Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Heni Lestari

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042382668

Tanggal Lahir : 21 November 1999

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4218 / Psikologi Sosial

Kode/Nama Program Studi : 50 / Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 15 / Pangkalpinang

Hari/Tanggal UAS THE : Minggu / 26 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Heni Lestari


NIM : 042382668
Kode/Nama Mata Kuliah : : ADPU4218 / Psikologi Sosial
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
UPBJJ-UT : Pangkalpinang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Pangkalpinang , 26 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Heni Lestari
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1.) a. Jelaskan permasalahan diatas berdasarkan konsep kebutuhan!

Jawaban :

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa media sosial adalah sebuah media online yang menggunakan
teknologi berbasis internet yang mendukung interaksi sosial, sehingga mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif yang timbal balik. Dalam perkembangannya, media sosial menjadi penting sebagai
sarana yang efektif dalam proses komunikasi politik, khususnya dalam konteks kampanye pemilu
yang dapat menjadi perantara para politisi dengan konstituennya,yaitu antara komunikator dan
komunikasi jarak jauh Oleh karena itu, melalui media sosial, komunikator dapat melakukan
komunikasi politik dengan para pendukung atau kons-tiuennya, yaitu untuk membangun atau
membentuk opini publik dan sekaligus memobilisasi dukungan politik secara masif. Pemanfaatan
media sosial juga telah meningkatkan jaringan komunikasi politik, relasi politik dan partisipasi politik
masyarakat dalam pemilu. Hal ini sering kita jumpai dalam masa-masa kampanye politik para
kandidat calon Kepala Daerah yang sedang maju dalam kompetisi pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada), maupun kandidat calon presiden dalam Pilpres, dan dalam pemilihan anggota legislatif
(Pileg).

Pada umumnya, ada kecendrungan para politisi partai politik menggunakan akun media sosial
untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk menyampaikan visi dan misi serta program kerja, atau
untuk penciteraan dirinya agar lebih dikenal khalayak dalam kampanye pemilu. Dengan kemajuan
teknologi informasi semakin dimudahkan untuk mendapat informasi, yang salah satunya melalui
aplikasi media sosial. Karena itu semakin marak digunakan oleh para politisi dalam kampanye,
dengan pertimbangan penggunaan akun media sosial sudah menyebar luas dan hampir tampa batas,
pesan kampanye relatif berlangsung lebih cepat ketimbang menggunakan media kampanye
konvesional seperti spanduk, baliho, lieflet, pamflet dan sebagainya.

b. Terapkan teori skema mental pada kasus diatas!

Jawaban :

Makin berkembangnya hate speech dan hoax di medsos termasuk di Indonesia, sebagai cermin
bahwa masyarakat sekarang ini berada di era Post truth. Suatu era dimana kebohongan diproduksi
sebagai bagian dari taktik politik. Kebohongan tersebut tidak hanya sebagai sesuatu yang mudah
dipatahkan argumentasinya, akan tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah menjadi fakta
alternatif yang dapat diterima oleh publik. Dalam era post truth, kebohongan tersebut bisa diterima oleh
publik bukan karena keterbatasan informasi, akan tetapi karena membanjirnya informasi (information
overload). Terjadinya banjir informasi dipicu oleh kemajuan teknologi informasi, satu sisi karena
masyarakat bisa memproduksi informasi untuk disebarkan ke internet dan tidak semua valid. Di sisi
yang lain, pengguna internet menerima informasi yang beragam dari berbagai sumber baik dari media
mainstream yang dikenal luas maupun situs-situs yang pengelolanya anonim. Berbagai informasi ini,
diterima masyarakat dengan perantaraan share di medsos seperti facebook dan lain-lain.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Namun permasalahan mengenai Pemilu serentak 2014, menjadi keprihatinan publik. Salah
satunya adalah maraknya Hoax dan Hate speech pada pemilihan presiden dan wakil presiden Pemilu
2014. Era ini disebut dengan era Post truth dalam Pemilu 2019. Hasil studi menggambarkan, efek hoax
dan post truth pada Pemilu serentak 2014 menimbulkan permasalahan negatif seperti :

1. Telah terjadi sekat-sekat sosial dalam masyarakat akibat perbedaan dukungan.


2. Dihalalkannya semua cara-cara propaganda dalam kampanye, sehingga kelompok-kelompok
pendukung kehilangan kesadaran dan moralitasnya
3. Meningkatnya Issu Politik Identitas, SARA, dan lain-lain, dan
4. Daya kritis masyarakat melemah dan masyarakat makin permissif dengan sesuatu yang belum
tentu benar bahkan cenderung tidak benar. Sehingga antara kebenaran dan kebohongan,
semakin sulit dibedakan oleh masyarakat.
Namun hoax dan Post truth tidak hanya berefek negatif, tetapi juga berkontribusi pada hal-hal
yang positif, antara lain :

1. Post truth telah menciptakan sikap pemilih yang fanatik, sehingga mereka takut dan kecewa
jika calonnya kalah
2. Fanatisme ini kemudian diwujudkan dengan berbondong-bondong mendaftaran diri memilih
dan datang ke TPS untuk mencoblos, dan
3. Post truth telah mendorong tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 dan melebihi dari
target yang ditetapkan KPU.
2.) a. Jelaskan secara teoritis proses perubahan sikap!

Jawaban :

Konsep sikap dalam psikologi jelas merupakan kondisi kesiapan atau kesediaan berperilaku
(state of readiness), dan bukan perilaku nyata yang bisa diobservasi atau kasat mata. Dengan demikian,
dalam kacamata psikologi, sikap seseorang atau suatu kelompok tidak dapat kita kenali sebelum
individu atau suatu kelompok mewujudkannya dalam perilaku nyata.

1. Teori Keputusan Sosial ( Social Judgment Theory)


Teori Keputusan Sosial mengemukakan asumsi bahwa setiap orang mengetahui sikap yang
dimilikinya dan mampu mengambil keputusan bagaimana ia harus bersikap terhadap objek
sikapnya.
2. Teori Keseimbangan (Balance Theory)
Teori Keseimbangan beranggapan bahwa setiap manusia menyadari sikapnya dan kea rah mana
sikapnya itu akan berubah tatkala manusia menghadapi objek sikap. Dalam hubungan ini Teori
Keseimbangan beranggapan bahwa manusia memiliki dorongan untuk senantiasa mempertahankan
ketaatasasn antara sikap dan perilakunya.
3. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory)
Teori Disonansi Kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling
bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi
ketidaknyamanan tersebut.Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh
seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1950an.
4. Teori Fungsional (Functional Theory)
Menurut teori fungsional, sikap yang dimiliki oleh individu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
individu yang bersangkutan (Katz, 1960). Terjadinya perubahan sikap karena kebutuhan individu
juga berubah. Oleh karenanya, upaya untuk melakukan perubahan sikap harus diawali oleh
pengetahuan mengenai fungsi sikap bagi individu yang bersangkutan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
b. Jelaskan model perubahan sikap!

Jawaban :

Perubahan sikap tidak berlansung secara mendadak, tetapi merupakan suatu proses. Dalam
hubungan ini, terdapat dua model yang menjelaskan proses perubahan sikap.

1. Model Tahapan (Sequence Model)

Model proses perubahan sikap ini disebut model tahapan karena untuk terjadinya perubahan sikap
diperlukan tahapan atau serangkaian urutan yang masing-masing urutan tersebut tidak beridiri
sendiri. Tahapan pertama menentukan tahapan kedua, dan tahapan kedua menentukan tahapan
ketiga.

Tahapan pertama, perhatian (attention). Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak memberikan
perhatian pada semua rangsang yang ada di sekeliling kita.
Melainkan hanya rangsang tertentu yang menjadi perhatian.Mengajak orang atau masyarakat untuk
ikut program keluarga berencana tidak mungkin bisa terwujud, kalau tidak diawali oleh upaya
membangkitkan perhatian masyarakat terhadap program keluarga berencana. Atau mungkin daya
Tarik program keluarga berencana yang lebih rendah dibandingkan dengan program penyuluhan
pertanian.
Tahap kedua, pemahaman (pemahaman). Setelah individu mempunyai perhatian terhadap objek
sikap (keluarga berencana), tahap proses perubahan sikap selanjutnya adalah pemahaman individu
mengenai keluarga berencana. Penjelasan mengenai keluarga berencana yang sangat majemuk
dipandang dari individu yang menjadi sasaran perubahan sehingga sulit dipahami atau dicerna oleh
individu yang menjadi sasaran perubahan akan menyebabkan sulitnya individu sasaran perubahan
menerima atau bersikap positif terhadap program keluarga berencana.

Tahap ketiga, penerimaan (akseptasi). Bila individu sasaran perubahan telah mempunyai perhatian
dan pengertian mengenai keluarga berencana maka ia harus memutuskan apakah ia akan mengikuti
program keluarga berencana atau tidak. Bila keputusannya adalah setuju atau bersedia mengikuti
program keluarga berencana berarti terdapat perubahan sikap dari individu yang merupakan sasaran
perubahan.

2. Model Paralel (Parallel Model)

Tidak seperti halnya model tahapan yang beranggapan bahwa perubahan sikap merupakan
suatu proses yang berlangsung secara bertahap, model paralel mengemukakan pemrosesan perifer
(peripheral processing) dan pemrosesan sentral (central processing). Pemrosesan suatu informasi
yang langkahnya lebih pendek dan tidak mendalam merupakan pemrosesan informasi yang sifatnya
perifer. Misalnya, kita mengikuti nasihat dokter (berolahraga, tidak mengonsumsi makanan yang
mengandung lemak, banyak minum air mineral, dan lain-lain) tanpa melakukan analisis lebih lanjut
karena yang memberikan nasihat adalah seorang dokter yang terkenal.
Demikian pula kita akan mengikuti saran dari montir mobil, akuntan, pialang,atau arsitek tanpa
mengkaji saran mereka karena mereka kita anggap pakar yang handal di bidangnya masing-masing.
Dari beberapa contoh ini tampak bahwa pemrosesan perifer yang sifatnya "jalan pintas" (heuristics)
ternyata mampu mengubah sikap individu dengan catatan perubahan sikap tersebut
bersifat sementara atau tidak permanen.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Kontras dengan pemrosesan perifer adalah pemrosesan sentral yang
dalam proses perubahan sikap. Di sini, baik langkah maupun pengolahan rangsang jauh lebih
mendalam, melibatkan motivasi dan kemampuan individu untuk memproses rangsang yang
diterimanya. Dalam kenyataan sering kedua pemrosesan - perifer dan sentral - dilakukan secara
bersamaan oleh individu. Itulah sebabnya mengapa model proses perubahan sikap ini disebut model
paralel.
c. Berikan contoh proses perubahan sikap!

Jumat, 29 Mei 2020 adalah hari yang cukup bersejarah bagi kalangan psikologi di Indonesia
dengan diresmikannya logo ulang tahun Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) ke-61 yang
berbentuk kupu-kupu dengan slogan Perubahan Perilaku untuk Kenormalan Baru. Slogan tersebut
diharapkan dapat menjadi semangat dan penggerak bagi setiap perangkat HIMPSI juga seluruh
komponen bangsa dalam melawan penyebaran dan menghadapi dampak wabah COVID-19.
Perubahan perilaku atau behavioral changes merupakan bisnis utama psikologi, yaitu dengan cara
memahami perilaku melalui asesmen dan mengubah atau memodifikasinya melalui intervensi.
Tentunya dalam melakukan asesmen dan intervensi, berdasarkan konsep teoretis sebagai dasar
berpikir dan bertindak.
Istilah New Normal mungkin saja sudah dari dulu digunakan untuk menjelaskan fenomena
perubahan di dunia. LaBarre tahun 2003 mengulas pendapat Roger McNamee, bahwa New Normal
selalu akan terjadi di sepanjang kehidupan manusia. Oleh karenanya manusia harus secara sabar
belajar dan terus beradaptasi untuk mengembangkan respon yang tepat dalam menghadapi tuntutan
perubahan yang terjadi. Menurut Hongyue dan Rajib, dampak pandemik terhadap perekonomian,
sosial, keamanan, serta politik akan mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang
sifatnya lebih luas dalam jangka waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut mencakup
perilaku hidup sehat, perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku
menggunakan media sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan.
Oleh karenanya perilaku hidup sehat akan menjadi berubah lebih baik, dengan mengkonsumsi
makanan sehat secara seimbang, berolah raga dan jam tidur yang teratur, lebih rutin memeriksakan
kondisi kesehatan, mencari asuransi kesehatan yang terpercaya, menjaga kebersihan, dan
menggunakan alat atau mengkonsumsi suplemen untuk terhindar dari penyakit. Perilaku hidup sehat
tidak terbatas pada kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Adapun kelompok masyarakat yang
belum sadar tentang pentingnya perilaku hidup sehat secara fisik dan mental, perlu terus didorong
dengan kampanye yang misalnya mengkombinasikan gain-loss framed messages, konsep dari
Tversky & Kahneman. Prinsipnya, perubahan perilaku dapat terjadi apabila ada keseimbangan
informasi yang diberikan terkait keuntungan kalau menjalankan perilaku hidup sehat dan kerugian
kalau tidak menjalankannya.

3.) a. Silahkan saudara jelaskan faktor yang dapat mengukur derajat kekompakan suatu kelompok!

Jawaban :

Kohesivitas kelompok bukan hanya merupakan kesatuan unit atau hubungan pertemanan antar
anggota, melainkan sebuah proses yang sangat kompleks yang dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal antar anggota ataupun proses dalam kelompok tersebut. Kohesivitas kelompok
meningkatkan produktivitas dan kinerja kelompok, konformitas terhadap norma kelompok,
memperbaiki semangat dan kepuasan kerja, mempermudah komunikasi dalam kelompok, mengurangi
permusuhan dalam kelompok, meningkatkan rasa aman dan harga diri.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Menurut Forsyth (2006), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok,
yaitu :

a. Interpersonal attraction (ketertarikan interpersonal) Suatu kelompok dapat terjalin ketika


dalam sebuah kelompok tersebut ada ketertarikan dari setiap individu. Faktor yang mempengaruhi
pembentukan kelompok selain ketertarikan diantaranya seperti kedekatan, frekuensi interaksi,
kesamaan, kelengkapan, timbal balik, dan saling memberikan penghargaan dapat mendorong
terbentuknya suatu kelompok. Dengan demikian juga mereka dapat membentuk kelompok yang
belum sempurna menjadi kelompok yang sangat kompak.

b. Stability of membership (stabilitas keanggotaan) Stabilitas anggota dapat dilihat dari lamanya
anggota berada pada suatu kelompok. Suatu kelompok yang keanggotaannya sering berganti
cenderung memiliki kohesivitas yang rendah dan berbanding terbalik dengan kelompok yang
keanggotaannya cenderung lama.

c. Group size (ukuran kelompok) Ukuran kelompok bisa mempengaruhi kohesivitas kelompok.
Konsekuensi yang ditimbulkan yaitu semakin besar sebuah kelompok maka kebutuhan akan antar
anggota kelompok semakin besar juga. Kelompok yang besar memungkinkan adanya reaksi-reaksi
antar anggota kelompok yang meningkat dengan cepat sehingga banyak anggota tidak bisa lagi
memelihara hubungan yang positif dengan anggota kelompok lainnya.

d. Structural features (ciri-ciri struktural) Kelompok yang kohesif cenderung terjadi secara relatif
karena mereka lebih tersusun dan struktur-struktur kelompok dihubungkan dengan tingkat kohesi
yang lebih tinggi dibanding dengan yang lain.

e. Initations (permulaan kelompok) Seorang individu yang memiliki ketertarikan untuk masuk
dalam suatu kelompok, pada umumnya melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan keanggotaan
dari kelompok, seperti tim olahraga yang melakukan tes kepada pemain baru dengan berbagai cara,
baik secara fisik maupun mental, terkadang seperti dilakukan seperti tentara. Dengan adanya tahapan-
tahapan yang dilakukan seseorang sebelum bergabung dalam suatu kelompok akan membuat sebuah
ikatan yang kuat antar setiap anggota dengan kelompoknya.

Oreily dan Chatman (Staw, 1991) memandang komitmen sebagai dasar dari suatu kelekatan
psikologis yang dimiliki seorang individu pada organisasinya. Akan tetapi tidak jarang perusahaan
maupun pegawai belum memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. Padahal pemahaman
tersebut sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga perusahaan dapat
berjalan secara efisien dan efektif. Seringkali perusahaan menuntut adanya komitmen pada karyawan,
yang mengarah pada tuduhan ketika terlihat kinerja seseorang menurun, perusahaan menganggap
karyawan tersebut berkomitmen rendah. Permasalahan yang muncul pada perusahaan yang karyawan
mempunyai komitmen yang rendah dapat membawa dampak negatif pada perusahaan seperti
menurunnya produktivitas, kualitas kerja, kepuasan, tidak mengindahkan peraturan, absensi maupun
turnover karyawan. Sebaliknya adanya komitmen organisasi yang tinggi akan memberikan pengaruh
positif, yaitu menimbulkan kepuasan kerja, semangat kerja, prestasi kerja yang baik dan keinginan
untuk tetap bekerja di perusahaan. Dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi, karyawan akan
melibatkan diri untuk menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab. Upaya membangun komitmen
organisasi merupakan sesuatu yang bermanfaat, karena dapat menjadikan perusahaan sebagai tempat
yang menyenangkan untuk bekerja.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b. Berikan contoh kasus nyata kelompok yang diukur oleh saudara!

Jawaban :

Berdasarkan studi kasus Kohesivitas Kelompok Dan Komitmen Organisasi Pada


Financialadvisorasuransi “X” Yogyakarta , bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada agen “X” Cabang Yogyakarta. Semakin tinggi
kohesivitas kelompok, maka semakin tinggi pula komitmen organisasi. Sebaliknya, semakin rendah
kohesivitas kelompok, maka semakin rendah pula komitmen organisasi.

Perusahaan juga disarankan untuk meningkatkan kohesivitas kelompok dengan memberikan


penghargaan dan meningkatkan waktu bersama dengan seluruh agen atau karyawan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan acara yang membutuhkan kebersamaan dan kekompakan. Demikian
juga untuk karyawan, agar komitmen organisasi dapat terjaga, maka karyawan sebaiknya menjaga
kekompakan kelompok.

Robbins (2002) menyatakan bahwa semakin kohesif suatu kelompok, para anggota semakin
mengarah ke tujuan. Tingkat kohesivitas akan memiliki pengaruh terhadap komitmen terhadap
organisasi tergantung dari seberapa jauh kesamaan tujuan kelompok dengan organisasi. Pada kelompok
dengan kohesivitas tinggi yang disertai adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan organisasi maka
kelompok tersebut akan berorientasi pada hasil ke arah pencapaian tujuan. Karyawan yang mempunyai
kohesivitas yang tinggi terhadap kelompoknya akan mempunyai keinginan yang rendah untuk keluar
dari perusahaan atau organisasi dimana kelompok tersebut berada

4.) a. Mengapa dapat terjadi perubahan sosial?

Jawaban :

Konflik kekerasan yang melibatkan anggota perguruan SHT dan SHWsebenarnya telah terjadi
jauh sebelum reformasi, meskipun dalam skala yang mikro. Namun seiring dengan pergantian
kepemimpinan nasional, yang ditandai dengan runtuhnya Orde Baru, ekskalasi konflik kekerasan
semakin meningkat. Berdasarkan data di Kepolisian Madiun sejak Maret 1998 hingga Februari 2007,
telah terjadi 217 kasus kekerasan, 180 kasus terjadi di wilayah Kabupaten Madiun dan 37 kasus terjadi di
wilayah Kota Madiun.

Banyaknya jumlah kasus di wilayah Kabupaten Madiun dibanding di Kota Madiun tentu dapat
dipahami. Dari segi teritorial, Kabupaten Madiun lebih luas, terdiri dari 15 kecamatan, sementara itu
Kota Madiun hanya tiga kecamatan. Terkait itu pula, jumlah anggota perguruan, baik SHT maupun
SHW, lebih besar di wilayah kabupaten. Mereka tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Dari lima belas
kecamatan yang ada, terdapat 5 kecamatan menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah kasus kekerasan.
Masing-masing adalah Kecamatan Geger, Dagangan, Wungu, Dolopo, dan Mejayan. Tiga kecamatan
pertama, secara geografis, berbatasan langsung dengan wilayah kota. Meskipun tidak ada angka yang
pasti, lima wilayah tersebut memiliki jumlah keanggotaan paling banyak. Dengan kata lain,
wilayahwilayah tersebut merupakan daerah basis kedua perguruan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Fakta tentang awal mula terjadinya konflik yaitu :

1. Konflik SHT dan SHW dimulai setelah Ki Ngabeni Soerodiwiryo , pendiri ajaran ke SH an
meninggal pada tanggal 10 November 1944 dalam usia 75 tahun. Dugaan tersebut didasarkan
pada satu keyakinan bahwa ketika seseorang yang ditokohkan dalam suatu organisasi tidak
ada, apalagi dalam keadaan dunia persilatan, maka besar kemungkinan mereka masih ada akan
berebut kekuasaan dan pengaruh.

2. Sepeninggal Eyang Soero, SH terpecah menjadi dua , SH Winongo dengan basis wilayah
perkotaan dengan pusatnya di Desa Winongo, tempat di makamkan Ki Soero dan SH Terate
dengan basis daerah pinggiran dan pedesaan pusatnya di DEsa Pilangbangau. SHT
menganggap dirinyalah penerus aliran SH yang sebenar-benarnya, sementara SHW juga
menganggap dirinyalah penerus ajaran SH.

3. Konflik semakin parah dengan adanya pihak ketiga yang memiliki kepentingan. Misalnya
mantan Bupati Ponorogo 1998, yang juga tokoh parpol menjadi anggota kehormatan salah
satu perguruan. Demikian juga Ketua DPRD Kota Madiun yang dijabat oleh orang
berpengaruh dari salah satu perguruan. Artinya , ketika pihakpihak yang seharusnya dapat
menyelesaikan konflik secara fair, justru menjadi bagian dari konflik itu sendiri. Sehingga
kesan diskriminatif , yakni perlakuan yang tidak sama terhadap kelompok masyarakat menjadi
sulit di hindarkan.

4. Konflik semakin meluas dengan motif perebutan pengaruh yang berarti juga perebutan basis
ekonomi. Contoh kasus, tahun 2002 SH terate melakukan pelantikan setiap tanggal 1 Suro
sejumlah 1000-2000 anggota baru. Jika saja setiap anggota dikenakan 700 ribu rupiah, maka
uang yang akan masuk ke organisasi sebesar 700 juta hingga 1,4 milyar per tahun.

5. Sejarah madiun yang lekat dengan tradisi kekerasan, kultur masyarakat yangbersifat agraris
di mana banyak waktu luang, ideologi Pencak Silat yang dekat dengan olah kebatinan
(kejawen) tampaknya menjadi faktor pendorong dan pada saat yang sama membuat konflik
kekerasan berlangsung cukup lama.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b. Jelaskan penyebab perubahan sosial seperti apa yang dapat terjadi!

Jawaban :

Dilihat dari jenis kasus kekerasan yang terjadi selama kurun waktu 1998-2007, kasus penganiayaan,
pengrusakan, dan pengeroyokan menempati urutan teratas. Kasus-kasus tersebut umumnya terjadi ketika
individu atau sekolompok individu dari kedua belah pihak yang saling berseteru tersebut bertemu. Secara
spontan maupun terencana, karena hal yang sepele, misalnya karena saling memandang, bisa
menyebabkan konflik kekerasan terjadi.

Waktu tampaknya juga ikut mempengaruhi frekuensi terjadinya konflik kekerasan. Jumlah kejadian
meningkat pada bulan Januari hingga Maret, menurun pada bulan Juni-Juli, dan kemudian meningkat
lagi pada bulan Agustus. Tampaknya ada semacam siklus, kapan konflik kekerasan akan tinggi dan
kapan akan relatif berkurang.Kasus kekerasan yang terjadi pada waktu-waktu tertentu, sebenarnya telah
dapat diprediksi. Misalnya pada acara Suroan, Halal bi Halal, dan perayaan hari kemerdekaan, yang
memang massa berkumpul dalam jumlah besar.Yang menyulitkan adalah ketika kasus kekerasan terjadi
secara spontan, dan memang ini-lahyang banyak terjadi. Bentuknya bisa berupa penganiayaan dan
pengeroyokan. Sangat mungkin awalnya hanya orang per orang atau sekelompok kecil orang, tetapi
masalah kemudian menggelinding dengan melibatkan kelompok yang lebih besar.

Dari kajian empiris yang didasarkan pada fakta-fakta lapangan dengan didukung oleh analisis
teoretik, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa konflik kekerasan terjadi karena proses pembentukan
identitas sosial yang terdistorsi.Bila kondisi dasar seperti kemiskinan dan pengangguran tidak diperbaiki,
demikian juga interaksi antar kelompok perguruan, maka pecahnya konflik kekerasan kembali hanya
soal waktu dan intensitas.

c. Berikan pendapat saudara dari kasus diatas didasarkan pada persepektif evolusioner dan
perspektif siklus!

Jawaban :

Dari fakta-fakta empiris yang ditemukan jelas bahwa munculnya konflik kekerasan tidak semata-mata
karena faktor internalkedua kelompok perguruan, melainkan merupakan sesuatu yang kompleks. Di
mulai dari faktor kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang belum mapan, yang salah satu indikator
utamanya adalah adanya kesenjangan sosial, kemiskinan, dan pengangguran. Pemerintahan yang lemah
dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem keamanan dan keadilan juga menjadi faktor dasar
munculnya konflik kekerasan di antara anggota kelompok masyarakat.Yang tidak kalah pentingnya
dalam kasus konflik kekerasan yang melibatkan anggota perguruan SHT dan SHW, adalah peran faktor
sejarah.

Masyarakat mendapatkan pembelajaran kekerasan dari perjalanan sejarah Madiun sendiri, yang dari
waktu ke waktu cenderung diwarnai oleh konflik horisontal. Mulai dari jaman Mataram, peristiwa 1948,
sampai dengan tragedi nasional 1965. Dari sini seolah masyarakat mendapatkan pembenaran atas tindak
kekerasan yang dilakukan. Individu melakukan tindak kekerasan karena belajar dalam arti mengamati
dan mempelajari dari peristiwa yang pernah dia saksikan dan dia rasakan. Peristiwa yang ia amati dan
rasakan kemudian masuk ke dalam memori individu yang bersangkutan, yang sewaktu-waktu bisa
dimunculkan apabila mendapatkan stimulus yang relatif sama dengan ketika peristiwa itu terjadi.

Anda mungkin juga menyukai