Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2 TEORI POLITIK

NAMA : ERNIKA SUSANTI

NIM : 041244043

UPBJJ UT : PALANGKARAYA

1. Kegagalan Teori Rostow Tentang Pembangunan

Walt Whitman Rostow merupakan seorang ahli ekonomi yang teorinya begitu populer dan
diadaptasi oleh hampir seluruh negara dunia ketiga dalam dua dekade terakhir. Berbeda
dengan tokoh lainnya yang lebih menekankan pada pembangunan ekonomi, perhatiannya
meluas sampai pada masalah sosiologis dalam proses pembangunan, meskipun titik berat
analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi (Budiman,2000).

A.Teori Rostow

Sebagai seorang ekonom positivistik, Rostow memiliki tiga asumsi dasar yang tertuang
dalam bukunya The Stages of Economic Growth: a Non-Communist Manifesto.

- Rostow berpendapat bahwa pembangunan adalah sebuah proses linier yang


memerlukan perencanaan matang dalam tiap segi pembangunannya, bukan proses
gradual yang zig-zag tanpa arah tertentu.

- Pembangunan juga berarti kemampuan ekonomi, maka untuk mencapai kemandirian


ekonomi, sebuah negara harus melalui lima tahapan pembangunan.

- Jika dalam modernisasi, sebuah negara tidak mencapai tahapan-tahapan tersebut


secara linier, maka pembangunan yang dilakukannya telah gagal. Artinya, kegagalan
pembangunan adalah kegagalan melewati lima tahapan pembangunan tersebut.
(Fakih:2001)

B. Kelemahan yang membuat gagalnya Teori Rostow dalam bidang pembangunan


1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh
teori ekonomi ini.
Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan penduduk
akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah Negara menjadi
sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas

2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh
kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi
produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya.

Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan
bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan
berkelanjutan di masa yang akan datang.

Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat tradisional,


penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.

3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari
investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan
prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain.

Investasi ini biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari
lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi
Natioanl Corporation) pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara
berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan.

Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang
tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah
kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak,
pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari
Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik
maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang.
Rostow tidak memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi
efek negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek
kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru
berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di
Indonesia.

2. Fenomena Kapitalisme Baran


Dari sekian banyak pakar, pencetus pertama lahirnya aliran dependensia adalah Paul
Baran.

Baran berusaha menjelaskan berbagai faktor penyebab keterbelakangan ekonomi di


Negara-negara dunia ketiga, terutama Amerika Latin. Dengan memusatkan perhatian
pada hubungan antara kelas antara rakyat banyak, elit internal, dan investor asing, ia
melihat adanya kontradiksi antara imperialisme, dan ekonomi pembangunan umum di
Negara-negara terbelakang.

Menurut Baran pembangunan kapitalis yang berkisinambungan adalah mustahil


terjadi di Negara dunia ketiga.

Menurutnya kapitalisme masuk ke Negara-negara terbelakang bukan melalui


pertumbuhan persaingan perusahaan kecil, melainkan melalui transfer bisnis
monopolistic maju dari luar.

Dengan demikian, pembangunan kapitalis di Negara-negara miskin ini tidak disertai


dengan kebangkitan kelas menengah dan hilangnya dominasi tuan tanah terhadap
masyarakat, melainkan disertai pemberian fasilitas pada sedikit perusahaan
monopolistic dan aristokrasi agrarian yang berkuasa secara sosial dan politik.

Sumber belajar,
Modul IPEM4215
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM4542-M1.pdf
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-319.pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11077/8318

Anda mungkin juga menyukai