Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa :Winda Mangngela.

Nomor Induk Mahasiswa/NIM :043310535

Tanggal Lahir :25-01-1999

Kode/Nama Mata Kuliah :MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan

Kode/Nama Program Studi :83/Akuntansi-S1:

Kode/Nama UPBJJ :87/Jayapura:

Hari/Tanggal UAS THE :22-12-2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa :Winda Mangngela


NIM :043310535
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas :Ekonomi
Program Studi :Akuntansi
UPBJJ-UT :Jayapura

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Jayapura, 30 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Winda Mangngela
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Ketahanan nasional adalah konsep tentang kemampuan bangsa untuk mempertahankan kedaulatan
dan kesatuannya dalam menghadapi ancaman baik dari luar maupundari dalam serta
mengusahakan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya.
Berikut cara sebagai mahasiswa untuk memperkuat ketahanan nasional Indonesia di era globalisasi:
1) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
2) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
3) Ikut serta dalam pelatihan dasar kemiliteran seperti Resimen Mahasiswa (menwa)
4) Selektif dalam membaca atau menerima berita dan tidak terlalu terpengaruh dengan berita
disosial media, karena pada era globalisasi setiap orang bisa menyebarkan berita tanpa
mengetahui kebenarannya, bisa jadi yang disebarkan adalah berita bohong (hoax).
5) Menyaring budaya yang masuk, kita harus memilih yang cocok dengan bangsa Indonesia
dan yang dapat mengembangkan diri seperti disiplin dan etos kerja yang tinggi.
6) Mencitai dan membeli produk Indonesia agar produk lokal tidak kalah saing dengan produk
luar dan membantu perekonomian nasional.
7) Menjaga ketertiban dan keamanan.
8) Tidak membeda-bedakan etnis, ras, suku, dan budaya.
9) Menjaga dan mencitai alam.
10) Menjaga Kesehatan baik diri sendiri maupun orang lain disekitar kita.
11) Bijak dalam menggunakan teknologi dan media sosial.
2. Bentuk upaya penegakan HAM di Indonesia adalah:

1) Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia

Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993. Ini adalah
lembaga independen yang bertugas untuk mengadakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan
mediasi HAM. Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan pengaduan kepada
Komnas HAM.

Wewenang Komnas HAM meliputi:

 Melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang HAM


 Melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
 Melakukan pengkajian dan penelitian tentang HAM
 Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
 Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada pemerintah

2) Pembentukan Instrumen HAM

Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan HAM. Instrumen HAM
biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga penegak hak asasi manusia seperti
Komnas HAM dan Pengadilan HAM.

Acuan intrumen-instrumen yang berkaitan dengan HAM di antaranya adalah:

 UUD 1945 beserta amandemenya


 Tap MPR No. XVII/MPR/1998
 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
 UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
 UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
 Piagam PBB 1945
 Deklarasi Universal HAM 1948
 Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
 Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.

3) Pembentukan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000. Pengadilan HAM adalah
pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum,
keadilan dan perasaan aman.

Selain berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat, Pengadilan HAM juga
berwenang memeriksa dan memutus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang
terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. Perkembangan demokrasi pada saat orde baru dan era reformasi


Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu antara 1966-1968.
Ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Era pemerintahan pada masa Soeharto dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi
utama pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan visi tersebut, Orde Baru
memberikan harapan bagi rakyat Indonesia. Terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan politik.
Perubahan politik dari yang bersifat otoriter pada masa demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno
menjadi lebih demokratis pada Orde Baru. Rakyat percaya terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto atas dasar beberapa hal, yaitu:
 Soeharto sebagai tokoh utama Orde Baru dipandang sebagai sosok pemimpin yang mampu
mengeluarkan bangsa Indonesia dari keterpurukan.
 Soeharto berhasil membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi musuh Indonesia pada
masa ini.
 Soeharto berhasil menciptakan stabilitas keamanan Indonesia pasca pemberontakan PKI dalam waktu
relatif singkat.
Tetapi harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Karena sebenarnya tidak ada perubahan subtantif
dari kehidupan politik Indonesia.
Antara Orde Baru dan Orde lama sebenarnya sama-sama otoriter.
Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses
politik di Indonesia. Lembaga kepresidenan adalah pengontrol utama lembaga negara lain yang bersifat
suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA) maupun infrastruktur (LSM, Partai Politik dan sebagainya).
Soeharto mempunyai sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapa pun seperti Pengemban Supersemar,
Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI. Berdasarkan kondisi tersebut,
pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh dari harapan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsekuen hanya dijadikan alat politik penguasa. Kenyataan yang terjadi, pelaksanaan Demokrasi Pancasila
sama dengan kediktatoran.
Peran presiden pada periode ini menjadi semakin dominan khususnya terhadap lembaga-lembaga negara
yang lain. Pancasila dan UUD NRI 1945 terkesan hanya sebagai alat politik dan legitimasi penguasa pada
waktu itu yang pada akhirnya digunakan untuk menutupi berbagai macam penyimpangan yang terjadi
didalam pemerintahan. Pada tahun 1998, terjadilah gerakan reformasi sebagai akibat dari lelahnya rakyat
didalam melihat berbagai macam penyimpangan yang terjadi.
4. Hambatan pelaksanaan otonomi daerah yang disebabkan oleh faktor manusia:
perbedaan konsep dan paradigma otonomi daerah.
Dalam perbincangan otonomi daerah terdapat perbedaan persepsi dikalangan cendekiawan dan para
pejabat birokrasi. Diantara mereka ada yang mempersepsikan otonomi daerah sebagai prinsip
penghormatan, terhadapat kehidupan masyarakat sesuai riwayat adat istiadat dan sifat-sifatnya dalam
konteks negara kesatuan. Ada juga yang mempersepsikan otonomi daerah sebagai upaya berperspektif
ekonomi-politik, dimana daerah diberikan peluang untuk berdemokrasi dan untuk berprakarsa
memenuhi kepentingannya sehingga mereka dapat mengharagai dan menghormati kebersamaan dan
persatuan dan kesatuan dalam konteks NKRI.
Perbedaan paradigma politik dan organisasi yang bernuansa pertentangan. Menurut paradigma politik,
otonomi birokrasi public tidak mungkin ada dan tidak akan berkembang karena adanya kepentingan
politik dari rezim yang berkuasa.
Paradigma organisasi melihat bahwa harus ada otonomi agar suatu birokrasi dapat tumbuh dan
berkembang menjaga kualitasnya sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Kuatnya paradigma biroksasi
Sampai sekarang apparat pemerintah daerah belum berani melakukan terobosan yang dibutuhkan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat karena masih kuatnya pengaruh paradigma birokrasi. Paradigma ini ditandai dengan ciri
organisasi yang berstruktur sangat hierarkis dengan tingkat diferensiasi yang tinggi, disperse otoritas
yang sentrali dan formalisasi yang tinggi (standarisasi, prosedur, dan aturan yang ketat).
Lemahnya control wakil rakyat dan masyrakat
Birokrasi didaerah cenderung melayani kepentingan pemerintah pusat daripada melayani kepentingan
masyarakat local. Control terhadap apparat birokrasi oleh Lembaga legislatif dan masyarakat tampak
artifisial dan fesudo demokratik .
Kesalahan strategi
UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah diberlakukan pada suatu pemerintah daerah sedang
lemah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk melakukan sendiri apa yang mereka
butuhkan, tetapi dengan kemampuan yang sangat marjinal. Hal ini akibat dominasi pemerintah pusat
di daerah yang terlalu berlebihan, dan kurang memberikan peranan dan kesempatan belajar bagi
daerah. Model pembangunan yang dilakukan selama ini sangat sentralistik birokratis yang berakibat
penumpulan kreativitas pemerintah daerah dan aparatnya.
Lebih dari itu, ketidaksiapan dan ketidakmampuan daerah yang dahulu dipakai sebagai alasan
menunda otonomi kurang diperhatikan. Padahal untuk mewujudkan otonomi daerah merupakan
masalah yang kompleksitasnya tinggi dan dapat menimbulkan berbagai masalah baru, seperti
munculnya konflik antara masyarakat lokal dengan pemerintah dan hal ini dapat berdampak sangat
buruk pada integritas lembaga pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Sekurang-kurangnya
ada enam yang perlu diperhatikan dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ini, yakni persiapan
yang matang tidak artifisial, memberi kepercayaan, kejelasan visi, kesiapan sumber daya, dan
berbagai parameter tuntutan terhadap kinerja.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai