Anda di halaman 1dari 16

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Nama Mahasiswa : Nazmi Maulida

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 050618614

Tanggal Lahir : 01-05-2005

Kode/Nama Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik

Kode/Nama Program Studi : Ilmu Komunikasi

Kode/Nama UT-Daerah : Cianjur

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 19 Desember 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Nazmi Maulida


NIM : 050618614
Kode/Nama Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Komunikasi
UT-Daerah : Cianjur

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang
ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Selasa, 19 Desember 2023.

Yang Membuat Pernyataan

Nama Mahasiswa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. a) Berdasarkan kasus diatas, jika merujuk pada konsep budaya politik oleh Almond dan Powell, Indonesia
berada pada kategori budaya politik yang mana? Jelaskan tentang budaya politik tersebut!
jawab : Menurut Almond dan Powell budaya politik dilihat dari proses politik terutama dalam partisipasi individu
(masyrakat). Menurut mereka budaya politik dibedakan menjadi parochial, partisipan, dan campuran atau
subjek-partisipan. Budaya politik parochial bila warga negara tidak memilki atau kecil sekali tingkat kesadaran
politiknya tentang sistem politik. Budaya politik Partisipan merupakan budaya politik yang ideal dalam sebuah
sistem politik yang demokratis. Warga negara dalam kelompok ini mempunyai kesadaran bahwa meraka dapat
mempengaruhi sistem politik, oleh karena itu mereka akan berusaha untuk berusaha dan terlibat dan
menggunakan kesempatan untuk berperan serta mempengaruhi proses politik. Menurut Almond dan Powell
terdapat budaya politik campuran yang biasanya terjadi dalam sistem politik otoritarian dimana partisipasi
warga negara sangat terbatas, yang kemudian akan meuncul budaya subjek-partisipan dimana warga negara
berpartisipasi menggunakan kesempatan untuk mengontak birokrat dalam upaya untuk mempengaruhi
tindakan pemerintah yang dapat mempengaruhi hidup mereka.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan budaya politik yang ada di Indonesia sejak tahun 1999 sampai
dengan saat ini adalah budaya politik Partispian. Budaya politik Partisipan merupakan budaya politik yang ideal
dalam sebuah sistem politik yang demokratis. Warga negara dalam kelompok ini mempunyai kesadaran bahwa
meraka dapat mempengaruhi sistem politik, oleh karena itu mereka akan berusaha untuk berusaha dan terlibat
dan menggunakan kesempatan untuk berperan serta mempengaruhi proses politik.
b) Mengapa Indonesia menganut budaya politik partisipan? Masa orde baru yang dialami Indonesia sejak
dikeluarkannya surat perintah pada 11 Maret 1966 yang disebut sebagai Supersemar yang memberikan
kekuasaan kepada Soeherto dan sekaligus menjadi alat pemindahan kekuasaan ari soekarno kepada Soeharto.
Masa kepemimpinan Soeherto yang otoriter dan banyaknya kekangan yang terjadi dalam berbagai hal selama
bertahun tahun dan juga penguasaan terhdap pemerintahan yang ditunjukkan dengan dengan mudahnya
memenangkan beberapa kali penyelenggaraan pemilu. Dalam kepemimpinan Soeherto memang banyak
kebijakan yang dinilai mensejarterakan rakyat dengan pembangunan-pembangunan yang dilakukannya hingga
menjadikannya mendapat julukan bapak pembangunan Indonesia, salah satu kebijakan yang mensejahterakan
rakyat Indonesia adalah tentang pendidikan yang mewajibkan setiap anak untuk mengenyam pendidikan.
Kebijakan tentang pendidikan adalah awal dari keruntuhan era oerde baru, hal ini disebabkan karena para
masyarakat terdidik dan terutama kalangan aktivis mahasiswa dan pamuda yang merasa tidak bia ikut terliba
dalam politik dan pemerintahan. Perasaan ini akhirnya pecah dan kemudian menjadi kerusuhan yang akhirnya
meruntuhkan era orde baru dan digantikan dengan masa reformasi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Tahun 1999 merupakan tahun pertama pelaksanaan pemilihan umum terbesar di Indonesia dengan melibatkan
lebih dari 40 partai politik yang terlibat dalam pesta demokrasi. Hingga saat ini di Indonesia pelaksanaan polutik
dilaksanakan dengan sistem demokrasi salah satunya adalah pembatasan kepemimpinan yang hanya boleh
terpilih dan menjabat maksimal sebanyak 2 periode kepemimpinan yang dipilih melalui pemilihan umum.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh KPU pada tahun 2020 partisipasi pada pamilu mencapai 76.09 %. Dengan
angka sejumlah ini meninjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Indonesia cukup tinggi tentang kesadaran
dalam berpolitik dan dalam pemerintahan. Tingkat pendidikan Indonesia yang rendah dibandingkan dengan
negara negara lain memang tidak mencirikan bahwa Indonesia masuk dalam budaya politi partisipan namun jika
dilihat dari partisipasi masyarakat dalam mengikuti politik Indonesia sejak tumbangnya masa orde baru hingga
kini Indonesia dapat dikatakan mengikuti budaya politik partisipan karena memang pasrtipasi publik dalam
penyelenggaraan pemerintahan cukup tinggi, contohnya adalah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
publik.

Sumber:

BMP ISIP4212
Indonesia Investment, suharto/item180 indonesia-investments.com/id/budaya/politik/orde-baru-

Rilis Tingkat Partisipasi Pemilih Di Pemilihan 2020januari 2021, https://www.kpu.go.id/koleksigambar/Rilis


Tingkat Partisipasi Pemilih di Pemiliha n 2020 Revisi 7 Jan.pdf
Pandangan Pribadi
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

3. a) Fenomena yang melibatkan praktik-praktik politik identitas seperti yang dilakukan oleh Donald Trump di
Amerika Serikat dan Marine Le Pen di Perancis telah menjadi perhatian dan kajian dari berbagai ilmuwan, salah
satunya adalah Stuart Hall. Stuart Hall, seorang intelektual asal Jamaika yang dikenal sebagai salah satu pendiri
School of Cultural Studies di Birmingham, Inggris, memberikan kontribusi besar dalam memahami politik
identitas dan budaya.
Kritik dan Pemikiran Stuart Hall :
1. Konstruksi Identitas
Hall menekankan bahwa identitas bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak awal, tetapi merupakan hasil
dari konstruksi sosial dan budaya. Dalam konteks politik identitas yang melibatkan Trump dan Le Pen, Hall
menyoroti bagaimana identitas etnis, agama, dan budaya dibangun secara sengaja untuk mencapai
tujuan politik tertentu. Praktik-praktik ini seringkali memanfaatkan ketidaksetaraan dan ketegangan sosial
untuk memperkuat naratif identitas.
2. Polarisasi dan Pengkotakan Masyarakat
Hall kritis terhadap praktik politik yang menggunakan identitas sebagai alat untuk membangun
polarisasi dalam masyarakat.Trump, dengan deportasi etnis Hispanik dan retorika anti-imigran, serta Le
Pen dengan kebijakan diskriminatif terhadap imigran dan Muslim, secara sengaja menciptakan
perpecahan dan ketegangan antar-grup dalam masyarakat. Hall melihat ini sebagai strategi politik yang
dapat merusak tatanan sosial dan kohesi masyarakat.
3. Dominasi Budaya dan Hegemoni
Konsep hegemoni dari Hall menggambarkan cara kelompok dominan dapat mengendalikan naratif dan
nilai-nilai yang mendominasi budaya masyarakat. Praktik politik identitas oleh Trump dan Le Pen sering
kali menciptakan hegemoni kelompok tertentu dengan menetapkan norma-norma yang mendukung
agenda mereka, sehingga merendahkan atau mengecualikan kelompok minoritas.
4. Pentingnya Pemahaman Budaya dan Konteks Lokal
Hall menekankan pentingnya memahami konteks budaya dan sosial lokal dalam menganalisis politik
identitas. Praktik-praktik politik identitas yang dilakukan oleh Trump di Amerika Serikat dan Le Pen di
Perancis tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan sejarah, ketegangan sosial, dan dinamika
budaya masing-masing negara.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
b) Pemilihan umum, baik di Amerika Serikat maupun di berbagai negara lainnya, seringkali menjadi panggung
utama untuk munculnya isu-isu politik yang kontroversial. Dalam konteks Indonesia, meskipun tidak memiliki
kasus yang sepenuhnya mirip dengan kebijakan kontroversial Donald Trump dan Marine Le Pen, terdapat
beberapa peristiwa dan praktek politik yang memiliki kemiripan tertentu. Melalui analisis pemberitaan di media
online, kita dapat mencari contoh kasus yang mencerminkan isu-isu serupa di Indonesia.
1. Kebijakan Terkait Etnis atau Agama
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan adanya kebijakan-kebijakan yang menimbulkan
perdebatan terkait etnis atau agama, meskipun dalam konteks yang berbeda dengan deportasi etnis Hispanik
atau kebijakan diskriminatif terhadap imigran dan Muslim yang dilakukan oleh Trump dan Le Pen.
Contoh Kasus:
Pada tahun 2017, terdapat kontroversi terkait dengan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama atau
yang akrab disapa Ahok. Ahok, yang merupakan keturunan Tionghoa dan Kristen, dihadapkan pada tuduhan
penistaan agama yang memicu protes dari sejumlah kelompok Islam konservatif di Indonesia. Meskipun kasus ini
tidak sepenuhnya mirip dengan kebijakan Trump atau Le Pen, namun melibatkan isu sensitif terkait agama dan
etnis.
Argumentasi :
Kasus Ahok mencerminkan bagaimana isu-isu identitas, dalam hal ini agama, dapat digunakan sebagai alat politik
dan memicu polarisasi dalam masyarakat.
Meskipun tidak sejauh kebijakan Trump atau Le Pen, namun kejadian ini menunjukkan bahwa Indonesia juga
memiliki tantangan dalam mengelola keragaman identitas.
2. Kasus Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat Keamanan
Kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat keamanan, terutama terkait dengan kekerasan atau
penindasan terhadap kelompok tertentu, juga dapat menjadi titik persamaan dengan praktek-praktek yang terjadi
di Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Contoh Kasus :
Salah satu contoh kasus adalah insiden penembakan dan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan terhadap
pendukung Front Pembela Islam (FPI) pada Desember 2020.
Insiden ini memunculkan berbagai pertanyaan terkait hak asasi manusia dan perlakuan terhadap kelompok-
kelompok tertentu.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Argumentasi :
Penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat keamanan yang menimbulkan kekerasan terhadap kelompok tertentu
mencerminkan isu ketidaksetaraan dalam perlakuan hukum.
Dalam konteks ini, kasus ini dapat dianggap sebagai contoh bagaimana kebijakan keamanan dapat digunakan
untuk menindas suara-suara kritis, meskipun dengan konteks dan akar penyebab yang berbeda
Penguatan Argumentasi dengan Materi Pembelajaran :
1. Politik Identitas
Melalui pemahaman konsep politik identitas, kita dapat menyadari bagaimana isu-isu identitas, baik berbasis
etnis, agama, atau kelompok sosial lainnya, dapat dimanipulasi dalam ranah politik.
2. Konflik Identitas dan Kekerasan
Materi tentang konflik identitas dan kekerasan dalam konteks politik memberikan landasan untuk memahami
dampak negatif dari praktek-praktek seperti deportasi dan diskriminasi terhadap kelompok tertentu.
3. Hak Asasi Manusia
Konsep hak asasi manusia menjadi landasan penting dalam menilai dan mengkritisi kebijakan-kebijakan yang
dapat merugikan kelompok tertentu, terutama dalam konteks kebijakan deportasi dan tindakan brutal polisi.

Sumber :
1. Kasus Ahok
• Judul Artikel: "Ahok dan Dinamika Politik Identitas di Indonesia"
• Sumber : https://www.aljazeera.com/news/2017/5/9/ahok-and-the-politics-of-identity-in-indonesia

2. Insiden Penembakan FPI:


• Judul Artikel: "Indonesia: Deadly Crackdown on FPI Highlights Rights Concerns"
• Sumber : https://www.hrw.org/news/2020/12/23/indonesia-deadly-crackdown-fpi-highlights-rights-concerns
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. a. Jelaskan hak-hak yang dimiliki oleh fungsi legislatif sebagai pengawas eksekutif?
Fungsi legislatif sebagai pengawas eksekutif memiliki sejumlah hak yang dirancang untuk memastikan
keseimbangan kekuasaan dan pencegahan penyalahgunaan oleh badan eksekutif. Hak-hak ini memainkan peran
penting dalam menjaga prinsip checks and balances di dalam sistem politik.
Berikut adalah beberapa hak yang dimiliki oleh fungsi legislatif sebagai pengawas eksekutif :
1. Hak Pengawasan dan Penggantian Pemimpin
Eksekutif
Legislatif memiliki hak untuk mengawasi dan menilai kinerja pemerintahan eksekutif.
Dalam beberapa sistem politik, ini dapat mencakup prosedur impeachment atau mosi tidak percaya terhadap
kepala pemerintahan atau pejabat eksekutif tertentu jika dianggap telah melakukan pelanggaran atau tidak
memenuhi tugasnya.
2. Pengesahan Anggaran dan Kontrol Keuangan
Legislatif memiliki hak untuk menyetujui anggaran pemerintah dan mengontrol pengeluaran keuangan. Hak ini
memberikan legislator kendali terhadap sumber daya finansial pemerintah, memastikan bahwa penggunaan dana
publik sesuai dengan kebijakan dan program yang telah disetujui.
3. Pemeriksaan dan Investigasi
Fungsi legislatif memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan dan investigasi terhadap kebijakan dan tindakan
pemerintah.
Pemeriksaan ini dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan kepada pejabat eksekutif, mendapatkan informasi, dan
mengadakan penyelidikan jika diperlukan.
4. Hak Membentuk dan Merevisi Undang-Undang
Legislatif memiliki hak untuk mengusulkan, membahas, dan mengesahkan undang-undang. Dengan
mengendalikan pembentukan dan perubahan undang-undang, fungsi legislatif dapat memberikan arah dan
batasan terhadap kebijakan dan tindakan eksekutif.
5. Konfirmasi dan Persetujuan
Di beberapa sistem politik, legislator memiliki hak untuk mengonfirmasi atau menolak penunjukan pejabat
eksekutif tertentu, seperti menteri atau duta besar Persetujuan ini dapat membantu memastikan bahwa pejabat
eksekutif memiliki kualifikasi dan dukungan yang memadai.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

6. Hak Pertanyaan dan Debat


Legislatif memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan dan berpartisipasi dalam debat tentang kebijakan dan
tindakan eksekutif.
Ini memberikan wadah untuk pengungkapan pandangan dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah.
7. Pelaporan Rutin
Legislatif memiliki hak untuk menerima laporan rutin dari pemerintah tentang berbagai aspek kebijakan dan
pelaksanaan program-program tertentu. Ini memungkinkan legislator untuk tetap up-to-date dan memahami
tindakan eksekutif.
Hak-hak ini mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi dan pengawasan yang ditanamkan dalam sistem politik
pasca reformasi di Indonesia.
Perubahan amandemen pada UUD 1945 telah memperkuat peran dan hak fungsi legislatif, memberikan landasan
bagi sistem politik yang lebih demokratis dan terbuka.

Referensi :
1. Djojohadikusumo, S. (2008). Demokrasi dan Parlemen. Pustaka LP3ES.
2. Mahfud, M. D. (2004). Sistem Pemerintahan Indonesia. Rajawali Pers.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

5. Peran Media dan Representasi


Hall menyoroti peran media dalam membentuk representasi identitas.
Ia membahas bagaimana media memainkan peran penting dalam membentuk citra imigran, Muslim, dan
kelompok minoritas lainnya, yang dapat memperkuat stereotip dan menciptakan persepsi yang bias.
Pemikiran Stuart Hall mengajarkan kita untuk melihat politik identitas sebagai konstruksi yang kompleks,
terkait erat dengan kekuasaan, budaya, dan struktur sosial.
Kritiknya terhadap penggunaan politik identitas yang divisif dan diskriminatif memberikan pemahaman
yang mendalam tentang dampak dan implikasi dari praktek-praktek ini dalam masyarakat modern.
Referensi:
1. Hall, S. (1996). Introduction: Who Needs 'Identity'? In S. Hall & P. du Gay (Eds.), Questions of Cultural Identity (pp.
1-17). Sage Publications.
2. Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Sage Publications.
3. Hall, S., & Gieben, B. (1992). Formations of Modernity. Polity Press.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai