Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)


UAS TAKE HOME EXAM (THE)
SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : PIRNA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044270781

Tanggal Lahir : 18/05/2003

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4212/PENGANTAR ILMU POLITIK

Kode/Nama Program Studi : 70/SOSIOLOGI

Kode/Nama UPBJJ : 48/PALANGKARAYA

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 4 Juli 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : PIRNA


NIM : 044270781
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4212/PENGANTAR ILMU POLITIK
Fakultas : FISIP
Program Studi : 70/SOSIOLOGI
UPBJJ-UT : 48/PALANGKARAYA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Kuala Kurun, 4 Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan

PIRNA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban Pengantar Ilmu Politik

Nomor 1.
Berdasarkan artikel di atas, terdapat beberapa pasal dalam UUD 1945 yang menaungi hak asasi
manusia. Namun, pasal yang paling relevan dalam konteks pelanggaran HAM yang disebutkan
adalah:
Pasal 28B Ayat (1): "Setiap orang berhak hidup, berhak atas kebebasan, dan kehormatan diri,
serta berhak mendapatkan perlindungan diri, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak pribadinya."
Alasan pemilihan pasal ini adalah karena pasal tersebut secara eksplisit menjamin hak asasi
manusia yang meliputi hak hidup, kebebasan, kehormatan diri, dan perlindungan diri.
Pelanggaran yang terjadi dalam kasus-kasus yang disebutkan dalam artikel tersebut, seperti
penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi, dan penghukuman yang kejam, melanggar hak-hak
tersebut.
Pasal 28B Ayat (1) juga memberikan jaminan hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan, yang menjadi relevan dalam konteks pelanggaran HAM seperti penjara atau
kerangkeng manusia dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian.
Dengan memilih pasal ini, penting untuk menegaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
fundamental, dan setiap individu memiliki hak untuk hidup dengan martabat dan mendapatkan
perlindungan dari kekerasan atau perlakuan yang tidak manusiawi. Pasal ini juga menunjukkan
pentingnya perlindungan hak asasi manusia dalam masyarakat yang berlandaskan hukum dan
menjamin keadilan bagi semua warga negara.
Sumber: BMP ISIP 4212 Modul 3 KB 1-3

Nomor 2.
a. Berdasarkan pernyataan yang Anda berikan, selama kurun waktu tahun 2004 hingga
2019, Indonesia dapat dikategorikan sebagai memiliki budaya politik yang mengalami
perubahan menuju kategori budaya politik partisipan. Budaya politik partisipan ditandai
oleh partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan politik, termasuk partisipasi dalam
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

pemilihan umum, demonstrasi, dan aksi politik lainnya. Masyarakat Indonesia pada
periode ini semakin aktif dalam berbagai kegiatan politik, seperti partisipasi dalam
pemilu, keterlibatan dalam kampanye politik, dan ekspresi pendapat melalui demonstrasi
dan protes. Perubahan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin
terliberalisasi dan memiliki kesadaran politik yang meningkat. Mereka menganggap
bahwa partisipasi politik adalah sarana yang efektif untuk mempengaruhi kebijakan
publik dan mengartikulasikan aspirasi mereka. Tindakan politik seperti demonstrasi
menjadi mekanisme untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang tidak
sesuai dengan aspirasi mereka. Perbandingan dengan era Orde Baru yang ditandai oleh
otoritarianisme dan keterbatasan kebebasan politik, perubahan ini sangat kontras. Pada
masa Orde Baru, budaya politik Indonesia cenderung mengarah ke kategori budaya
politik subjek, di mana masyarakat lebih pasif dan cenderung tunduk pada otoritas
pemerintah. Namun, penting untuk dicatat bahwa kategorisasi budaya politik bersifat
umum dan tidak bersifat statis. Budaya politik dapat berubah seiring waktu dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi.
b. Di era rezim Orde Baru di Indonesia, aktifitas politik dalam mempengaruhi dan merubah
kebijakan publik tidak dapat terlaksana dengan leluasa. Terdapat beberapa faktor yang
menjelaskan mengapa hal ini terjadi:
1. Otoritarianisme dan Pembatasan Kebebasan Berpendapat: Di bawah rezim Orde Baru,
kebebasan berpendapat dan berorganisasi dibatasi secara signifikan. Pemerintahan Orde
Baru menekan kritik politik dan oposisi, serta melarang atau membatasi demonstrasi dan
pertemuan publik yang tidak disetujui oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan masyarakat
tidak dapat dengan bebas menyuarakan aspirasi mereka dan melakukan aktivitas politik
yang mengkritik kebijakan pemerintah.
2. Rezim Otoriter yang Sentralistik: Rezim Orde Baru dijalankan dengan pola pemerintahan
yang sangat sentralistik, di mana keputusan-keputusan politik dan kebijakan publik utama
dibuat oleh pemerintah pusat dan jarang melibatkan partisipasi masyarakat secara
langsung. Masyarakat memiliki keterbatasan dalam mempengaruhi proses pembuatan
kebijakan publik dan mengubah keputusan pemerintah yang tidak sesuai dengan aspirasi
mereka.
3. Represi terhadap Aktivis Politik: Di bawah rezim Orde Baru, aktivis politik yang
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

mengkritik pemerintah atau melakukan aksi protes rentan menghadapi represi dari aparat
keamanan. Aktivis politik sering kali menjadi target penangkapan, penahanan,
penyiksaan, atau intimidasi. Hal ini menciptakan iklim ketakutan di kalangan masyarakat
dan menghambat partisipasi politik yang aktif.
4. Kendali Terhadap Media Massa: Pemerintahan Orde Baru memiliki kendali yang kuat
terhadap media massa. Media diatur dan dikendalikan oleh pemerintah atau kelompok
yang terafiliasi dengan pemerintah. Hal ini membatasi akses masyarakat terhadap
informasi yang objektif dan beragam, serta menyebabkan sulitnya menyampaikan pesan
politik yang berbeda dari narasi resmi.

Sumber: BMP ISIP 4212 Modul 2 KB 1-3

Nomor 3.
a. Partisipasi politik sangat penting dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi
karena alasan-alasan berikut:
1. Pilar Demokrasi: Partisipasi politik merupakan salah satu pilar utama dalam sistem
demokrasi. Demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat, untuk rakyat, dan partisipasi
politik adalah cara bagi warga negara untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan
politik yang mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi politik memungkinkan warga
negara untuk mengeluarkan suara mereka, mengemukakan kepentingan dan aspirasi, serta
berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan yang memengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
2. Legitimasi Kekuasaan: Partisipasi politik adalah cara bagi masyarakat untuk memilih
pemimpin mereka melalui pemilihan umum. Dalam sistem demokrasi, pemimpin dan
pemerintah yang dipilih secara demokratis mendapatkan legitimasi dari partisipasi politik
masyarakat. Dengan melibatkan diri dalam pemilihan, masyarakat memberikan mandat
kepada pemimpin yang mereka pilih untuk mewakili dan mengurus kepentingan mereka.
3. Kontrol dan Akuntabilitas Pemerintah: Partisipasi politik memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk memantau dan mengawasi kinerja pemerintah. Dengan berpartisipasi
dalam proses politik, warga negara dapat menyuarakan kritik, mengawasi tindakan
pemerintah, dan meminta pertanggungjawaban atas kebijakan dan tindakan pemerintah
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

yang tidak sesuai dengan kepentingan publik. Partisipasi politik membantu masyarakat
dalam memastikan bahwa pemerintah bertanggung jawab dan melayani kepentingan
rakyat.
4. Pembentukan Kebijakan yang Representatif: Partisipasi politik yang luas dan inklusif
memungkinkan beragam suara dan perspektif masyarakat diwakili dalam proses
pembuatan kebijakan. Dengan berpartisipasi, masyarakat dapat membawa masalah-
masalah yang relevan, mengemukakan ide-ide inovatif, dan berkontribusi dalam
membangun solusi yang lebih baik untuk tantangan yang dihadapi negara. Partisipasi
politik yang aktif membantu memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan mewakili
kepenting

b. Berikut adalah contoh konkret dari partisipasi politik masyarakat dalam mendorong
perubahan kebijakan politik di Indonesia:
1. Gerakan Reformasi 1998: Gerakan Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 merupakan
contoh penting dari partisipasi politik masyarakat dalam mendorong perubahan kebijakan
politik di Indonesia. Demonstrasi massal yang melibatkan berbagai elemen masyarakat,
termasuk mahasiswa, buruh, dan aktivis masyarakat sipil, memaksa Presiden Soeharto
mengundurkan diri dan membuka jalan bagi reformasi politik dan demokratisasi di
Indonesia.
2. Kampanye Anti-Korupsi: Masyarakat Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam
kampanye anti-korupsi di negara ini. Salah satu contohnya adalah Gerakan Indonesia
Menolak Korupsi (GEMPAR), sebuah koalisi masyarakat sipil yang bertujuan untuk
memberantas korupsi di Indonesia. Melalui kampanye, protes, dan aksi-aksi politik
lainnya, masyarakat telah mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih
serius dalam memberantas korupsi dan meningkatkan transparansi dalam pengelolaan
keuangan publik.
3. Demonstrasi Pemuda untuk Iklim: Demonstrasi-demonstrasi yang dipimpin oleh pemuda
dan aktivis lingkungan di Indonesia juga telah berperan dalam mendorong perubahan
kebijakan terkait isu perubahan iklim dan lingkungan. Misalnya, pada September 2019,
ribuan pelajar dan pemuda turun ke jalan-jalan di berbagai kota di Indonesia dalam aksi
unjuk rasa untuk mengadvokasi perlindungan lingkungan dan tindakan nyata untuk
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

mengatasi perubahan iklim. Demonstrasi ini berhasil memperoleh perhatian publik dan
mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan lebih serius terkait isu lingkungan.
4. Partisipasi dalam Pemilihan Umum: Partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum juga
merupakan contoh konkret dari partisipasi politik yang berpengaruh dalam mengubah
arah kebijakan politik di Indonesia. Dengan menggunakan hak pilih mereka, masyarakat
dapat memilih pemimpin dan partai politik yang mewakili visi dan kepentingan mereka.
Hasil pemilihan umum dapat membawa perubahan kebijakan dan prioritas pemerintah
berdasarkan aspirasi dan preferensi masyarakat.

Sumber: BMP ISIP 4212 Modul 2 KB 1-3

Nomor 4.
Pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam sistem demokrasi
mempengaruhi kebijakan politik yang diambil di Indonesia dengan cara-cara berikut:
1. Checks and Balances (Pemeriksaan dan Keseimbangan): Pembagian kekuasaan antara
ketiga cabang pemerintahan tersebut menciptakan mekanisme checks and balances yang
penting dalam sistem demokrasi. Setiap cabang memiliki kekuasaan dan kewenangan
yang terpisah namun saling terkait, sehingga dapat saling membatasi dan mengawasi satu
sama lain. Hal ini membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan
akuntabilitas dalam pengambilan keputusan politik.
2. Peran Eksekutif: Cabang eksekutif, yang terdiri dari Presiden dan pemerintah, memiliki
peran sentral dalam proses pembuatan kebijakan politik di Indonesia. Eksekutif
bertanggung jawab untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan melaksanakan
kebijakan publik. Presiden sebagai kepala eksekutif memiliki kekuasaan untuk
mengeluarkan peraturan perundang-undangan, mengusulkan kebijakan, dan memimpin
pemerintah. Kebijakan politik yang diambil oleh eksekutif dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti platform politik, visi kepemimpinan, dan tekanan dari masyarakat atau
kelompok-kelompok kepentingan.
3. Peran Legislatif: Cabang legislatif, yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), memiliki peran penting dalam pembuatan kebijakan
politik. Legislatif bertugas untuk menyusun, mengubah, dan mengesahkan undang-
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

undang yang menjadi dasar kebijakan negara. DPR juga memiliki kewenangan untuk
melakukan pengawasan terhadap pemerintah dan menjalankan fungsi legislasi, yaitu
membuat dan mengesahkan undang-undang. Legislatif mempengaruhi kebijakan politik
dengan mengajukan usulan perubahan kebijakan, melakukan pembahasan dan
pengambilan keputusan terkait undang-undang, serta melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan pemerintah.
4. Peran Yudikatif: Cabang yudikatif, yang terdiri dari Mahkamah Agung dan lembaga-
lembaga peradilan lainnya, memiliki peran dalam memastikan kepatuhan terhadap hukum
dan menjaga kemerdekaan lembaga peradilan. Yudikatif memainkan peran penting dalam
menafsirkan undang-undang, menyelesaikan sengketa hukum, dan menjamin
perlindungan hak-hak individu. Keputusan pengadilan dapat mempengaruhi kebijakan
politik dengan menafsirkan konstitusi dan undang-undang, serta membatasi atau
mengubah implementasi kebijakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum.
Pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam sistem demokrasi
Indonesia memberikan keseimbangan kekuasaan, memastikan adanya pengawasan dan
perlindungan terhadap hak-hak masyarakat, serta memberikan mekanisme untuk merumuskan
dan melaksanakan kebijakan politik yang mencerminkan aspirasi rakyat.
Sumber: BMP ISIP 4212 Modul 5 KB 1-3

Anda mungkin juga menyukai