Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Nama Mahasiswa : Fahri Firdiana Kartika Sari

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 049255965

Tanggal Lahir : 19 Juni 2004

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP 4110/ Pengantar Sosiologi

Kode/Nama Program Studi : 50/ Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UT-Daerah : 41/ Purwokerto

Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 11 Desember 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Fahri Firdiana Kartika Sari


NIM : 049255965
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP 4110/ Pengantar Sosiologi
Fakultas : Fakultas Hukum Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
UT-Daerah : Purwokerto

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Banyumas, 11 Desember 2023

Yang Membuat Pernyataan

Fahri Firdiana Kartika Sari


Jawaban UAS THE Pengantar Sosiologi ISIP 4110

Oleh Fahri Firdiana Kartika Sari 049255965

1. A.)

Sosialisasi adalah proses dimana individu belajar berperan dalam masyarakat. Selama
dalam proses sosialisasi yang akan mempelajari cara bekerjasama dengan individu lainnya,
mengikuti nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, dan melaksanakan perannya sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Melalui sosialisasi, maka kebudayaan akan dapat
diwariskan ke generasi berikutnya. Proses sosialisasi yang dialami oleh individu merupakan
suatu proses yang bersifat terus-menerus selama individu itu hidup dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Para ahli membedakan proses sosialisasi yang berlangsung seumur hidup itu
dalam dua jenis atau dapat pula disebut dengan dua tahapan dasar sosialisasi, yaitu sosialisasi
primer dan sosialisasi sekunder.

Menurut Peter Berger dan Luckmann, sosialisasi tersebut mengacu pada sosialisasi
yang pertama kali dialami oleh individu pada masa anak-anaknya ketika ia mulai menjadi
anggota suatu masyarakat (Landis, 1986:35). Sosialisasi primer biasanya terjadi dilakukan
keluarga, di sini individu tidak mempunyai hak untuk dapat memilih agen sosialisasi. Si anak
akan secara otomatis dan tidak dapat menghindarkan diri untuk menerima dan
menginternalisasi cara pandang keluarga dalam melihat masyarakat. Sebagai proses
sosialisasi primer berlangsung referensi dari anak beralih dari spesifik menuju yang lebih
umum, jadi melalui sosialisasi primer sedunia pertama individu di konstruksi atau dibentuk.

Sedangkan, sosialisasi sekunder merupakan proses yang akan memperkenalkan


individu yang telah berhasil tersebut ke dalam dunia lain dari masyarakatnya (Landis; 1986:
35). Sosialisasi sekunder biasanya berjalan dalam berbagai bentuk yang satu sama lain saling
berkaitan. Bentuk yang umum adalah proses resosialisasi yang menekankan pada pengajaran
sikap dan perilaku yang tidak sama atau bertolak belakang dengan hal-hal yang pernah
dipelajari oleh individu di masa lalunya. Sehingga resosialisasi yang melibatkan pengajaran
corak kehidupan baru dalam dan penyesuaian diri individu tetap dan pola perilaku yang
berpola dan pola perilaku yang baru pula. Resosialisasi akan lebih umum lagi terjadi pada
perilaku kehidupan orang dewasa dimana hal tersebut dapat terjadi dalam beberapa bentuk
seperti dalam metode pelatihan atau pekerjaan. proses sosialisasi tersebut pada umumnya
akan terjadi pada proses desosialisasi dimana seseorang akan mengalami “pencabutan” dari
pihak yang lama dan kemudian “diberi” diri yang baru dalam proses resosialisasi.

Dalam kasus diatas, jenis sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dengan Giri yaitu
sosialisasi Primer karena hal tersebut terjadi di dalam lingkup anggota keluarga Giri, dimana
didalam sosialisasi primer ini dijelaskan bahwa orang tua giri secara konstan

1
mengomunikansikan nilai-nilai, perasaan, tujuan mereka kepada Giri dan Giri pun dituntut
akan keinginan mereka.

1. B.)

Berdasarkan pendapat saya pribadi sosialisai yang dilakukan orang tua Giri
kepada giri adalah pola sosialisasi represif. Karena pola sosialisasi Represeif memiliki ciri-
ciri:

1. menekankan pada penggunaan hukuman;

2. Memakai materi dalam hukuman dan imbalan;

3. Kepatuhan anak pada orang tua;

4. Komunikasi satu arah, nonverbal, dan berisi perintah;

5. Orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting;

6. Keluarga menjadi significant others.

Pada kasus Giri diatas, menyatakan bahwa pola sosialisasi yang dilakukan oleh orang
tua Giri cenderung bersifat sosialisasi Represif, hal tersebut antara lain dapat dilihat pada
bentuk komunikasi yang haram itu hanya dari pihak orang saja sehingga si anak yaitu Giri
tidak boleh membantah perintah dari orang tua yaitu meskipun hal itu berlawanan dengan
kehendak Giri. Selain itu hukuman cenderung serng digunakan dalam sosialisasi yang
bersifat Represif yang bertujuan agar untuk anak patuh pada orang tua.

2. A.)

Secara umum kelompok diartikan sebagai kumpulan orang-orang, sementara sosiolog


melihat kelompok sebagai dua atau lebih orang yang mengembangkan perasaan kebersatuan
dan yang terikat bersama-sama oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil. Terdapat
sejumlah kriteria yang mencirikan apakah sekumpulan orang bisa disebut sebagai kelompok
atau tidak, tetapi pada dasarnya terdapat dua karakteristik pokok dari kelompok, yaitu 1)
adanya interaksi yang terpola dan 2) adanya kesadaran akan identitas bersama.

Terdapat berbagai macam jenis kelompok. Bierstedt mengklasifikasikan kelompok ke


dalam kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok
asosiasi. Sedangkan Emille Durkheim membaginya dalam kelompok yang didasarkan pada
solidaritas mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Ferdinand
Tonnies mengklasifikasikannya menjadi gemeinschaft dan gesselschaft. C.H. Cooley
membagi kelompok ke dalam kelompok primer dan kelompok sekunder. Sementara W.G.

2
Sumner mengklasifikasinya ke dalam in-group dan out-group. K. Merton menguraikan
tentang kelompok acuan. Sementara itu jenis kelompok lainnya adalah kelompok sukarela-
nonsukarela, kelompok vertikal- horizontal, kelompok terbuka-tertutup, serta kelompok
mayoritas-minoritas

Contoh sebuah ilustrasi yang akan saya tulis misalnya, di sebuah desa di Jawa
Tengah, terdapat dua kelompok masyarakat yang hidup berdampingan, yaitu kelompok petani
dan kelompok nelayan. Kedua kelompok ini memiliki hubungan yang kurang harmonis.
Petani menganggap nelayan sebagai kelompok yang malas dan tidak produktif, sedangkan
nelayan menganggap petani sebagai kelompok yang bodoh dan tidak kreatif.

Suatu hari, terjadi bencana alam berupa banjir bandang yang meluluhlantakkan desa
tersebut. Kedua kelompok masyarakat ini pun bahu-membahu untuk saling membantu
menyelamatkan diri dan harta benda mereka. Mereka menyadari bahwa mereka perlu bekerja
sama untuk menghadapi bencana tersebut.

Bencana alam tersebut menjadi titik balik bagi hubungan kedua kelompok masyarakat
ini. Mereka mulai saling memahami dan menghargai perbedaan masing-masing. Mereka juga
mulai bekerja sama untuk membangun kembali desa mereka.

2. B.)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dari contoh ilustrasi yang saya
kemukakan pada poin a di atas terkait pembentukan dan perkembangan hubungan kelompok
tersebut mengacu pada pendapat Sunarto. Yakni dari faktor Rasialisn, etnisitas, seksisme,
serta ageisme. Pembentukan dan pengembangan hubungan sosial antarkelompok tersebut
antara lain juga dipengaruhi oleh faktor ras, etnisitas, jenis kelamin (seksisme), dan usia (age)
(Sunarto, 2000).

1.)Rasialis

Ras merupakan salah satu topik penting dalam kajian sosiologi. Dalam kajian
sosiologi konsep ras berhubungan dengan stratifikasi sosial dan ketidaksamaan. Minat kajian
sosiologi tentang ras ini biasanya berkisar pada penggunaan karakteristik- karakteristik ras
secara fisik yang sengaja dibuat, daripada karakteristik-karakteristik ras itu sendiri. Para
sosiolog lebih berminat mengkaji bagaimana karakteristik fisik digunakan dalam tindakan
diskriminasi, daripada mengkaji karakteristik apa yang ada pada suatu ras tertentu. Di
samping itu, minat sosiolog ini juga didasari pada pemahaman bahwa rasis dan diskriminasi
bersifat universal, artinya akan selalu ada masalah rasial dan etnik di setiap bangsa.
Contohnya bangsa Amerika dengan kelompok orang-orang kulit hitamnya, Australia dengan
orang Aborigin, atau bangsa Indonesia dengan masalah Jawa non-jawa.

3
2.) Etnisitas

Kelompok etnis diartikan sebagai "serangkaian orang yang berbagi budaya umum,
atau subkultur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya" (Goode, 1988:
268). Dengan demikian etnisitas mengacu pada persamaan kebudayaan, termasuk di
dalamnya adalah bahasa, agama, dan nasionalitas. Suatu kelompok yang dikategorikan
sebagai etnis tertentu dicirikan oleh adanya kebudayaan yang sama pada kelompok etnis
tersebut. Etnisitas ini sendiri membentuk ikatan sosial yang diperkuat oleh tradisi, nilai, adat,
norma, dan kepercayaan. Dengan demikian etnisitas merupakan dasar bagi terbentuknya
identitas. Contoh dari etnisitas adalah suku Jawa, Batak, Sunda; umat Islam, umat Kristen,
umat Budha; bangsa Indonesia, bangsa Amerika, bangsa Rusia, karena kelompok-kelompok
ini memiliki subkultur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3.) Seksisme

Kategori kelompok sosial berdasarkan jenis kelamin mengakibatkan munculnya


stratifikasi sosial yang menempatkan kelompok laki-laki berada pada posisi dominan
sedangkan kelompok perempuan berada pada posisi subordinat, atau sebaliknya. Hubungan
sosial yang tumbuh dan berkembang di antara kedua kelompok tersebut didasarkan pada
anggapan bahwa perbedaan jenis kelamin yang dibawa sejak lahir menentukan status dan
peran sosial. Dari anggapan seperti inilah muncul diskriminasi dan eksploitasi yang
didasarkan pada kekuatan fisik. Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin ini menurut Parson
diperkuat oleh industrialisasi yang memisahkan kegiatan kerja antara laki-laki dan
perempuan. Industrialisasi menempatkan laki-laki masuk ke dalam sektor ekonomi sementara
perempuan berada pada sektor domestik (Sunarto, 2000).

4.) Ageisme

Selanjutnya hubungan sosial antarkelompok juga dipengaruhi oleh usia. Di dalam


masyarakat terdapat norma-norma yang mengatur hubungan sosial antara kelompok orang
yang berusia tua dengan kelompok orang yang berusia muda. Hubungan sosial yang terjalin
di antara kelompok-kelompok ini berhubungan dengan kekuasaan, di mana kelompok dari
orang-orang yang berusia muda menempati status yang rendah sedangkan kelompok dari
orang-orang yang berusia tua menempati status yang tinggi. Mereka yang termasuk kelompok
orang-orang berusia muda berada dalam kekuasaan kelompok orang-orang berusia tua
sehingga mereka wajib menghormati, tunduk dan patuh. Sehubungan dengan hal ini sering
terlihat sejumlah kegiatan yang mendasarkan diri pada senioritas dan yunioritas.

4
3. A.)

Terdapat beberapa definisi tentang struktur sosial, salah satunya yang dikemukakan
oleh Erich Goode (1988: 87) yang mengartikan struktur sosial sebagai "jaringan saling
keterhubungan yang secara normatif mengarahkan hubungan sosial yang ada di masyarakat".
Sementara Zanden (1993: 44) mendefinisikan struktur sosial sebagai "the interweaving of
people's interactions and relationships in recurrent and stable patterns", yang dapat
diterjemahkan menjadi "keterjalinan interaksi/hubungan di dalam pola-pola yang berulang
dan mantab". Dari kedua definisi tersebut dapat kita lihat bahwa hal yang penting dalam
struktur sosial adalah keterjalinan hubungan.

Struktur sosial yang merupakan keterjalinan hubungan, di karakteristik oleh dua hal,
yaitu adanya organisasi dan stabilitas, Contohnya adalah struktur sosial dari Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka. Setiap semester selalu ada mahasiswa baru yang
menjadi anggota. Setiap semester ada mahasiswa-mahasiswa yang diwisuda. Terjadi
perubahan struktur kurikulum dalam rangka adaptasi terhadap perubahan paradigma dan
kebutuhan pengguna lulusan. Pada saat-saat tertentu terjadi penggantian pimpinan fakultas.
Di sini terlihat bahwa walaupun mahasiswa dan para pengelola fakultas dan kurikulum dapat
saja berganti/berubah, tetapi yang pasti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Terbuka tetap eksis. Hal ini dikarenakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Terbuka terorganisasi dalam tatanan yang stabil.

Sehubungan dengan struktur sosial dikenal istilah status sosial. Secara umum status
dipahami sebagai urutan orang berdasarkan kekayaannya, pengaruhnya, maupun prestisenya.
Dari pengertian ini muncul pengelompokan orang, misalnya berdasarkan kekayaannya yaitu
kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Akan tetapi sosiolog mengartikan status
sebagai posisi individu di dalam kelompok atau masyarakat (Schaefer, 1983: 80). Artinya,
letak seseorang di antara orang yang lainnya dalam suatu struktur sosial.

Status sosial ini, dibedakan antara ascribed statuses dan achieved statuses. Status yang
sudah disediakan bagi kita oleh kelompok atau masyarakat kita tanpa kita harus berusaha
memilikinya disebut ascribed statuses (Schaefer, 1983: 80). Usia dan jenis kelamin, ras,
agama, latar belakang keluarga, kondisi sosial ekonomi, biasanya digunakan sebagai
pembatas ascribed statuses ini.

Sementara achieved statuses disediakan bagi kita dalam hubungannya dengan pilihan
individu dan persaingan (Schaefer, 1983: 80). Achieved statuses didasarkan pada asumsi
bahwa setiap individu itu berbeda dan semua masyarakat menghargai kegagalan dan
pencapaian individu. Jadi pada dasarnya achieved statuses merujuk pada pencapaian
individual.

3.B.)

5
Pada umumnya institusi sosial memiliki banyak karakteristik, tetapi terdapat tiga
karakteristik pokok yaitu simbol kebudayaan, tata krama perilaku, dan ideologi (Sukanto,
1982: 157). Suatu institusi sosial biasanya mempunyai simbol kebudayaan yang digunakan
untuk menandai kehadiran suatu institusi sosial tersebut. Contohnya lagu kebangsaan untuk
menandai kehadiran institusi pemerintahan, patung salib untuk menandai kehadiran institusi
agama, totem untuk menandai kehadiran institusi kekerabatan, dan lain-lain. Di samping itu
suatu institusi sosial mengandung tata krama perilaku, misalnya institusi kedokteran
mengandung tata krama perilaku yang mengatur perilaku para dokter, para medis, dan pihak-
pihak yang terkait di dalamnya. Suatu institusi sosial juga mengandung ideologi, misalnya
institusi agama Islam mengandung ideologi kesaksian akan ketuhanan Allah dan kerasulan
Muhammad.

Contoh ilustrasi dari institusi sosial berdasarkan achieved statuses misalnya, adalah
menjadi mahasiswa, aktor, polisi, dan sebagainya. Kita menjadi mahasiswa bukan karena
Kita laki-laki atau dari kasta brahmana, melainkan karena Kita dapat menamatkan pendidikan
SMU dan atas usaha Kita dapat lulus diterima sebagai mahasiswa. Sedangkan contoh ilustrasi
dari institusi sosial berdasarkan ascribed statuses yaitu, untuk bisa mempunyai SIM (surat
izin mengemudi) orang harus sudah berusia minimal 17 tahun, pada beberapa kasus
perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin agama, orang kulit hitam tidak boleh
berada satu meja dengan orang kulit putih, hanya orang yang dilahirkan dari ayah atau ayah
dan ibu keturunan brahmana yang boleh menjadi anggota kasta brahmana, dan lain-lain.

3.C.)

Analisis saya pribadi terkait contoh dari masing-masing ilustrasi diatas yaitu,
berdasarkan Achieved statuses kita bisa memilih menjadi apa yang kita inginkan selagi hal-
hal tersebut berdampak positif bagi diri kita dan juga berdampak positif bagi lingkungan
sekitar. Sedangkan, berdasarkan ascribed statuses, kita telah terlahir di dunia memiliki hak
tertetu/hak istimewa yang telah leluhur mereka miliki, misalnya terlahir dengan keadaan
kaya,anak seorang pejabat, anak seorang kyai, anak seorang marga tertentu, dll.

4.A.)

Secara teori ada banyak ahli yang memberikan sumbangannya dalam menjelaskan
tentang pengertian perubahan sosial, antara lain oleh William F. Ogburn, Kingsley Davis,
Gilin dan Gilin, Samuel Koenig serta Selo Soemarjan (Soekanto, 1990:303- 305). Ogburn
tidak memberikan definisi secara jelas tentang perubahan sosial, tetapi beliau lebih
menjelaskan tentang bagaimana ruang lingkup dari perubahan sosial yang di dalamnya
meliputi unsur-unsur budaya. Dalam hal ini Ogburn menekankan bahwa kebudayaan material
mempunyai pengaruh besar terhadap kebudayaan immaterial sehingga terjadilah perubahan
sosial. penjelasan dari Kingsley Davis yang secara lebih jauh menyatakan bahwa perubahan
sosial merupakan suatu perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat.

6
Selanjutnya penjelasan dari Gilin dan Gilin mengemukakan bahwa perubahan sosial
merupakan suatu variasi atau sesuatu yang lain yang timbul dari cara-cara hidup yang telah
diterima. Di mana sesuatu yang baru tersebut dapat disebabkan perubahan dalam kondisi
geografis maupun komposisi penduduk. Perubahan sosial dapat pula mempunyai pengertian
sebagai adanya faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kehidupan manusia, seperti
yang dikemukakan oleh Samuel Koenig. Hal tersebut berarti bahwa perubahan sosial merujuk
pada adanya modifikasi-modifikasi dari faktor eksternal atau internal dalam pola-pola
kehidupan manusia. Sedangkan tokoh sosiologi dari Indonesia yaitu Selo Soemarjan
menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup semua aspek perubahan dalam lembaga suatu
masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem sosial termasuk nilai, sikap dan pola perilaku
kelompok dalam masyarakat tersebut. Ia menekankan bahwa perubahan sosial terjadi pada
lembaga masyarakat sehingga mempengaruhi struktur masyarakat yang bersangkutan.

Perbedaan mendasar dari teori siklik dan teori evolusioner yaitu, pada teori Sikliki
penekanan dari teori siklik ini adalah bahwa sejarah peradaban manusia tidak berawal dan
tidak berakhir melainkan suatu periode yang di dalamnya mengandung kemunduran dan
kemajuan, keteraturan dan kekacauan. Artinya proses peralihan masyarakat bukanlah
berakhir pada tahap terakhir yang sempurna melainkan berputar kembali pada tahap awal
untuk menuju tahap peralihan berikutnya. Arnold Toynbee melihat bahwa peradaban muncul
dari masyarakat primitif melalui suatu proses perlawanan dan respons masyarakat terhadap
kondisi yang merugikan mereka. Peradaban meliputi kelahiran, pertumbuhan, kemandekan
dan disintegrasi karena pertempuran antara kelompok- kelompok dalam memperebutkan
kekuasaan. Secara jelas Pitirim Sorokin ahli sosiologi dari Rusia yang menjelaskan bahwa
perubahan yang menyebabkan masyarakat bergerak naik turun terjadi dalam tiga siklus
kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yaitu:

a.)kebudayaan ideasional (ideasional culture) yang menekankan pada perasaan atau emosi
dan kepercayaan terhadap unsur supernatural,

b.)kebudayaan idealistis (idealistic culture) yang merupakan tahap pertengahan yang


menekankan pada rasionalitas dan logika dalam menciptakan masyarakat ideal,

c.)kebudayaan sensasi (sensate culture) di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan
dan tujuan hidup.

Sedangkan pada teori Evolusioner, para ahli teori ini cenderung melihat bahwa
perubahan sosial yang terjadi merupakan suatu proses yang linear, artinya semua masyarakat
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan
awal sampai tahap akhir. Tatkala tahap akhir telah tercapai maka pada saat itu perubahan
secara evolusioner telah berakhir. Tokoh dari teori ini antara lain adalah Auguste Comte,
seorang sarjana Prancis, yang melihat bahwa masyarakat bergerak dalam tiga tahap
perkembangan yaitu:

7
a.) tahap teologis (theological stage) di mana masyarakat diarahkan oleh nilai-nilai
supernatural;

b.) tahap metafisik (methaphysical stage) merupakan tahap peralihan dari kepercayaan
terhadap unsur supernatural menuju prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar
perkembangan budaya;

c.) tahap positif atau ilmiah (positive stage) di mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan
yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

4.B.)

Perspektif teori siklik melihat bahwa sejarah peradaban manusia memiliki pola siklus
yang berputar. Contoh dari perubahan sosial yang berputar adalah:

a.)Siklus Ekonomi: Masyarakat mengalami periode kejayaan ekonomi yang diikuti oleh
kemunduran ekonomi. Contohnya, dari masa kejayaan ekonomi menuju depresi ekonomi.

b.)Siklus Kekuasaan Politik: Terjadi perubahan dalam kepemimpinan politik yang mengalami
puncak kekuasaan dan kemudian kemunduran ke dalam periode pergantian kepemimpinan.

c.)Siklus Budaya: Pola perubahan dalam budaya atau tren sosial yang mengalami popularitas
dan kemudian menghilang seiring berjalannya waktu.

4.C.)

Berikut beberapa kelemahan dari teori evolusioner yang telah saya analisis dibawah
ini:

a.)Deterministik: Teori evolusioner sering dianggap terlalu deterministik karena


mengandaikan bahwa setiap masyarakat akan mengalami evolusi menuju tahap yang lebih
tinggi secara otomatis. Realitasnya, perkembangan sosial kompleks dan dipengaruhi oleh
banyak variabel.

b.)Stereotip Linear: Teori ini dapat menciptakan stereotip bahwa perkembangan sosial selalu
menuju ke arah yang lebih maju, mengabaikan variasi dan dinamika dalam perkembangan
berbagai masyarakat.

c.)Kurang Memperhitungkan Konteks Lokal: Teori evolusioner sering kali kurang


memperhitungkan konteks lokal dan variasi budaya yang dapat mempengaruhi arah
perkembangan masyarakat.

d.)Ketidakpastian dan Kejutan: Tidak mampu memprediksi perubahan sosial yang


disebabkan oleh peristiwa atau kejadian tak terduga, seperti revolusi atau perubahan
mendalam dalam struktur sosial.

8
Dalam menyikapi perubahan sosial, penting untuk mempertimbangkan baik teori
siklik maupun evolusioner serta memahami bahwa realitasnya mungkin lebih kompleks dan
bervariasi dari kedua perspektif tersebut.

Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai