rahman pemimpin
Janjaweed, yang diperintahkan ditangkap pada tanggal 2 Mei 2007.

B.
Pada tahun 1948, Konvensi Genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan genosida sebagai "tindakan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, kelompok nasional, etnis, ras
atau agama, seperti" termasuk pembunuhan anggotanya, menyebabkan kerusakan fisik atau mental yang serius.
menyakiti anggota kelompok, dengan sengaja memaksakan kondisi hidup yang berusaha untuk "mengakibatkan
kehancuran fisiknya secara keseluruhan atau sebagian", mencegah kelahiran, atau memindahkan secara paksa anak-
anak dari kelompok ke kelompok lain. Korban menjadi sasaran karena keanggotaan mereka yang nyata atau yang
dirasakan dari suatu kelompok, bukan secara acak.
Menyebabkan cedera fisik atau mental yang serius
 Dengan  sengaja menimbulkan kondisi yang diperhitungkan untuk menghancurkan
 Membunuh anggota kelompok
Kejahatan terhadap kemanusiaan :
 Pemusnahan
 Pemindahan paksa
 Tindakan tidak manusiawi
 Pemenjaraan
 Pembunuhan
 Penganiayaan
 Pemerkosaan
 Penyiksaan
Kejahatan perang :
 Serangan terhadap warga sipil
 Penghancuran properti
 Pembunuhan
 Kemarahan atas martabat
 Penjarahan
 Pemerkosaan
C. Demonstrasi besar-besaran di beberapa negara Arab memicu terjadinya perang saudara antar warga. Hal ini
menjadi perhatian khusus PBB sebagai organisasi internasional yang bersifat global untuk turut serta intervensi
terhadap konflik yang terjadi disertai dengan membuat resolusi. Kasus-kasus ini menggugat kembali legitimasi hukum
internasional terutama organisasi internasional seperti PBB. Dalam penelitian ini menguraikan mengenai legitimasi
resolusi Dewan Keamanan PBB, dan kemudian menerapkannya dengan menganalisa konflik yang terjadi di Darfur.
PBB merupakan organisasi internasional publik yang merupakan subjek hukum internasional, sehingga kebijakan
publik yang dihasilkan menjadi mengikat secara hukum bagi negara-negara anggota berdasarkan collective
legitimation. Dalam penerapan collective legitimation ini dalam prakteknya seringkali tidak sesuai dengan nilai
moralitas bahkan banyak ditentang seperti pada kasus konflik di Darfur yang pemerintahannya secara terang-
terangan menolak isi resolusi yang dikeluarkan PBB
2.
A. Pasal 8 Kejahatan Perang
1. Mahkamah mempunyai jurisdiksi berkenaan dengan kejahatan perang pada khususnya apabila dilakukan
sebagai bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu pelaksanaan secara besar-
besaran dari kejahatan tersebut.
2. Untuk keperluan Statuta ini, “kejahatan perang” berarti:
a) Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa tertanggal 12 Agustus 1949, yaitu masing-masing dari
perbuatan berikut ini terhadap orang-orang atau hak-milik yang dilindungi berdasarkan ketentuan Konvensi
Jenewa yang bersangkutan:
b) Pembunuhan yang dilakukan dengan sadar;
c) Penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, termasuk percobaan biologis;
d) Secara sadar menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau kesehatan;
e) Perusakan meluas dan perampasan hak-milik, yang tidak dibenarkan oleh kebutuhan militer dan dilakukan
secara tidak sah dan tanpa alasan;
f) Memaksa seorang tawanan perang atau orang lain yang dilindungi untuk berdinas dalam pasukan dari suatu
Angkatan Perang lawan;
g) Secara sadar merampas hak-hak seorang tawanan perang atau orang lain yang dilindungi atas pengadilan
yang jujur dan adil;
h) Deportasi tidak sah atau pemindahan atau penahanan tidak sah;
i) Menahan sandera.
B.
Subjek Hukum Internasional adalah pemegang dan pendukung hak dan kewajiban hukum
internasional, termasuk memilih hak untuk mengadakan ataupun menjadi pihak atau peserta
pada suatu perjanjian internasional.

Sederhananya, subjek Hukum Internasional adalah negara, anggapan ini muncul karena
keadaan Hukum Internasional yang selalu menggambarkan hubungan antarnegara. Namun
dalam perkembangan Masyarakat Internasional, subjek Hukum Internasional tidaklah lagi
hanya negara.

Menurut Malcolm N. Shaw, salah satu karakteristik yang membedakan hukum internasional
kontemporer adalah keragaman para peserta. Konsep dari non-state actors secara umum
dipahami sebagai entitas yang sejatinya bukanlah negara, seringkali mengarah pada angkatan
bersenjata, teroris, masyarayat sipil, kelompok agama, korporasi, dan organisasi
internasional.

Hukum pidana internasional adalah sekumpulan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur tentang
kejahatan internasional yang dilakukan oleh subyek-subyek hukumnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.  Istilah
ini menunjukkan bahwa kaidah-kaidah dan asas-asas hukum tersebut benar-benar internasional, jadi bukan nasional
ataupun domestik. Kaidah-kaidah dan asas-asas hukum pidana yang benar-benar internasional adalah kaidah-kaidah
dan asas-asas hukum yang dapat dijumpai dalam bentuk perjanjian-perjanjian internasional yang substansinya (baik
langsung ataupun tidak langsung) mengatur tentang kejahatan internasional. Sebagai contohnya, Konvensi tentang
Genosida (Genocide Convention) 1948, Konvensi tentang Apartheid 1973, konvensi-konvensi tentang terorisme,
seperti Konvensi Eropa tentang Pemberantasan Terorisme 1977, dan lain-lain. Sedangkan istilah kejahatan
internasional menunjukkan adanya suatu peristiwa kejahatan yang sifatnya internasional, atau yang lintas batas
Negara, atau yang menyangkut kepentingan dari dua atau lebih Negara. Kejahatan-kejahatan yang dapat digolongkan
sebagai kejahatan internasional adalah kejahatan-kejahatan yang diatur di dalam konvensi-konvensi seperti
genosida, apartheid, terorisme, dan lain-lain.

C.
Karena Ahmad al-Faqi al-Mahdi menghancurkan masjid kuno di Timbuktu, Mali.Para hakim di ICC
menyatakan Al-Mahdi, pemimoin kelompok Ansar Dine di Mali, bersalah karena memerintahkan
pengrusakan pada situs budaya yang dilindungi UNESCO itu pada 2012. Majelis hakim dengan bulat
menyatakan saudara Al-Mahdi bersalah karena merusak situs bersejarah yang dilindungi sebagai sebuah
kejahatan perang," "Pengadilan dengan ini memutuskan untuk menjatuhkan hukuman penjara selama
sembilan tahun kepada terdakwa," Ini adalah putusan pengadilan pertama yang khusus menyebut
pengrusakan peninggalan kebudayaan sebagai sebuah kejahatan perang.

3.
A. sebagaimana ditetapkan dalam konstitusi organisasi Interpol mengemban fungsi sebagai koordinator terkait
tingkat nasional dalam rangka penanggulangan kejahatan internasional baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan
demikian NCB-Interpol mempunyai kaitan yang erat dengan semua instansi terkait di dalam negeri, karena dalam
prosedur pelaksanaannya tugas NCB-Interpol menyangkut kewenangan berbagai instansi. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/203/V/1992 tanggal 9 Mei 1992 dibentuklah Tim
Koordinasi Interpol.

Maksud dan Tujuan

 Memperlancar dan mempercepat serta meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar komponen-komponen
Polri dan Instansi lain yang terkait dengan bidang tugas NCB-Interpol Indonesia.
 Agar permintaan bantuan dari NCB negara lain dan Sekjen ICPO-Interpol dapat dipenuhi dengan cepat, tepat
dan lengkap.
 Agar permintaan bantuan dari komponen-komponen Polri dan Instansi lain kepada NCB negara lain dan
Sekjen ICPO-Interpol dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat.

B.
Jadi kepolisian dalam penegakan hukum menggunakan prinsip ultimum remedium. Jadi penegakan
hukum itu adalah fase yang paling terakhir. Jadi kita tetap mendahulukan terkait dengan
preemptive preventif, melakukan pendekatan Pembinaan dan peneguran secara lisan dan tertulis
kepada pelanggar.

C.
Lalu ada juga akibat jika masa tahanan telah lewat dari batas  waktu yang telah
ditentukan, siap atau tidak pemeriksaan terhadap seorang tersangka/terdakwa yang
dikenakan penahanan, maka sesuai amanah KUHAP seorang tersangka/terdakwa
haruslah dikeluarkan “demi hukum” dari tahanan tersebut. Penahanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 21 KUHAP, yaitu:

Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh


penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Menurut Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP, penyidik (dalam hal ini kepolisian)
karena kewajibannya memiliki wewenang melakukan penahanan. Selain itu, penahanan
juga bisa dilakukan oleh penuntut hukum atau hakim sesuai tahapan proses peradilan
pidana (Pasal 20 KUHAP). 
4.
A. Dalam pertanggungjawaban komando, sifat mutlak melekat bagi pemegang komando atas
kegagalannya mengendalikan pasukan yang berada di bawah komando dan kendali efektifnya.
Salah satu kasus pertanggungjawaban komando adalah The Abbaye d’Ardenne Case, Trial of
Kurt Meyer. Brigadefuhrer Kurt Meyer adalah seorang komandan dari Divisi SS Panzer Ke-12
dari jerman pada Perang Dunia ke-2. Pada 7 Juni 1944, Pasukan Meyer yang berada di bawah
Resimen 25th SS Panzer Grenadier berhadapan dengan Divisi Infantri Ketiga Kanada. Pasukan
dibawah komando Meyer bertanggungjawab atas pembunuhan 55 orang tentara Kanada,
termasuk 18 tentara Kanada yang dieksekusi di Markas Resimen di Abbaye d’Ardenne. Pasukan
yang dipimpin Meyer menginterogasi 18 tentara kanada tersebut dan menembak mereka dalam
jarak 150 meter dari pos komando tempat dimana Meyer berada. Kurt Meyer kemudian ditahan di
Trent Park, Inggris. Persidangan kasus Abbaya d’Ardenne terhadap Kurt Meyer diadakan oleh
Pengadilan Militer Kanada di Aurich Jerman.
a. Berikan analisis Anda, apa saja elemen-elemen pertanggungjawaban komando menurut
kasus di atas?
b. Berikan Analisis Anda apakah dalam kasus di atas terjadi actus reus?
c. Berikan Analisis Anda apakah uniformity of command dapat dilaksanakan dalam kasus
tersebut?
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai