U)
UASTAKE
HOMEEXAM (THE)
SEMESTER2023/2024
Ganjil(2023.2)
NIM : 049960331
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJUpada
halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuranakademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan di ketik atau tulis tangan.
4. Jawaban di unggah disertai denganncover BJU dan surat pernyataankejujuran akademi
k.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THEdari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
lamanhttps://the.ut.ac.id.
2. SayatidakmemberikannaskahUASTHEkepadasiapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujianUASTHE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaansaya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yangberlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya
bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, danintegritas akademik dengan tidak mel
akukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangandengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaranatas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan olehUniversitas Terbuka.
11 Desember 2023
YangMembuatPernyataan
Rizdoan housein
Jawaban
1. Dalam studi kasus pandemi Covid-19 di Indonesia pada tahun 2020 hingga 2021,
beberapa pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menaungi hak
asasi manusia dapat diidentifikasi.
Salah satu pasal yang relevan dalam konteks ini adalah Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, yang
menyatakan, "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 memberikan landasan konstitusional bagi hak asasi manusia
terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat.
Dalam konteks pandemi Covid-19, aspek-aspek seperti ketersediaan ruang isolasi, unit
perawatan intensif (ICU), ventilator, dan alat tes adalah elemen-elemen yang berkaitan
langsung dengan hak hidup sejahtera dan pelayanan kesehatan yang layak.
Pertama-tama, ketika melihat masalah ketersediaan fasilitas kesehatan seperti ruang isolasi
dan ICU, Pasal 28H ayat (1) memberikan dasar hukum untuk menuntut agar setiap warga
negara memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Dalam pandemi, terutama di daerah pedesaan, sering kali terdapat ketidaksetaraan akses
terhadap fasilitas kesehatan yang memadai.
Pemerintah diharapkan untuk memastikan bahwa hak hidup sejahtera setiap individu diakui
dan dijaga, termasuk dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai di seluruh
wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan.
Kedua, Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 juga relevan dalam konteks penyediaan alat tes Covid-
19. Akses yang merata terhadap alat tes menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi dan
mengisolasi kasus-kasus positif secara dini guna mencegah penyebaran lebih lanjut.
Penting untuk diingat bahwa pengakuan hak asasi manusia ini tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam memastikan hak-
hak tersebut dihormati dan dilindungi.
Selain itu, penegakan hukum dan transparansi dalam alokasi sumber daya menjadi kunci
untuk menjaga agar ketidaksetaraan dalam akses terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan
dapat diminimalkan.
Refrensi:
2. (A).Berdasarkan konsep budaya politik oleh Almond dan Powell, Indonesia dapat
dikategorikan sebagai memiliki budaya politik "partisipan". Budaya politik partisipan
ditandai oleh partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik, seperti pemilihan umum.
Dalam budaya politik ini, masyarakat cenderung terlibat dalam kegiatan politik, memiliki
minat yang tinggi terhadap isu-isu politik, dan merasa memiliki pengaruh terhadap keputusan
politik.
( B. ) Pada masa Orde Baru, terdapat banyak tekanan politik yang sangat kuat, hal inilah
yang menjadi dasar demokrasi tidak dapat tumbuh. Pada saat itu partai politik dan media
diawasi ketat, oposisi ditekan, dan kebebasan berpendapat sangat di batas
Pada masa Orde Baru tersebut pihak yang menjadi opisisi ditekan. Aktivis politik dan
kelompok oposisi sering mengalami penindasan, penangkapan, atau pembungkaman. Hal
inilah yang menjadi alasan penghambat partisipasi aktif serta pemikiran kritis masyarakat
terhadap pemerintah.
1. Ernesto Laclau
Seorang teoretikus politik asal Argentina, Laclau memberikan kontribusi besar terhadap
pemahaman tentang populisme dalam konteks politik identitas. Dia berpendapat bahwa
populisme muncul ketika kelompok-kelompok tertentu menciptakan narasi identitas yang
bersatu melawan "mereka" (elit atau kelompok lain) untuk memperoleh dukungan politik.
2. Cas Mudde
Seorang ilmuwan politik Belanda yang banyak meneliti tentang populisme. Mudde
berpendapat bahwa populisme bukanlah ideologi yang konsisten tetapi lebih merupakan
retorika politik yang menekankan perbedaan antara "rakyat" dan "elite."
3. Chantal mouffe
Seorang teoretikus politik asal Belgia yang bekerja sama dengan Laclau dalam
mengembangkan teori populisme. Mouffe berfokus pada konsep konflik politik sebagai
elemen yang penting dalam dinamika populisme.
Pemikiran mereka dapat mencakup kritik terhadap praktek-praktek politik di Amerika Serikat
dan Eropa Barat, seperti penggunaan retorika anti-elit, penekanan pada identitas nasionalistik,
dan polarisasi politik yang meningkat.
Mereka juga dapat mengkritik dampak negatif populisme terhadap proses demokratisasi dan
tatanan politik yang stabil.
Namun, perlu dicatat bahwa pandangan dan pemikiran ini bisa beragam, dan tidak semua
ilmuwan politik memiliki pandangan seragam terkait fenomena tersebut.
( B.)Di Indonesia, terdapat kasus praktik kontroversial serupa yang serupa dengan yang
dilakukan Donald Trump dan Marine Le Pen. Salah satu contohnya adalah isu diskriminasi
dan pelanggaran HAM terhadap kelompok etnis dan agama minoritas.
Kasus 1: Perlakuan terhadap orang Tionghoa-Indonesia
Di Indonesia, minoritas Tionghoa-Indonesia secara historis menghadapi diskriminasi dan
pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini mencakup pembatasan praktik budaya dan agama,
serta diskriminasi ekonomi. Salah satu insiden penting adalah kerusuhan anti-Tionghoa pada
tahun 1998, yang mengakibatkan kekerasan dan kehancuran yang menyasar komunitas
Tionghoa-Indonesia.
Sumber: The Jakarta Post - Mengenang Kerusuhan 1998
Kasus 2: Penganiayaan terhadap Muslim Ahmadiyah
Komunitas Muslim Ahmadiyah di Indonesia telah menjadi sasaran penganiayaan, termasuk
serangan kekerasan dan kebijakan pemerintah yang diskriminatif. Kelompok minoritas ini
menghadapi pembatasan hukum dalam kegiatan keagamaan mereka dan menjadi sasaran
kelompok ekstremis.
Sumber: Human Rights Watch - Indonesia: Peristiwa tahun 2020
Kasus-kasus ini sejalan dengan praktik diskriminatif yang terlihat dalam platform politik
Donald Trump dan Marine Le Pen, yang menyoroti pentingnya mengatasi isu-isu
diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia dalam berbagai konteks.
Legislatif memiliki hak untuk mengawasi dan menilai kinerja pemerintahan eksekutif.
Dalam beberapa sistem politik, ini dapat mencakup prosedur impeachment atau mosi tidak
percaya terhadap kepala pemerintahan atau pejabat eksekutif tertentu jika dianggap telah
melakukan pelanggaran atau tidak memenuhi tugasnya.
Legislatif memiliki hak untuk menyetujui anggaran pemerintah dan mengontrol pengeluaran
keuangan.
Hak ini memberikan legislator kendali terhadap sumber daya finansial pemerintah,
memastikan bahwa penggunaan dana publik sesuai dengan kebijakan dan program yang telah
disetujui.
Fungsi legislatif memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan dan investigasi terhadap
kebijakan dan tindakan pemerintah.
Legislatif memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan dan berpartisipasi dalam debat tentang
kebijakan dan tindakan eksekutif.
Ini memberikan wadah untuk pengungkapan pandangan dan evaluasi terhadap kinerja
pemerintah.
Referensi: