Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Ferdinan Carlos Zendrato

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 040986759

Tanggal Lahir : 16 Agustus 1997

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4208/ Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum S1

Kode/Nama UPBJJ : 12/ UPBJJ-UT Medan


Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 29 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa

Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Ferdinan Carlos Zendrato


NIM : 040986759
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4208/ Hukum dan Hak Asasi Manusia
Fakultas : 311/Ilmu Hukum S1
Program Studi : 311/Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : 12/ UPBJJ-UT Medan

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Gunungsitoli, 29 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Ferdinan Carlos Zendrato


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1.a. Mengapa klasifikasi tersebut muncul? Berikan analisa anda berdasarkan situasi historis pada masa
pembentukan norma-norma HAM positif tesebut!
Jawab :
Asal usul gagasan mengenai HAM bersumber dari teori hak kodrati ( natural rights theory ) dari kaum
terpelajar pasca –Renaisans, John Locke dengan melihat pengalaman buruk dunia internasional dengan
peristiwa Nazi.
Sampai saat ini tampak bahwa HAM sering dikaitkan dengan perdebatan teori hak alamiah, teori kontrak
sosial, konteks sosial era kegelapan (kolaborasi negatif negara dan gereja) pada abad pertengahan, serta
konteks sosial Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Dingin. Dokumen-dokumen penting HAM
kontemporer, utamanya DUHAM, dilahirkan dalam konteks sosial yang mengijinkan perlakukan keji, bengis,
dan tidak manusiawi yang dilakukan oleh, utamanya, aparat negara terhadap individu atau kelompok
individu.
Jadi muncul nya klasssifikasi generasi Hak Asasi Manusia karena adanya pemikiran tentang HAM terus
berkembang mengikuti konteks sosial dunia yang terus berubah. Perkembangan ini secara umum dapat
diklasifikasikan ke dalam kategorisasi hak yang terkenal sebagai tiga generasi hak..
Kategorisasi generasi ini seperti mengikuti slogan Revolusi Perancis yang terkenal, yaitu: kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan. Semangat generasi hak pertama, kebebasan, tercemin dalam hak-hak sipil
dan politik (sipol). Adapun spirit generasi hak kedua, persamaan, tercemin di dalam hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya. Sementara roh generasi hak ketiga, persaudaraan, layaknya tampak pada hak-hak
solidaritas dan kelompok.

b. Berikan argumentasi anda mengenai klasifikasi tersebut dan bagaimana signifikansi pembagian pada
masa sekarang? Kaitkan pendapat anda dengan hasil Human Rights World Conference di Wina tahun 1991!
Jawab :
Hasil utama dari Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia adalah Deklarasi dan Program Aksi Wina,
yang dirumuskan di akhir pertemuan dan disepakati oleh konsensus dari 171 negara pada 25 Juni 1993. .
Hal ini berdampak nyata dalam penyelesaian kasus HAM serta mendirikan saling keterkaitan antara
demokrasi, pembangunan ekonomi, dan hak asasi manusia. Dampak lain dari deklarasi ini adalah
perubahan Hak Sipil dan Politik (CPR) serta Sosial Ekonomi dan Budaya (ESCR) menjadi konsep hak yang
terlindungi, saling bergantung, dan saling terkait (bahwa hak asasi manusia berhubungan satu sama lain).
Dari 3 generasi yang muncul didalam perkembangan Hak Asasi Manusia diatas memiliki beberapa prinsip
utama yang diakui secara internasional yaitu universal , setara, nondiskriminasi, inalienable (tidak dapat
dicabut), interrelated (saling terhubung), interdependent (saling tergantung), dan indivisible (tidak dapat
dibagi-bagi).
- Unuversal , maksudnya : HAM pada prinsipnya berwatak universal, artinya berlaku sama di semua
tempat, baik secara teori maupun praktik. Prinsip ini ditentang keras oleh negara-negara berkembang yang
mengembangkan konsep tentang relativisme budaya. Meskipun seluruh agama, sistem moral dan filosofi
telah mengakui martabat manusia sebagai individu dengan berbagai ragam cara dan sistem, namun prinsip
ini tak mudah diterapkan dalam beragam tradisi, budaya dan agama .
- Setara adalah semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam HAM .
- Nondiskriminasi , adalah : kesenjangan perbedaan perlakuan dari perlakuan yang seharusnya
sama/setara. Diskriminasi langsung adalah ketika seseorang diperlakukan dengan berbeda (less favourable)
daripada lainnya . . Lingkup diskriminasi saat ini sudah meluas, antara lain mencakup ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau opini lainnya, nasional atau kebangsaan, kepemilikan akan
suatu benda (property), kelahiran atau status lainnya. orientasi seksual, umur dan cacat tubuh.
- Interrelated, Interdependent dan Indivisible. Maksudnya : perbedaan pandangan antara
negaranegara maju yang lebih menekankan sipol dan negara-negara berkembang, yang lebih menekankan
pentingnya hak-hak ekosob. Situasi ini melahirkan kesepakatan bahwa HAM harus diperhitungkan sebagai
satu kesatuan yang menyeluruh.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2.1. Non-derogable rights adalah hak asasi manusia (HAM) yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. Hak-hak yang termasuk dalam non-derogable rights ini diatur dalam Pasal 28I ayat (1)
Undang Undang Dasar 1945 yang meliputi:

“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.

Hak untuk hidup sebagai hak paling dasar yang dilindungi oleh hukum.maka dari itu perlindungan atas hak
hidup menjadi suatu hal yang sangat penting.Perlindungan atas Ham diberikan sejak manusia lahir hingga
wafat,maka dengan demikian hak untuk hidup adalah core human rights yang merupakan esensi dari HAM
itu sendiri.

Hak Asasi Manusia yang esensi adalah merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan baik dalam keadaan
apapun atau disebut juga sebagai non derogable rights Hak hidup yang merupakan integrity rights sebagai
hak yang melindungi integritas mental moral dan fisik dari setiap manusia.Integritas dalam konteks ini
adalah untuk menimbulkan rasa keutuhan,kenyamanan dan keamanan bagi setiap manusia dalam
menjalankan HAM yang mereka miliki.

2.2 Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi HAM terikat oleh beberapa instrumen HAM
internasional. Instrumen hukum internasional yang mengatur mengenai HAM terdapat berbagai macam
bentuk di antaranya adalah perjanjian internasional (treaty),deklarasi,dan lain sebagainya. Melalui cara
inilah
negara-negara di dunia membentuk hukum internasional yang salah satu diantaranya adalah hukum HAM .
Negara dapat menjadi bagian atau terikat terhadap instrumen HAM internasional melalui ratifikasi atau
melalui aksesi. Negara yang melakukan ratifikasi atau aksesi terhadap instrumen HAM Internasional harus
melakukan perubahan atas hukum nasionalnya melalui berbagai macam cara diantaranya adalah dengan
membuat atau mengubah undang-undang yang terkait dengan HAM.

Instrumen HAM Internasional ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk menegakkan hak untuk hidup
melalui undang-undang yang relevan.Instrumen HAM yang tidak mengikat seperti delarasi atau resolusi,
dapat digunakan untuk menekan pemerintah yang tidak mau menegakkan hak untuk hidup,karena negara
pada dasarnya harus menjaga citra di dalam masyarakat Internasional.

Indonesia meratifikasi Internasional Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) melalui UU No.12
Tahun 2005.Maka dengan itu Indonesia terikat dengan segala Hak dan Kewajiban yang diatur dalam
ICCPR.

ICCPR ini secara spesifik mengatur mengenai hak untuk hidup dan hukuman mati. Pasal 6 sampai dengan
pasal 11 dari ICCPR ini, mengatur mengenai perlindungan atas hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan
dari setiap orang. Fokus perlindungan tersebut adalah pasal 6 mengenai hak untuk hidup. Dalam ICCPR
terkait dengan hak untuk hidup, yaitu menentukan batas tertentu mengenai hukuman mati yang sah dan
dapat
di lakukan oleh negara yang belum menghilangkan hukuman matinya.

Kovenan Hak-Hak Sipil dan politik adalah perjanjian Multilateral dalam Bidang HAM yang mengatur
mengenai peghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-haksipil dan politik.Majelis umum PBB
mengadopsi kovenan ini pada tanggal 16 desember 1966, Keberlakuan dari ICCPR ini adalah 23 Maret
1976

Disisi lain kovenan ini suatu perjanjian yang realistis yag menjadi dasar bahwa dalam kondisi –kondisi
khusus penghilangan nyawa atas seseorang dapat dibenarkan.Pengecualian ini sebagai suatu bagian dari
perlindungan bukan suatu kebolehan pelanggaran atas pelanggaran hak untuk hidup.

Untuk perlindungan hak untuk hidup dalam pasal 6 ICCPR menegaskan bahwa kehidupan seseorang tidak
dapat diambil secara semena-mena, melalui cara melanggar hukum atau tidak berdasarkan pada keadilan.
Hak untuk hidup harus dilindungi oleh hukum untuk menekankan kewajiban negara dalam melindungi hak
untuk hidup itu sendiri, dengan pertimbangan bahwa negara harus melindungi hak untuk hidup dari
tindakan
yang dapat melanggarnya baik oleh negara atau orang.

2.3 Deroable Rights adalah hak – hak yang tercakup dalam hak sipil dan politik yang tidak bersifat absolut
(Derogable Rights) yang boleh dikurangi pemenuhannya oleh negara dalam keadaan tertentu. Hak-hak
tersebut yaitu:
• hak atas kebebasan berkumpul secara damai;

• hak atas kebebasan berserikat, termasuk membentuk dan menjadi anggota serikat buruh; dan

• hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau berekpresi, termasuk kebebasan mencari, menerima

dan memberikan informasi dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan batas (baik melalui
lisan atau tulisan).

Non Derogable rights


adalah hak-hak yang tercakup dalam hak sipil dan politik yang bersifat absolut yang tidak boleh dikurangi
pemenuhannya oleh negara. Bahkan ditentukan pada Pasal 4(3) UU12/2005 apabila Negara Pihak Kovenan
akan menggunakan hak untuk melakukan pengurangan, harus segera memberitahukannya kepada Negara-
negara Pihak lainnya melalui perantaraan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hak-hak tersebut
yaitu:
• hak atas hidup (rights to life);

• hak bebas dari penyiksaan (rights to be free from torture);

• hak bebas dari perbudakan (rights to be free from slavery);

• hak bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian (utang);

• hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut;

• hak sebagai subjek hukum; dan

• hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama.

Penjelasan Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (“UU HAM”) menjelaskan lebih
lanjut mengenai yang dimaksud dengan “dalam keadaan apapun" termasuk keadaan perang, sengketa
bersenjata, dan atau keadaan darurat. Sedangkan, derogable rights adalah hak-hak yang masih dapat
dikurangi atau dibatasi pemenuhannya oleh negara dalam keadaan tertentu. Salah satu contoh hak privasi
misalnya hak untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain tanpa harus diketahui oleh umum.

Hak privasi ini adalah termasuk derogable rights sehingga dapat dikurangi pemenuhannya. Sebagai contoh
pengurangan hak atas privasi dalam berkomunikasi ini adalah terkait pengaturan tentang penyadapan dalam
UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (“UU 36/1999”). UU 36/1999 memang tidak menggunakan
terminologi hak privasi melainkan “hak pribadi”. Ketentuannya berbunyi sebagai berikut “...pada dasarnya
informasi yang dimiliki seseorang adalah hak pribadi yang harus dilindungi sehingga penyadapan harus
dilarang”

Namun, dalam beberapa keadaan, ketentuan tersebut dapat disimpangi sehingga tindakan penyadapan
diperbolehkan sebagaimana diatur dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b UU 36/1999 yang menyatakan, “untuk
keperluan proses peradilan pidana, penyelenggara jasa telekomunikasi dapat merekam informasi yang
dikirim dan atau diterima oleh penyelenggara jasa telekomunikasi serta dapat memberikan informasi yang
diperlukan atas permintaan penyidik untuk tindak pidana tertentu sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.”
Ditegaskan pula dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
tindak pidana korupsi, KPK berwenang melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.
Jadi, hak pribadi/privasi seseorang adalah derogable rights karena masih dapat dikurangi dalam keadaan-
keadaan tertentu.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3
1. Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Hamonangan Laoly menganggap pembatasan
aktivitas yang dilakukan pemerintah di masa pandemi Covid-19 merupakan bentuk perlindungan
Hak Asasi Manusia (HAM) demi keselamatan publik. "Pemerintah dengan berat hati harus
mengambil kebijakan melakukan pembatasan-pembatasan hak warga untuk beraktivitas di
berbagai sektor. Terpaksa dilakukan karena kebutuhan, membatasi pergerakan setiap orang, di
semua sektor, seperti sektor pendidikan, ekonomi, dan pembatasan untuk berkumpul," kata
Yasonna. Dalam kondisi normal, kata Yasonna, penerapan kebijakan pembatasan tersebut akan
dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Tapi, Yasonna mengklaim, di masa
pandemi cara itu justru dianggap sebagai bentuk perlindungan terhadap hak asasi
manusia."Pemerintah sesungguhnya sedang melakukan perlindungan hak asasi manusia demi
kepentingan seluruh rakyat, dan kepentingan yang lebih tinggi yakni melindungi hak hidup seluruh
warga," ucapnya. Dengan kata lain, penerpan kebijakan pembatasan aktifitas masyarakat yang
berkaitan dengan HAM adalah untuk kepentingan umum dan sudah di setujui oleh Badan HAM
Internasional yang bertanggung jawab terhadap negara-negara yang di naunginya.

2 Boleh. Konvenan internasional hak sipil dan politik memberikan kewenangan kepada negara untuk
melakukan pembatasan-pembatasan hak asasi manusia ketika negara dalam keadaan daruratyang
esensial dan mengancam kehidupan suatu bangsa. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 4
Konvenan hak sipil dan politik sebagai berikut :
a) In time of public emergency which threatens the life of the nation and the existence of which is
officially proclaimed, the States Parties to the present Covenant may take measures derogating
from theirobligations under the present Covenant to the extent strictly required by the exigencies of
the situation,provided that such measures are not inconsistent with their other obligations under
international lawand do not involve discrimination solely on the ground of race, colour, sex,
language, religion or socialorigin. (Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa
dan keberadaannya, yang telah diumumkan secara resmi, Negara-negara Pihak Kovenan ini
dapat mengambil langkah-langkah yang mengurangi kewajiban-kewajiban mereka berdasarkan
Kovenan ini, sejauh memang sangat diperlukan dalam situasi darurat tersebut, sepanjang
langkah-langkah tersebuttidak bertentangan dengan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan
hukum internasionaldan tidak mengandung diskriminasi semata-mata berdasarkan atas ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal-usul sosial).
b) No derogation from articles 6, 7, 8 (paragraphs I and 2), 11, 15, 16 and 18 may be made under
thisprovision (Pengurangan kewajiban atas pasal-pasal 6, 7, 8 (ayat 1 dan 2), 11, 15, 16 dan 18
sama sekali tidak dapat dibenarkan berdasarkan ketentuan ini)

Berdasarkan Pasal 4 konvenan hak sipil dan politik di atas memberikan legalitas kepada

pemerintah untuk melakukan pembatasan terhadap Hak asasi manusia jika Negara dalam
keadaandarurat. Keadaan darurat atau yang dalam bahasa inggrisnya disebut sebagai state of
emergencymenurut Pengadilan Eropa untuk hak asasi manusi adalah situasi krisis yang luar biasa
atau keadaandarurat yang mempengaruhi keseluruhan penduduk dan merupakan ancaman bagi
kehidupan komunitas yang terorganisir. Keadaan darurat dapat terjadi karena berbagai faktor,
seperti penyebab yang timbul dari luar (eksternal) atau dari dalam negeri (internal). Ancamannya
dapat berupa ancaman militer/bersenjata atau dapat pula tidak bersenjata seperti teror bom dan
keadaan darurat lainnya, tetapi dapat menimbulkan korban jiwa, harta benda di kalangan warga
negara yang mutlak harus dilindungi. Dalam kondisi negara tidak normal atau keadaan darurat
sistem hukum yang diterapkan harus menggunakan kekuasaan dan prosedur yang bersifat darurat
lewat hukum keadaan darurat yang dapat mengesampingkan hukum dalam keadaan normal, tanpa
harus mempengaruhi sistem-sistem pemerintahan yang demokratis yang dianut berdasarkan
konstitusi. Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa tersebut, konstitusi
memberikan kekuasaan kepada kepala negara atau pemerintah untuk menilai dan menentukan
negara dalam keadaan darurat
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. A) menurut saya dalam beberapa kejadian selalu terjadi hal pemaksaan terhadap wanita dalam
cerita
diatas. Kita mengetahui yang namanya kebebasan setiap orang untuk menentukan kehidupannya
itu
berada ditangannya sendiri. Dalam hal ini kita mengetahui bahwa kejadian-kejadian yang terjadi
diatas
merupakan bagian dari pelanggaran HAM dimana kita ketahui bahwa Setiap orang dilahirkan bebas
dengan
harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk
hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B) menurut saya dalam hal ini pemerintah tidak dapat bertanggung jawab penuh dimana terkadang
masalah HAM
erat dikaitkan dalam kehidupan. Terkadang HAM dapat ditegakkan dan juga dapat dikecualikan
tergantung dari
segi permasalahan yang sedang terjadi. Jika dalam kejadian diatas sudah termasuk dalam perjanjian
dari kedua
belahpihak (keluarga) tentu pemerintah tidak dapat berbuat banyak dalam hal ini. Tetapi jika perbuatan
melanggar
HAM dalam kategori kekerasan terhadap seseorang dan dianggap juga suatu tindakan yang mengarah
kehal yang
jahat, maka pemerintah harusnya bertindak tegas bagi orang” yang melakukan pelanggaran HAM
tersebut

Anda mungkin juga menyukai