NIM : 041244043
UPBJJ UT : PALANGKARAYA
Walt Whitman Rostow merupakan seorang ahli ekonomi yang teorinya begitu populer dan
diadaptasi oleh hampir seluruh negara dunia ketiga dalam dua dekade terakhir. Berbeda
dengan tokoh lainnya yang lebih menekankan pada pembangunan ekonomi, perhatiannya
meluas sampai pada masalah sosiologis dalam proses pembangunan, meskipun titik berat
analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi (Budiman,2000).
A.Teori Rostow
Sebagai seorang ekonom positivistik, Rostow memiliki tiga asumsi dasar yang tertuang
dalam bukunya The Stages of Economic Growth: a Non-Communist Manifesto.
2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh
kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi
produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya.
Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan
bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan
berkelanjutan di masa yang akan datang.
3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari
investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan
prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain.
Investasi ini biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari
lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi
Natioanl Corporation) pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara
berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan.
Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang
tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah
kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak,
pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari
Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik
maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang.
Rostow tidak memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi
efek negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek
kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru
berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di
Indonesia.
Sumber belajar,
Modul IPEM4215
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM4542-M1.pdf
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-319.pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11077/8318