Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : JOKO WALUYO

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043818021

Tanggal Lahir : 13/12/1983

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan

Kode/Nama Program Studi : 54 / MANAJEMEN S1

Kode/Nama UPBJJ : 71 / SURABAYA

Hari/Tanggal UAS THE : KAMIS 30/12/2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : JOKO WALUYO


NIM : 043818021
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas : EKONOMI
Program Studi : MANAJEMEN S1
UPBJJ-UT : SURABAYA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
30, Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Joko Waluyo
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN SOAL NO 1

Berikut beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi ancaman ketahanan nasional di era global :
• Kita harus selektif dalam membaca atau menerima berita dan tidak terlalu terpengaruh dengan berita
disosmed, karena pada era globalisasi setiap orang bisa menyebarkan berita tanpa mengetahui
kebenarannya, bisa jadi yang disebarkan adalah berita bohong (hoax).
• Kita harus bisa menyaring budaya yang masuk, kita harus memilih yang cocok dengan bangsa Indonesia
dan yang dapat mengembangkan diri seperti disiplin dan etos kerja yang tinggi.
• Mencitai dan membeli produk Indonesia agar produk lokal tidak kalah saing dengan produk luar dan
membantu perekonomian nasional.
• Menjaga ketertiban dan keamanan dimanapun berada.
• Tidak membeda-bedakan etnis, ras, suku, dan budaya.
• Menjaga dan mencitai alam.
• Menjaga Kesehatan baik diri sendiri maupun orang lain disekitar kita, apalagi sekarang ini kita sedang
dilanda pandemi covid 19, Kita harus selalu jaga 5 M.
• Bijak dalam menggunakan teknologi dan media sosial.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN SOAL NO 2
Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia telah ada sejak di sahkannya Pancasila sebagai dasar
pedoman negara Indonesia, meskipun secara tersirat. Baik yang menyangkut mengenai hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa, maupun hubungan manusia dengan manusia. Hal ini terkandung dalam nilai-
nilai yang terkandung dalam sila-sila yang terdapat pada pancasila. Dalam Undang- Undang No. 39 tahun 1999
tentang Hah Asasi Manusia, pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada
deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa. Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hak-
hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia. Materi
Undang-Undang ini tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan hukum masyarakat dan pembangunan
hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Sedangkan di dalam Undang- Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen), masalah mengenai Hak
Asasi Manusia dicantumkan secara khusus dalam bab XA pasal 28A sampai dengan 28J yang merupakan hasil
amandemen kedua tahun 2000. Pemerintah dalam hal untuk melaksanakan amanah yang telah diamanatkan
melalui TAP MPR tersebut di atas, di bentuklah Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, pada tanggal 23 September 1999 telah disahkan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia yang mengatur beberapa hal penting yang menyangkut Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Pertama, definisi pelanggaran Hak Asasi Manusia dideskripsikan sebagai setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang- Undang ini, dan tidak mendapatkan atau di khawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
(pasal 1 ayat 6).
Kedua, hak untuk hidup, hak untuk tidak dipaksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut dapat di kecualikan dalam hal pelanggaran berat terhadap hak asasi
manusia yang digolongkan ke dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.
Ketiga, dalam Pasal 7 dinyatakan, bahwa setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum
nasional dan forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang di jamin oleh hukum
Indonesia oleh negara Republik Indonesia menyangkut Hak Asasi Manusia menjadi hukum Nasional.
Keempat, di dalam Pasal 104 diatur tentang pengadilan Hak Asasi Manusia sebagai berikut: Untuk
mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat di bentuk pengadilan dalam ayat
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

(1) di bentuk dengan Undang- Undang dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sebelum terbentuk pengadilan
Hak Asasi Manusia sebagai mana dimaksudkan dalam ayat (2) di adili oleh pengadilan yang berwenang.
Selanjutnya Pasal 104 ayat (1) Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan bahwa yang berwenang mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pengadilan
Hak Asasi Manusia. Pada tanggal 8 Oktober 1999 ditetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu) No. 1tahun 1999 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia yang bertugas menyelesaikan perkara
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Namun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1
Tahun 1999 tentang pengadilan hak asasi manusia yang dinilai tidak memadai, sehingga tidak disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menjadi Undang-Undang dan oleh karena itu Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut di cabut.
Pada tanggal 23 November 2000 di tetapkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia sebagai pengganti Perpu No. 1 Tahun 1999. Pengadilan Hak Asasi Manusia bertugas
menyelesaikan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dalam hal ini adalah kejahatan genosida
yaitu penghancuran atau pemusnahan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok
agama dengan melakukan perbuatan membunuh anggota kelompok. Mengakibatkan penderitaan fisik dan
mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok. Menciptakan kondisi kehidupan yang bertujuan
mengakibatkan kelompok tersebut musnah. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mengenai
kelahiran dalam kelompok tersebut. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lainnya.
Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu perbuatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari serangan yang
meluas ataupun sistematik yang diketahuinya bahwa akibat serangan itu ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, berupa pembunuhan, pemusnahan, pembudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa, perampasan kemerdekaan atau kebebasan fisik secara sewenang-wenang, penyiksaan, pemerkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, sterilisasi paksa, atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin maupun alasan lain yang telah
diakui secara Universal sebagai hal yang dilarang oleh hukum internasional, penghilangan orang secara paksa
kejahatan apartheid.
Dari berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat yang terjadi tersebut telah mendorong
munculnya suatu usulan untuk membantu pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc untuk kasus-kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia berat di Aceh. Permintaan Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan usulan
kepada Presiden Republik Indonesia untuk membentuk pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc telah
disampaikan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN SOAL NO 3

Periode Tahun 1966-1998


Periode ini adalah pelaksanaan demokrasi di era demokrasi dengan 'slogan' yang berbunyi melaksanakan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen. Sama halnya dengan periode sebelumnya,
pada periode ini juga lebih ditonjolkan demokrasi dengan sistem presidensial. Meskipun secara normatif
pemerintah pada masa ini berkomitmen untuk melaksanakan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara murni
dan konsekuen, pada perkembangannya, peran presiden pada periode ini menjadi semakin dominan khususnya
terhadap lembaga-lembaga negara yang lain. Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 terkesan hanya sebagai alat
politik dan legitimasi penguasa pada waktu itu yang pada akhirnya digunakan untuk menutupi berbagai macam
penyimpangan yang terjadi di dalam pemerintahan. Pada tahun 1998, terjadilah gerakan reformasi sebagai
akibat dari lelahnya rakyat di dalam melihat berbagai macam penyimpangan yang terjadi.
Periode 1999-Sekarang
Tahun 1998-1999 adalah salah satu tahun yang paling bersejarah di dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia. Setelah Orde Baru berkuasa selama lebih dari 30 tahun, muncullah gelombang protes dari kalangan
rakyat untuk merombak sistem yang melanggengkan kekuasaan eksekutif selama lebih dari 30 tahun tersebut.
Setelah pemerintahan Orde Baru berakhir, untuk pertama kalinya di dalam sejarah kehidupan negara Indonesia
dilakukan amandemen atau perubahan terhadap Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 yang melahirkan
berbagai macam ketentuan baru di dalam tata kelola pemerintahan negara Indonesia. Pada masa reformasi ini,
demokrasi dijalankan dengan berakar pada kekuatan multipartai yang berusaha mengembalikan perimbangan
kekuatan di antara lembaga-lembaga negara, baik lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pada masa ini,
peran partai politik kembali menonjol sehingga pada saat yang sama menunjukkan bahwa demokrasi yang baru
Indonesia ini memberi ruang yang lebih besar bagi partisipasi rakyat di dalam lembaga legislatif. Menurut
Kaelan dan Zubaidi, iklim demokrasi di era reformasi ini mendapatkan nafas baru dengan hadirnya sistem
multipartai ini (Kaelan dan Zubaidi,2007:64).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN SOAL NO 4
Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat dapat diwujudkan pertama-tama dan terutama ditentukan
oleh kapasitas yang dimiliki manusia sebagai pelaksananya. Penyelenggaraan otonomi daerah hanya dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya apabila manusia pelaksananya baik, dalam arti mentalitas maupun
kapasitasnya.
Pentingnya posisi manusia pelaksana ini karena manusia merupakan unsur dinamis dalam organisasi
yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak roda organisasi pemerintahan. Oleh sebab itu kualitas
mentalitas dan kapasitas manusia yang kurang memadai dengan sendirinya melahirkan implikasi yang kurang
menguntungkan bagi penyelenggaraan otonomi daerah. Manusia pelaksana pemerintah daerah dapat
dikelompokkan menjadi:
• Pemerintah daerah yang terdiri dari kepala daerah dan dewan perwakilan daerah (DPRD).
• Alat-alat perlengkapan daerah yakni aparatur daerah dan pegawai daerah
• Rakyat daerah yakni sebagai komponen environmental (lingkungan) yang merupakan sumber energi
terpenting bagi daerah sebagai organisasi yang bersifat terbuka.
1. Kepala daerah dan DPRD
Dalam negara kesatuan republik indonesia tugas kepala daerah disamping sebagai kepala daerah juga
merupakan alat pemerintah pusat yang menjalani tugas yang sangat berat. Oleh sebab itu kualifikasi yang
dituntut seorang kepala daerah seharusnya juga memadai dalam pengertian harus sebanding dengan beban
tugas yang ada di pundaknya.
Dalam kenyataan syarat-syarat yang ditentukan bagi seorang kepala daerah belum cukup menjamin
tuntutan kualitas yang ada. Dimana yang berkaitan dengan kapasitas (pengetahuan dan kecakapan) hanya
tiga syarat yang dipenuhi masing-masing; cerdas, berkemampuan, dan keterampilan; mempunyai
kecakapan dan pengelaman kerja yang cukup dibidang pemerintahan; berpengetahuan yang sederajat
degan perguruan tinggi atau sekurang kurangnya dipersamakan dengan sarjana muda
Demikian pula halnya dengan mentalitas tidak terdapat ukuran-ukuran yang dapat dipergunakan sebagai
tolok ukur objektif, sehingga terdapat cukup banyak kesulitan dalam penilaian padahal peranan mental ini
sangat penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Seperti halnya kepala daerah, DPRD memiliki beban tugas yang tidak ringan, karena tugas pokoknya
adalah bersama-sama kepala daerah menetapkan kebijakan daerah baik yang berupa peraturan-peraturan
daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Disamping itu DPRD juga menjalankan
fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan daerah oleh kepala daerah. Dengan tugas dan fungsi
semacam ini DPRD di tuntut untuk memiliki kualitas yang memadai
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Dalam kenyataannya pendidikan dan pengelaman yang dimiliki oleh DPRD masih dibawah rata-rata dan
masih sangat terbatas, rata- rata DPRD tidak dibekali dengan pendidikan dan pengelaman yang cukup
dibidang pemerintahan. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan otonomi daerah
Untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah ini maka suatu langka sistematis harus
diambil. Upaya-upaya meningkatkan syarat pendidikan dan pengelaman berorganisasi ataupun
peningkatan frekuensi Latihan, kursus, dan sebagainya, yang berkaitan dengan bidang tugas yang menjadi
tanggung jawabnya masing-masing perlu ditingkatkan.
2. Aparatur pemerintah daerah
Salah satu atribut penting yang menandai suatu daerah otonom adalah dimiliki aparatur pemerintah daerah
tersendiri yang terpisah dengan aparatur pemerintah pusat yang mampu menyelenggarakan urusan-urusan
rumah tangganya sendiri
Sebagai unsur pelaksana aparatur pemerintah daerah menduduki peranan yang sangat vital dalam
keseluruhan prose penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa
keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sangat bergantung kepada kemampuan aparaturnya.
Dalam kenyataan tuntutan akan kualitas yang memadai belum sepenuhnya terpenuhi sehingga akan
menghambat proses penyelenggaraan otonomi daerah karena aparatur yang akan bersentuhan langsung
dengan tugas yang akan dilaksanakan, sehingga penyelenggaraan otonomi daerah belum sesuai dengan
yang diharapkan.
Untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah maka suatu langkah sistematis perlu
diambil. Upaya-upaya peningkatan syarat pendidikan dan pengelaman berorganisasi ataupun peningkatan
frekuensi latihan, kursus dan sebagainya yang berkaitan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung
jawab masing-masing perlu ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai