Anda di halaman 1dari 10

Critical Review Teori Rostow Atas Dasar Lima

Tahap Perkembangan Masyarakat

1. Pendahuluan
Berbicara tentang pembangunan, tidak akan lepas korelasinya dengan apa yang
dewasa ini disebut modernisasi. Teori modernisasi berkembang di Amerika pada tahun 1950an, yang diprakarsai oleh kaum intelektual sebagai respon dari perang dunia ke-2. Teori ini
terlibat pada perang dingin antara ideologi sosialisme dengan kapitalisme (Fakih, 2001:53).
Teori ini juga sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah
menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada
dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan
pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman sekian waktu
sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk
menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan,
pendidikan rendah, rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain.
Pada mulanya teori modernisasi merupakan sebuah gagasan tentang perubahan sosial.
Kajian modernisasi yang ditekankan pada negara dunia ke-tiga mengkaji tentang perubahan
sosial yang terjadi di dunia ke-tiga tersebut. Modernisasi sebagai gerakan sosial yang bersifat
revolusioner (perubahan cepat dari tradisi ke modern), berwatak kompleks, sistematik,
menjadi gerakan global yang mempengaruhi manusia, melalui proses yang bertahap, dan
bersifat progresif (Fakih, 2001:53-54). Huntington (dalam Suwarsono dan So, 1994:21)
mengatakan bahwa teori modernisasi merupakan anak dari metofora teori evolusi. Teori
evolusi menjelaskan bahwa perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan searah,
linier, progresif dan perlahan-lahan, membawa perubahan pada masyarakat dari primitif ke
modern, dan membuat masyarakat memiliki bentuk dan strukur serupa (homogenitas).
Pada dunia ketiga, dimana indikator pembangunan diukur berdasarkan pertumbuhan
ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita dan kemajuan teknologi. Beragam teori barat
berusaha diaplikasikan oleh pemerintah. Salah satunya yang terkenal adalah Lima Tahap
Pembangunan milik Rostow. Walt Whitman Rostow merupakan seorang ahli ekonomi yang
teorinya begitu populer dan diadaptasi oleh hampir seluruh negara dunia ketiga dalam dua
dekade terakhir. Berbeda dengan tokoh lainnya yang lebih menekankan pada pembangunan
1

ekonomi, perhatiannya meluas sampai pada masalah sosiologis dalam proses pembangunan,
meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi (Budiman,2000).

2. Review Teori Rostow


Sebagai seorang ekonom positivistik, W.W Rostow memiliki tiga asumsi dasar yang
tertuang dalam bukunya The Stages of Economic Growth: a Non-Communist Manifesto.
Pertama, Rostow berpendapat bahwa pembangunan adalah sebuah proses linier yang
memerlukan perencanaan matang dalam tiap segi pembangunannya, bukan proses gradual
yang zig-zag tanpa arah tertentu. Kedua, pembangunan juga berarti kemampuan ekonomi,
maka untuk mencapai kemandirian ekonomi, sebuah negara harus melalui lima tahapan
pembangunan. Ketiga, jika dalam modernisasi, sebuah negara tidak mencapai tahapantahapan tersebut secara linier, maka pembangunan yang dilakukannya telah gagal. Artinya,
kegagalan pembangunan adalah kegagalan melewati lima tahapan pembangunan tersebut.
(Fakih:2001)
Profesor W.W. Rostow memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses
perkembangan ekonomi. Ia membedakan adanya lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)

Masyarakat Tradisional
Prasyarat untuk tinggal landas
Tinggal landas
Dewasa (maturity)
Masa konsumsi massal

(Jhingan,2008)
Dalam jurnal Teori Pembangunan Dunia Ke-3 Dalam Teori Modernisasi Sub Teori
Harrod-Domar oleh Teguh Imam Rahayu, melalui lima tahap pembangunan itu, maka dapat
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat apakah kesemua proses tersebut sudah
dijalankan oleh suatu negara. Dan dasar pembedaan lima tahap ini merupakan pembedaan
dikotomis antara masyarakat tradisional

dan masyarakat modern. Rostow menyebutkan

bahwa negara yang melindungi kepentingan usahawan untuk melakukan akumulasi modal
maka, negara sudah mulai menuju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam hal ini nampak
bahwa Rostow sangat terpengaruh teori Harrod Domar tentang tabungan dan investasi.
Pertumbuhan ekonomi yang diterangkan oleh Rostow merupakan perubahan secara
bertahap. Rostow menjelaskan modernisasi melalui pertumbuhan ekonomi yang bertahap,
yaitu ada lima tahap. Tahapan yang dilukiskan oleh Rostow seperti penerbangan pesawat
yaitu masyarkat tradisional, prasyarat tinggal landas, tinggal landas, dewasa, dan konsumsi
2

tinggi. Tahapan masyarakat tradisional merupakan tahapan dasar dimana Rostow mencirikan
adanya ikatan kekeluargaan (gemeinschaft), pertanian merupakan salah satu sumber mata
pencaharian penduduknya, kentalnya upacara-upacara adat, dan pembuatan monumen atau
candi(Jhingan, 2008).

Dalam struksur sosial masyarakat seperti ini bersifat berjenjang,

hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang menentukan . Kekuasaan politik
terpusat di daerah, di tangan bangsawan pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok
serdadu dan pegawai negeri. Lebih dari 75% penduduk yang bekerja di bidang pertanian
(Jhingan, 2008).
Prasyarat tinggal landas merupakan tahapan kedua, tahap prasyarat tinggal landas ini
didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya
untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self-sustainable growth). Menurut
Rostow, pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis
(Fakih,2009). Proses ini dicirikan oleh mulai menerapkan ilmu pengetahuan modern,
peningkatan penggunaan modal dalam pertanian dan pertambangan, penanaman modal
digunakan untuk membangun infrastruktur, adanya pendanaan terhadap enterprenenur yang
inovatif, dan adanya elite-elite baru (Jhingan, 2008). Selain perubahan-perubahan ekonomi
juga terdapat perubahan non ekonomi seperti munculnya suatu kelompok elite baru yang
memandang modernisasi ekonomi bukan saja sebagai sesuatu yang mungkin tetapi juga
sangat didambakan. Dari kelompok inilah datingnya mereka yang bersedia mengerahkan
tabungan-tabungan dan mengambil resiko-resiko pembaruan. Akan tetapi, pada tahap ini
bukan saja perubahan-perubahan sosiologis dan psikologis yang terjadi. Biasanya, suatu
pengobaran rasa nasionalismesebagai reaksi terhadap gangguan-gangguan dari bangsa yang
sudah lebih berkembang merupakan juga suatu kekuatan pendorong yang kuat
(Baldwin,1986).
Tahap ketiga dalam urutan ini, lepas landas /tinggal landas (Take Off) . Tahapan ini
dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama dari pertumbuhan
ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang tidak membutuhkan
dorongan dari luar. Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang berjalan
wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti seperti ketika pada periode pra kondisi untuk
lepas landas (Prayitno,1986). Pada masyarakat lepas landas ini, kemajuan tidak hanya dapat
diukur secara kuantitatif dalam bentuk angka semata, namun juga dilihat secara kualitatif
dengan kebahagiaan dan kesejahteraan yang dirasakan oleh tiap orang di negara tersebut.
Bukan hanya kondisi fisik rumah atau tempat tinggal yang dapat diukur dan diklaim sebagai
3

sebuah kemajuan, namun juga dapat dilihat dari aspek non-material dan fisik yang tampak
yaitu bahagia, aman dan sejahtera. Munculnya jenis industri baru menandakan bahwa pada
kondisi ini, sebuah negara sudah menguasai beberapa teknologi dasar dan berpeluang
mengembangkannya sendiri tanpa ketergantungan dengan negara lain yang telah maju.
Kemajuan teknologi tersebut tentu saja diawali dengan bangkitnya gairah pengembangan
ilmu pengetahuan oleh warga negara tersebut, sehingga teknologi dapat lebih mudah
dipelajari dan dikuasai. Dalam pandangan Rostow, diperlukan minimal 20 tahun sejak
melakukan modernisasi, sebuah negara dapat mencapai kondisi masyarakat seperti ini.
Tahap keempat yaitu kedewasaan, Rostow mendefinisikannya sebagai tahap ketika
masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap
keseluruhan sumberdaya mereka. Ia merupakan satu tahap pertumbuhan swadaya jangka
panjang yang merentang melebihi masa empat dasawarsa. Teknik produksi baru
menggantikan teknik yang lama. Berbagai sector penting baru tercipta. Tingkat investasi
netto lebih dari 10 persen dari pendapatn nasional. Dan perekonomian mampu menahan
segala goncangan yang tak terduga (Jhingan, 2008). Menurut Budiman dalam bukunya Teori
Pembangunan Dunia Ketiga tahun 1995, setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan
yang terus bergerak ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Pendapatan
nasional selalu di investasikan kembali sebesar 10% sampai 20%, untuk mengatasi persoalan
pertambahan penduduk.
Kedewasaan pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40 hingga
60 persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya
industry kimia atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran ekonomi
dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal landas. Di
Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun 1900. Kedewasaan dimulai ketika perkembangan
industri terjadi tidak saja meliputi teknik-tiknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang
yang diproduksi. Yang diproduksikan bukan saja terbatas pada barang konsumsi, tetapi juga
barang modal.
Pada masa konsumsi massa merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model
pembangunan Rostow. Pada tahap ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orangorang yang hidup di masyarakat itu mendapat kemakmuran dan keberagaman sekaligus.
Masyarakat dalam tahapan ini dikatakan sebagai masyarakat multikultur yang tidak lagi
mempermasalahkan soal produksi, investasi, melainkan berfokus pada persoalan social
welfare.

Pada periode ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang
paling utama. Sesudah taraf kedewasaan dicapai, surplus ekonomi akibat proses politik yang
terjadi dialokasikan untuk kesejahteraan sosial dan penambahan dana sosial. Pada titik ini,
pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang
kemajuan secara terus menerus (Abraham,1991). Menurut sejarah, Amerika Serikat adalah
Negara pertama (1920) yang mencapai era konsumsi mssa besar-besaran seperti itu, diikuti
Inggris 1930-an, jepang dan eropa barat pada 1950-an, dan Rusia setelah kematian Stalin
(Jhingan, 2008).
3. Kritik Terehadap Teori Rostow
Tahap tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow tersebut merupaka literatul ekonomi
yang paling luas beredar dan mendapatkan komentar pada tahun tahun terkahir ini. Pada
ahli ekonomi merupakan salah-satu dari mereka yang meragukan keotentikan pembagian
sejarah ekonomi ke dalam lima tahap pertumbuhan seperti dikemukakan Rostow. Apakah
tahap-tahap ini tidak terelakkan seperti kelahiran dan kematian, atau apakah tahap tersebut
seperti serentetan urutan seperti massa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan usia tua? Dapatkan
orang mengatakan dengantepat bahwa suatau tahapan telah selesai dan tahap yang lain telah
mulai? Mempertahankan kekuatan-kekuatan pembnagungan yang sebenarnya bersifat
kompleks dan terlalu menggeneralisasikan urut-urutan tahap-tahap tersebut secara beralasan.
Proses yang bersifat sistematis pada teori pertumbuhan Rostow ditemukan beberapa
kritik mengenai tahapan-tahapan tersebut. Yaitu :

Pada tahap masyarakat tradisional, tidak semua negara harus melewati tahap ini karena
negara seperti Amerika, Kanada dan Australia tidak melalui tahap dari masyarakat
tradisional. Negara tersebut merupakan negara pra kondisi atau pra syarat tinggal
landas yang di warisi oleh inggris sehingga mereka tidak melalui tahapan masyarakat

tradisional (Jhingan, 2008).


Terdapatnya kesemuan dari batas-batas pra syarat tinggal landas ke tinggal landas.
Yaitu pada masa tingga landas masih banyak pengembangan pertanian untuk memupuk
modal, sehingga tidak jelasnya batas-batas antara pra syarat tinggal landas dengann
tinggal landas. Tahapan antar tahapan ini terlihat tumpang tindih karena tidak terlihat
batas-batas atau waktu dari tahapan tersebut. Tahap tinggal landas menurut Rostow
diibaratkan dengan tahapan yang penting namun, tahapan tinggal landas juga
merupakan tahapan yang kritis. Pada tahapan diperlukan investasi sebesar 5% sampai

10% untuk menyokong pendapatan nasional, hal ini menandakan terbukanya keran
aliran dana asing. Terbukanya keran aliran dana asing ini dapat membuat
ketergantungan terhadap negara tersebut karena Rostow membayangkan bahwa
tahapan-tahapan ini berjalan mulus saja, beliau tidak memerhatikan faktor-faktor lain
seperti krisis global yang dapat mempengaruhi negara-negara penerima aliran dana
asing tersebut. Kemudian jadwal tinggal landas yang tidak pasti, pada contoh kasus di
India yang ditargetkan tinggal landas pada tahun 1932 namun baru diterbitkan pada
tahun 1952 sedangkan Rostow menargetkan untuk tinggal landas memerluka waktu dua
dasawarsa (Jhingan, 2008).
Menurut Rostow, adanya pihak ketiga/ negara lain pada tahap pra kondisi lepas landas
akan membantu negara tersebut untuk lebih berkembang. Namun ada persepsi berbeda dari
sebagian orang yang mengatakan bahwa Negara lain menjadi penghambat kemajuan sebuah
pembangunan. Contohnya seperti prinsip-prinsip yang disepakati dalam rangkaian KTT
Lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh PBB dari tahun 1992, 2002 hingga 2012 seperti
Protokol Kyoto tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dilaksanakan setengah
hati oleh negara-negara maju dan sebagian negara berkembang. Beberapa negara anggota
PBB malah tidak menjadi pihak seperti Andorra, Kanada, Sudan Selatan dan Amerika
Serikat. Beberapa negara enggan memenuhi target yang telah ditetapkan dalam protokol
tersebut.
Hal tersebut dapat dipahami, karena penurunan emisi GRK akan berpengaruh pada
kinerja ekonomi sebab penurunan emisi berkaitan erat dengan aktifitas industri. Semakin
sedikit emisi, semakin kecil aktifitas industri. Kecilnya aktifitas industri akan mengurangi
output industri dan berdampak pada kinerja ekonomi. Jadi bisa dimaklumi bahwa beberapa
negara maju sebagai power house ekonomi seperti negara-negara G7 yang dibebani target
yang tinggi untuk penurunan emisi iri dengan negara emerging forces seperti negera
BRIIC (Brasil, Russia, India, Indonesia dan China) yang diberi target penurunan emisi yang
relatif lebih rendah.
Dalam tataran nasional, berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan pemangku
kepentingan dan pengumpulan data di beberapa daerah di Indonesia, pada tataran
operasional, masih terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai green economy.
Pemangku kepentingan terpecah antara pemangku kepentingan ekonomi (industri,
perdagangan, infrastruktur, pertambangan dan berbagai sektor ekonomi lain) dan pemangku
kepentingan hijau (lingkungan hidup, kehutanan, masyarakat adat dan madani, LSM
6

lingkungan dan lain-lain). Kesepakatan akan seberapa jauh aktifitas ekonomi termasuk
industri, perdagangan dan sektor lain satu pihak dan aktifitas pelestarian lingkungan di pihak
lain harus dimajukan belum bisa digariskan dengan tegas. Bahkan beberapa pihak
menyatakan bahwa konsep ekologis sering dipakai pihak pesaing.
Dalam hal pertumbuhan ekonomi, sebagai indikator pembangunan, seharusnya Rostow
juga mengikutsertakan aspek lainnya selain pertumbuhan ekonomi. Perlunya infrastruktur
lainnya seperti sumber daya manusia yang unggul (pendidikan), jalan-jalan, jalur kereta api,
jaringan-jaringan komunikasi serta iklim yang sehat guna kelancaran pembangunan. Baik itu
iklim sosial, iklim berpolitik dan stabilitas keamanan masyarakat. Aspek humanistis juga
harus diperhatikan disini supaya masyarakat tidak hanya digunakan sebagai alat penyokong
pembangunan. Karena SDM yang unggul berpengaruh besar terhadap pembangunan,
disinilah peran institusi-institusi sosial akan sangat signifikan peranannya.
4. Kesimpulan
Keunggulan Teori Rostow
1) Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1)
masyarakat tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal
landas, 4) masyarakat dewasa dan 5) masyarakat dengan konsumsi biaya tinggi. Tahapan
tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada pengambil kebijakan di sebuah
Negara tentang tahapan dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk
menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh
Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak Negara berkembang menerapkan teori ini
2)

dalam pembangunan mereka.


Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh
sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara tersebut
disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a. Dana investasi dari pajak yang tinggi
b. Dana investasi dai pasar uang atau pasar modal
c. Melalui perdagangan internasional
d. Investasi langsung modal asing

Kelemahan teori Rostow


Adapun kelemahan teori rostow adalah sebagai berikut:
1) Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori
ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan
penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah Negara
menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
7

2)

Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan
modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif sebesar
10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besarbesaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan
kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang akan dating. Kerusakan
alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat tradisional, penurunan

3)

kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.


Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari
investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana,
pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk
pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga internasional seperti
bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl Corporation). Pinjaman juga sering
diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai proyek-proyek
pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara
berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga
asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang
tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari
Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun
ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali
terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka

4)

sulit menuju kemajuan yang diharapkan.


Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan
oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi problematika
yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan pembahasan yang
mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang
dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas
politik yang seringkali justru berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti yang
misalnya terjadi di Indonesia.

Menurut W.W. Rostow, proses pembangunan dikatakan berhasil apabila masyarakat telah
a. berhasil memproduksi kebutuhannya sendiri
b. memasuki tahapan lepas landas
c. memiliki tingkat konsumsi tinggi
d. memasuki tahap kedewasaan ekonomi
e. melakukan perdagangan lintas Negara
8

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M. Francis, 1991, Modernisasi Di Dunia Ketiga Yogyakarta : Tiara Wacana.


Budiman, Arif, 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Baldwin, Robert. E., 1986, Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di NegaranegaraBerkembang, Jakarta, Bina Aksara.

Fakih, Mansour. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT. Grafindo
Persada.
Prayitno, Hadi, 1986, Pengantar Ekonomika Pembangunan Edisi I, Yogyakarta : BPFE.
Suwarsono & So, Alvin Y. 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta : LP3ES.
Rahayu, Teguh Imam, Teori Pembangunan Dunia Ke-3 Dalam Teori Modernisasi Sub Teori
Harrod Domar(Tabungan Dan Investasi).
Satries, Wahyu Ishardino, 2009, Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jurnal Madani Edisi II
Hozelitz. Bert F., Economic Growth and Development: Non-Economic Factors in Economic
Development, dalam Finkle & Gable, ed., 1971
http:/wordpress.com/.../teori-tahap-tahap-pertumbuhan-walt-whitman-rostow/

10

Anda mungkin juga menyukai