Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : Lisa Mayasari

: 030626513
Nomor Induk Mahasiswa/NIM
: 09 Maret 1986
Tanggal Lahir
: IPEM4215 / Teori Politik
Kode/Nama Mata Kuliah
: 71/ Ilmu Pemerintahan
Kode/Nama Program Studi
: 41 / Tarakan
Kode/Nama UPBJJ
: Sabtu / 05 Desember 2020
Hari/Tanggal UAS THE

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Lisa Mayasari


NIM : 030626513

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4215 / Teori Politik

Fakultas : FHISIP

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

UPBJJ-UT : Tarakan

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tanjung Selor, 05 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

LISA MAYASARI
UKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban Nomor 1
Kasus di atas dilihat dari pendekatan rasional. Dalam pendekatan rasional, setiap perilaku manusia dengan
mengetahui kepentingan – kepentingan dari actor yang bersangkutan (involved). Inti dari politik menurut mereka
adalah individu sebagai actor terpenting dalam dunia politik. Sebagai makhluk rasional ia selalu mempunyai tujuan –
tujuan (goal seeking/goal oriented) yang mencerminkan apa yang dianggap kepentingan diri sendiri. Pelaku Rational
Act ini, terutama politisi, birokrat, warga Negara yang memiliki hak memilih pada pemilu, maupun actor ekonomi,
pada dasarnya egois dan segala tindakannya berdasarkan kecenderungan ini. Oleh karena terkait kasus UU MD3 di
atas, kenapa anggota DPR tidak setuju UU tersebut disahkan karena UU ini dirasa memiliki posisi strategis bagi bangsa
Indonesia terkait kemunduran demokrasi di Indonesia. Apabila anggota DPR salah memutuskan dikhawatirkan
kehidupan berbangsa dan bernegara kn kacau balau sehingga penentuan pilihan terkait UU MD3 ini harus didasarkan
pada rasionalitas kebermanfaatan UU tersebut.

Jika ditinjau dari teori politik pendekatan kelembagaan, maka secara kelembagan DPR merupakan lembaga legislatif
yang berfungsi merancang UU bersama presiden. Pendekatan kelembagaan ini melihat pada bagaimana sebuah
sistem,struktur, atau lembaga-lembaga tersebut direkayasa dan berinteraksi sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
tertentu.

Dari penjelasan di atas, terdapat beberapa poin yaitu bahwa konselasi politik dalam UU MD3 bukan tanpa persoalan.
Ada beberapa potensi konflik gara-gara UU MD3 ini lebih diwarnai oleh interaksi kekuasaan (power interplay) dan
konteks sejarah pembentukkan koalisi daripada tawar menawar politik maupun perwujudan gagasan pengawasan da
perimbangan kekuasaan (check and balances). Terlebih sebagian besar anggota DPR adalah oposisi pemerintah.

Jawaban Nomor 2
Kekuasaan
Pengertia kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan
kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang didapatkan atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.
Dengan kata lain kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilku sesuai
dengan kehenak yag mempengaruhi. Contoh kekuasaan adalah kekuasaan presiden, kekuasaan raja, kekuasaan
golongn dan kekuasaan pejabat negara.
Wewenang
Pengertian wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. Ada dua pandangan mengenai sumber wewenang, yaitu formal
serta penerimaan.
Sumber formal yaitu wewenang dianugerahkan karena seseorang diberi atau dilimpahkan / diwarisi hal tersebut.
Sumber penerimaan yaitu wewenang seseorang muncul hanya bila hal itu diterima oleh sekelompok/individu kepada
siapa wewenang tersebut dijalankan.
Perbedaan kekuasaan dan wewenang
Dengan melihat keterangan di atas maka wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu atu
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
kekuaasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk
mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok.
Perbedaan yang jelas terlihat dari kata hak dan kemampuan, jika dalam kekuasaan maka kita memiliki kemampuan
untuk mengatur atau memerintah orang lain. Sedangkan dalam wewenang kita dapat menggunakan hak kita untuk
memerintah dan mengatur orang lain.
JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Ilmu politik senantias berurusan dengan aspek kekuasaan, mulai yang berwujud lembaga negara hingga
kekuasaan berupa wacana atau konstuksi kesadaran tertentu terhadap realitas.

Kekuasaan juga menyangkut persoalan apakah kekuasaan itu sendiri bersifat memusat atau menyebar.
Artinya, di dalam kehidupan sosial politik, aktor atau pelaku yang memegang kekuasaan itu berapa banyak,
apakah masyarakat secara luas atau hanya segelintir orang. Pemodelan paling sederhana tentang distribusi
kekuasaan, terbagi menjadi tiga. Pertama, model elite yang menguasa. Kedua, model pluralis dan ketiga
adalah model populis.

Model elite artinya kekuasaan hanya dimiliki oleh kelompok kecil saja. Artinya, distribusi dan alokasi
perekonomian atau pembangunan ekonomi semata-mata hanya menguntungkan segelintir elite semata.
Pendekatan ini bermula dari konsepsi tentang teori elite bahwa pada dasarnya masyarakat terbagi ke dalam
dua kelas, yakni sedikit orang yang berkuasa disebut elite, dan masyarakat yang diatur atau dikuasai disebut
massa. (Teori ini gilirannya akan mengilhami munculnya teori oligarki politik).

Lebih jauh lagi dipaparakan bahwa dalam kategori distribusi kekuasaan elitis dipilah menjadi menjadi tiga
lagi (Surbakti, 2010: 94). Pertama, elite politik yang membuat kebijakan dimana distribusi kekuasaan hanya
berorientasi pada keuntungan pribadi dan golongan tertentu saja. Tipe ini cenderung menolak golongan yang
bukan elite untuk memasuki kekuasaan dan cenderung tertutup. Di antara sesama elite, tipe demikian acap
kali menyatukan kekuatan demi menjaga keberlangsungan keadaan yang ada atau status quo. Tipe demikian
terkesan kurang responsif terhadap tuntutan masyarakat.

Tipe kedua dari elite politik adalah elite politik liberal, artinya adanya keterbukaan kepada seluruh
masyarakat untuk meningkatkan status sosial. Dengan catatan elite-elite baru yang masuk harus senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungan elite terdahulu. Tipe ini lebih baik dalam merespon tuntutan karena
persaingan sehat untuk masuk menjadi elite terbuka, meski dengan rambu-rambu dari kalangan elite sendiri.

Tipe terakhir dari elite politik adalah pelawan elite. Tipe demikian meliputi para pemimpin yang selalau
berorientasi menentang kepada pemerintahan dan segala bentuk kemapanan. Ciri-cirinya adalah ekstrim,
tidak toleran, anti-intelektualisme, beridentitas superioritas rasial tertentu, dan menggunakan kekerasan untuk
mewujudkan keinginannya. Akhirnya terdapat dua pola yang saling berbenturan, yakni sayap kiri yang
menuntut perubahan sosial-ekonomi dan sayap kanan yang berusaha mempertahankan status quonya sebagai
pengelolah kekuasaan
JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban Nomor 3
Hubungan negara dengan masyarakat dalam kerangka civil society
Hubungan negara dan masyarakat, Cohen dalam Darmawan Triwibowo (2006) secara umum, kehadiaran
civil society yang kuat, mandiri, dan otonom, biasanya dihubungkan dengan terkonsolidasinya demokrasi.
Lebih jauh Cohen menjelaskan bahwa civil society yang man-diri akan mampu menerobos batas-batas kelas,
serta memiliki kapasitas politik yang cukup tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang dari
kekuatan negara.
Pemerintah dan civil society merupakan dua organisasi aktivitas manusia yang berurusan dengan pencapaian
publik goals, seperti kesejahteraan, keadilan, hak asasi manusia lingkungan hidup, dan kebebasan politik.
Bedanya, negara mengandalkan otoritas dan power yang dimikili karena secara politik dianggap memiliki
legitimasi menggunakan coercive power. Civil society tidak memiliki coercive power, maka lebih
mengandalkan kerelaan berpartisipasi dalam ranah publik agar tujuan-tujuan kemasyarakatan itu terwujud.
Selain itu, civil society menghormati prinsip pluralisme politik.

Baik pejabat pemerintah maupun aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) pada dasarnya memiliki tujuan
sama, bekerja untuk kepentingan umum meski dengan konsep berbeda. Pejabat negara mengklaim
pentingnya keamanan nasional (national security) yang tidak jarang bersifat mengambang dan mudah
dimanipulasi menjadi keamanan kepentingan kelompok atau individu tertentu. Karena itu, tidak heran apabila
orang segera mengaitkan ancaman Kepala BIN dengan maneuver politik menjelang pemilihan presiden Juli
mendatang. Aktivis LSM lebih mengutamakan human security yang sering menjadi obyek penindasan oleh
kekuasaan Negara.

Konflik antara negara dan civil society merupakan bagian dari kontestasi aneka kekuatan politik dan ekonomi
dalam sebuah negara yang mengalami demokratisasi.

Kehadiran civil society diperlukan sebagai kekuatan independen yang juga peduli dengan tujuan-tujuan itu.
Civil society yang aktif merupakan modal tumbuhnya kultur demokrasi di Indonesia. Sebaliknya, civil society
hanya dapat menjalankan fungsinya dengan baik bila negara menjamin penegakan hukum dan perlindungan
terhadap warga negara.

Hubungan yang negatif antara negara dengan civil society seperti dikesankan dalam pertemuan antara Kepala BIN
dengan Komisi 1 DPR hanya akan merugikan masa depan demokrasi di Indonesia. Korban utamanya adalah rakyat
yang selama ini sudah sering diabaikan
JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawasban

Jawaban Nomor 4
Lebih dari tiga dekade Soeharto berkuasa sebagai orang nomor satu di Indonesia. Kinerja baik pemerintah di
bawah Soeharto seakan tenggelam oleh peristiwa "Tragedi Trisakti" yang sangat membekas di hati dan
pikiran rakyat.

Padahal, bila menilik kembali keberhasilan presiden ke dua Indonesia sebagai motor pembangunan patut
diapresiasi. Yang paling fenomenal adalah Indonesia berhasil swasembada beras pada 1984 dan mendapat
penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO) pada 1985.

Selain itu beberapa program di bidang kesehatan yang tetap dilaksanakan hingga sekarang, seperti
penyuluhan-penyuluhan di Pos Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Terpadu (Posyandu) diinisiasi
pada masa orde baru. 

Awal rezim orde baru dimulai pada peristiwa gerakan 30 September (G30S) PKI dimana pada 1 Oktober
1965, enam jenderal senior dan beberapa orang lain dibunuh oleh para pengawal istana atau yang disebut
Tjakrabirawa.

Presiden Soekarno disebut-sebut memerintahkan Tjakrabirawa untuk menumpas pihak-pihak yang diduga


ingin menggulingkan kekuasaannya. Situasi semakin sulit ketika sejumlah mahasiswa berdemo mengajukan
tiga tuntutan rakyat (Tritura) pada 11 Maret 1966.

Mayor Jenderal Soeharto diduga memanfaatkan kondisi yang ada dengan memaksa Sekarno untuk
menandatangani surat kewenangan yang dikenal dengan sebutan surat perintah sebelas Maret (Supersemar)
1966 yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Supersemar inilah yang menjadi cikal bakal
perpindahan kekuasaan negara ke tangan besi Soeharto.

Kedigdayaan Soeharto mulai menemukan jalan buntu ketika krisis finansial melanda Asia pada 1997.
Kondisi ini memaksa Soeharto mengajukan pinjaman kembali dan berujung pada pemerksaan mendetail
kepada Soeharto oleh Internatioan Monetary Fund (IMF). Indikasi penyelewengan dana pinjaman guna
pengembangan negara yang melibatkan Soeharto diungkap oleh World Bank. Keadaan ekonomi yang
semakin buruk menjadi titik nadir penguasa yang mulai bertahta di pucuk pimpinan negara pada 27 Maret
1968.

Tepat 20 tahun lalu, rezim orde baru diruntuhkan oleh rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
sistem demokrasi. Dipicu oleh ketidakpuasan rakyat yang diwakili oleh para mahasiswa berdemo menentang
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 12 Mei 1998. Bentrokan antara mahasiswa dan aparat
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari pihak mahasiswa dan memicu aksi massa yang lebih besar dan
berujung pada tindakan anarkis yang menyasar pada warga etnis China.

Melihat kondisi ibukota dan sejumlah kota besar lain semakin tidak kondusif - kerusuhan di mana-mana,
perusakan dan pembakaran sejumlah gedung, dan mahasiswa berhasil menduduki gedung Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) -  pada 21 Mei 1998 Presiden ke-2
Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan oleh BJ. Habibie yang saat
itu menjabat Wakil Presiden.

Runtuhnya rezim orde baru menandai kelahiran masa baru yakni era reformasi. Reformasi menjadi angin
segar dalam demokrasi Indonesia. Rakyat dikembalikan pada posisi semula yakni pemimpin tertinggi dalam
sistem demokrasi. Kebebasan dalam berpendapat menjadi lembaran baru bagi sejumlah media massa,
kebebasan berorganisasi melahirkan sejumlah partai independen, dan masih banyak perubahan lain yang
menjadi jawaban atas kekecewaan rakyat pada rezim orde baru.

Anda mungkin juga menyukai