Anda di halaman 1dari 17

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : Yusran Ruslan Usman


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042275549

Tanggal Lahir : 26 Juni 1989

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4111 ( Pengantar Ilmu Pemerintahan )

Kode/Nama Program Studi : 71 – Ilmu Pemerintahan

Kode/Nama UPBJJ : 77 - Denpasar

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa,13 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yusran Ruslan Usman


NIM : 042275549
Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4111 ( Pengantar Ilmu Pemerintahan )
Fakultas : FISHIP (Fakultas Ilmu sosial Hukum dan Politik)
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
UPBJJ-UT : Denpasar

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS
THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak melakukan
kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak
terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Denpasar, 13 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

Yusran Ruslan Usman


1. Upaya pemerintah daerah Kabupaten Lingga untuk memajukan daerahnya diantaranya memberikan
pelayanan administrasi kependudukan bagi masyarakat yang dilakukan oleh tiap-tiap pemerintah
kecamatan.
Berdasarkan data kependudukan tersebut,
kemudian pemerintah kecamatan mengidentifikasi mata pencaharian masyarakat yang memiliki usaha
kecil menengah (UKM). Selanjutnya berdasarkan pendataan UKM masyarakat tersebut, pemerintah
Kabupaten Lingga menjalankan program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pemberian dana
hibah kepada Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang disalurkan ke tiap-tiap Kecamatan. Peran
pemerintah daerah dalam hal ini yang diwakili oleh pemerintah Kecamatan dan Dinas Sosial.
Tujuan diberikannya dana kepada KUBE pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi masyarakat, dan menjadi suntikan motivasi bagi anggota masyarakat lainnya untuk
berwirausaha dengan mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki mereka, untuk lebih
berdaya, tanpa terus menerus mengharapkan uluran bantuan dari pemerintah.

a. Tentukan kegiatan pemerintah yang terkait dengan fungsi pelayanan!

Pelayanan publik terhadap segenap masyarakat indonesia adalah menjadi tanggung jawab pemerintah.
Salah satu fungsi pemerintah adalah ;
menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan pelayanan sebagai bentuk dari tugas umum pemerintah
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah.
Fungsi pemerintah dalam pelayanan publik
Salah satu fungsi pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan pelayanan sebagai
bentuk dari tugas umum pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
Untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien dan efektif dan berkeadilan, Transparan dan akuntabel.
Pemerintah pada awalnya dibentuk adalah untuk menjamin terlaksananya ketertiban masyarakat agar
individu dalam masyarakat leluasa dalam menjalankan kegiatannya tanpa merasa terganggu oleh ancaman-
ancaman baik dari lingkungan intern maupun lingkungan ekstern dalam masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat menjadi semakin kompleks dan berkembang. Fungsi dan
peran pemerintahpun menjadi semakin luas dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alenia keempat adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Fungsi pelayanan merupakan salah satu fungsi primer yang harus dijalankan pemerintah untuk mencapai tujuan
Negara Indonesia. Menurut Sedarmayanti (2009:243) pelayanan berarti melayani suatu jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat dalam segala bidang. Kegiatan pelayanan kepada masyarakat masyarakat merupakan salah
satu tugas dan fungsi administrasi negara.

Pada era otonomi saat ini, terdapat beberapa kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah sesuai dengan asas desentralisasi. Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 21 dan Pasal 22 mengenai hak dan kewajiban daerah.
Hak daerah antara lain adalah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.

Bentuk kewajiban Pemerintah Daerah dalam Pasal 22 dapat diartikan salah satunya adalah melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat. Karena telah menjadi kewajiban bagi Pemerintah Daerah, maka seharusnya
Pemerintah Daerah mampu melaksanakan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Pencarian solusi yang tepat
terhadap masalah-masalah yang sering dihadapi harus dilaksanakan, termasuk kendala intern yaitu kendala
yang bersumber dari dalam instansi itu sendiri maupun kendala ekstern yaitu kendala yang datangnya dari
masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan.

Adanya penyelenggaraan pelayanan yang baik, maka kepuasan akan didapatkan oleh masyarakat.
Kepuasan tersebut adalah imbalan yang diperoleh oleh pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan publik menjadi titik strategis untuk membangun praktik good governance (tata pemerintahan yang
baik) yang telah menjadi impian bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Mengapa pelayanan publik menjadi
titik strategis dalam pencapaian good governance? Hal ini dikarenakan pelayanan publik menjadi ranah
menjalin hubungan antara pemerintah sebagai wakil dari negara dengan lembaga-lembaga non-pemerintah
termasuk masyarakat. Governance lebih luas artiannya dari government dikarenakan dalam praktik governance
melibatkan unsur-unsur masyarakat sipil dan mekanisme pasar. Pelayanan publik juga akan melibatkan
kepentingan semua unsur governance. Dengan alasan demikian, maka pemerintah perlu melaksanakan
reformasi pelayanan publik dalam rangka pencapaian menciptakan good governance.
Untuk memberikan kepastian hukum tentang pelayanan publik maka dikeluarkanlah Undang-Undang Republik
Indonesia No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Dikeluarkannya undang-undang ini merupakan bentuk
komitmen pemerintah dalam rangka melaksanakan reformasi pelayanan publik dalam rangka mencapai good
governance.
Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pengaturan mengenai penyelenggara,
standar pelaksanaan, dan tujuan penyelenggaran di atur dalam undang-undang ini.

Seiring berkembangannya dinamika penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan


good governance, maka perlu memperhatikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Menanggapi hal tersebut
maka dilakukanlah pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah dalam hal ini adalah bupati kepada
tingkat kecamatan yang dilaksanakan oleh camat. Asas efektivitas dan efisiensi menjadi faktor mengapa
pelimpahan sebagian kewenangan ini perlu dilaksanakan. Untuk menjawab tantangan mengenai reformasi
pelayanan publik maka dikeluarkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 2010 tentang Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 2010 tentang Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan pasal 4 bahwa PATEN mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat. Dengan dilaksanakannya PATEN diharapkan mampu mengatasi masalah-
masalah yang selama ini muncul dalam proses pelayanan publik.Namun dalam pelaksanaan program PATEN
ini, Pemerintah Daerah masih menemui banyak kendala. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah faktor
kesiapan aparatur pelaksana PATEN, sarana dan prasarana, alokasi dana, dan partisipasi masyarakat. Selain itu
faktor legitimasi juga belum diperkuat, karena masih berbentuk Permendagri.

b. Tentukan kegiatan pemerintahan yang terkait dengan fungsi pemberdayaan!

Fungsi Pemberdayaan
Fungsi ini akan dijalankan oleh pemerintah apabila masyarakat sudah tidak mempunyai skill maupun
kemampuan untuk bisa keluar zona aman disini tugas pemerintah di fungsi pemberdayaan ini. Salah satu
contoh yaitu ketika kondisi masyarakat dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan, dalam taraf
kemiskinan,dalam keadaan tertindas, dan lain sebagainya.
Fungsi Pemerintah ini harus mampu membawa serta mengeluarkan masyarakat keluar dari zona ini dengan
cara melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan dimaksud ialah agar mampu mengeluarkan segenap
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat baik melalui penyuluhan ataukah sekolah lapangan sehingga
tidak menjadi beban pemerintah. Pemberdayaan inidilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusianya agar masyarakat tidak ketergantungan terhadap pemerintah.semakinberkuran
sehingga,hal ini akan mempermudah pemerintah mencapai tujuantujuan negaranya.

Salah satu tugas pokok pemerintah daerah dan perangkatnya adalah pemberdayaan masyarakat. Dengan
demikian, perangkat pemerintahan di daerah senantiasa dituntut mengambil peran yang besar di dalam
memberdayakan masyarakat yang ada di wilayahya. Hal pemberdayaan masyarakat tersebut tidak terlepas dari
ide Griffin yang mengatakan, bahwa persoalan(dan urgensi) kebijakan desentralisasi berkaitan erat dengan
persoalan pemberdayaan (empowerment), dalam arti memberikan keleluasaan dan kewenangan kepada
pemerintahan ditingkat daerah untuk berprakarsa, serta wewenang dan tanggung jawab dari organisasi
pemerintah tingkat daerah untuk dapat menyusun program, memilih altematif, dan mengambil keputusan dalam
mengurus kepentingan daerahnya sendiri. Peran pemerintah dalam pemberdayaan
Jadi, peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat adalah pelaksanaan fungsi pemberdayaan
masyarakat oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah yang bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan dari kelemahaan masyarakat, atau penyiapan kepada masyarakat berupa semberdaya, kesempatan,
pengetahuan.

a. Pemerintahan yang katalis yakni pemerintah berperan untuk mengarahkan, bukan mengayuh,
sederhananya pemerintah membuat dan menetapkan kebijakan, administrasi dibantu oleh swasta
sebagai pihak ketiga sebagai implementator dari kebijakan teresbut.
b. Pemerintahan yang memberdayakan rakyat yakni memberikan kewenangan kepada masyrarakat
melalui pemberdayaan masyarakat untuk menunjang kemajuan ekonomi Negara,
Contohnya, ;
Pemerintah memfasilitas dan menerapkan pendidikan dan pelatihan usaha kecil menengah
kepada masyarakat supaya masyarakat dapat menjadi mandiri memenuhi ekonomi mereka
sendiri.
c. Pemerintahan yang kompetitif yakni membangun semangat kompetisi atar wilayah untuk saling
menampilkan kreasi daerah dan potensi yang dimiliki daerah untuk menggaet ktertarikan dari
investor.
d. Pemerintahan yang digerakkan oleh visi yaitu menerapkan sistem berdasarkan tujuan bukan pada
aturan.
e. Pemerintahaan wirausaha yakni pelayan public memuaskan kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi,
karena pada OPA birokrasi hanya melayani kepntingan atasan, bukan kepentingan pelanggan
(masyarakat).
f. Pemerintahan wirausaha yakni didasarkan pada kerugian keuangan pemerintah, oleh karena itu
birokrasi daerah harus memberikan penghasilan dari layanan public, hal ini dibutuhkan untuk
membantu keuangan pemerintah.

c. Manakah yang merupakan fungsi pemerintahan primer dan fungsi pemerintahan sekunder? Jelaskan!

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan
antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan dari
sistem sosial, akan senantiasa menyangkut dengan unsur-unsur pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti
keselamatan, istirahat, pakaian dan makanan. Dalam memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerja
sama dan berkelompok dengan orang lain; dan bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan bahasa untuk
berkomunikasi menurut makna yang disepakati bersama, dan institusi sosial yang berlaku sebagai kontrol
dalam aktivitas dan mengembangkan masyarakat.
Lahirnya pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban di dalam masyasrakat,
sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Seiring dengan perkembangan
masyarakat modern yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran pemerintah kemudian berubah
menjadi melayani masyarakat. Pemerintah modern, dengan kata lain pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat,
menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya
demi mencapai kemajuan bersama.

Fungsi Primer

Tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban dimana
masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara wajar. Pemerintahan tidaklah diadakan untuk melayani dirinya
sendiri tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama. Untuk itu, dibentuklah
birokrasi sebagai “government by bureaus”, pemerintahan biro oleh aparat yang diangkat oleh pemegang
kekuasaan, pemerintah atau pihak atasan dalam sebuah organisasi formal, baik publik maupun privat. Fungsi
Primer merupakan fungsi pemerintah yang berjalan terus-menerus dan memiliki hubungan positif dengan
kondisi masyarakat yang diperintah. Maksudnya ialah fungsi primer dari pemerintah hal yang dijalankan secara
konsisten oleh pemerintah, tidak terpengaruh oleh kondisi-kondisi apapun.
Fungsi primer dibedakan menjadi beberapa hal :

a. Fungsi Pelayanan
Fungsi utama pemerintah adalah memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat disemua sektor. Masyarakat tak akan dapat berdiri sendiri memenuhi kebutuhan tanpa
adanya pemerintah yang memberikan pelayanan. Ini merupakan fungsi yang bersifat
umum dan dilakukan oleh seluruh negara di dunia. Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek
kehidupan yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi memberikan
pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan
atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan lainnya.Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik oleh Pemerintah
Daerah dalam hal ini dapat dilakukan dengan strategi strategi yang dapat membangun sistem
pelayanan yang baik untuk mewujudkan kualitas dari kebijakan publik yang baik pula.
Perangkat birokrasi yang ada baru dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas apabila
kinerjanya selalu didasarkan pada nilai-nilai etika pelayanan publik. Kualitas pelayanan publik yang
baik tentu sangat bergantung oleh beberapa aspek, yaitu : sistem, kelembagaan, sumber daya manusia,
dan keuangan. Dalam hal ini pemerintah harus benar-benar memenuhi keempat aspek tersebut, karena
dengan begitu, masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Sehingga, akan akan tercipta suatu sistem yang baik sehingga keberlangsungan jalanya pemerintahan
melalui kebijakan publik dapat berjalan dengan baik pula. Terdapat beberapa unsur penting dalam
proses pelayanan publik, yaitu:
a) Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen,
baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa
(services).
b) Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costomer) atau customer yang
menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.
c) Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang
membutuhkan layanan.
d ) Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada tujuan
utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan.
Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu
biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebenarnya merupakan
implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat. karena itu, kedudukan aparatur
pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan
sejauhmana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang
dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai
dengan tujuan pendiriannya.

b. Fungsi Pengaturan
Pemerintah memiliki fungsi regulating ( pengaturan ) ialah pemerintah mengatur
seluruh sektor dalam masyarakatdengan kebijakan-kebijakan dalam bentuk perundang-undangan entah
berupa peraturan pemerintah, ataukah peraturan-peraturan yang lain. Sebagian maksud dari fungsi ini
ialah agar stabilitas negara terjaga, dan pertumbuhan negara sesuai yang diinginkan

Fungsi Sekunder

Fungsi sekunder ialah merupakan tugas dan fungsi pemerintah di bidang pemberdayaan maupun di
bidang pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Maksudnya ialah semakin meningkat taraf hidup
masyarakatnya, maka semakin meningkat pula bargaining position, akantetapi, semakin integrative
masyarakatnya, tentu hal ini akan mengurangi fungsi pemerintahnya.Fungsi sekunder dibedakan menjadi dua
fungsi pemerintah yaitu fungsi pembangunan dan fungsi pemberdayaan.

a. Fungsi Pembangunan

Fungsi pembangunan dijalankan apabila situasi dankondisi masyarakat mulai melemah dan pembangunan akan
dikontrol ketika kondisi masyarakat membaik(menuju taraf yang lebih sejahtera). Fungsi ini akan banyak di
temui di negara-negara berkembang sedangkan, untuk Negara maju fungsi ini hanya akan dilakukan
seperlunya.

b. Fungsi Pemberdayaan
Fungsi ini akan dijalankan oleh pemerintah apabila masyarakat sudah tidak mempunyai skill maupun
kemampuan untuk bisa keluar zona aman disini tugas pemerintah di fungsi pemberdayaan ini. Salah satu
contoh yaitu ketika kondisi masyarakat dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan, dalam taraf
kemiskinan,dalam keadaan tertindas, dan lain sebagainya.Fungsi Pemerintah ini harus mampu membawa
serta mengeluarkan masyarakat keluar dari zona ini dengan cara melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan
dimaksud ialah agar mampu mengeluarkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat baik
melalui penyuluhan ataukah sekolah lapangan sehingga tidak menjadi beban pemerintah. Pemberdayaan
inidilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya agar masyarakat tidak
ketergantungan terhadap pemerintah.semakinberkuran sehingga,hal ini akan mempermudah pemerintah
mencapai tujuantujuan negaranya.
Dengan begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan, menyebabkan pemerintah harus
memikul tanggung jawab yang sangat besar. Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan
sumber daya, dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh aparat yang
memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat dan
pemerintahan. Langkah ini perlu dilakukan oleh pemerintah, mengingat dimasa mendatang perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan semakin menambah pengetahuan masyarakat untuk
mencermati segala aktivitas pemerintahan dalam hubungannya dengan pemberian pelayanan kepada
masyarakat

2. Contoh kasus tindakan korupsi yang dilakukan para wakil rakyat (anggota) DPRD Kota Malang dan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan Pemerintah Kota Malang Edy
Sulistiyono, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Para Koruptor melanggar terdakwa secara sah
dan sudah dipastikan bahwa melanggar Pasal 12 huruf A dan Pasal 12 huruf B Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Hingga pada akhirnya, hakim menjatuhkan vonis
kepada Arief dengan 5 tahun penjara dan denda Rp 200 juta, subsider 2 bulan kurungan, dan pencabutan
hak politik selama 2 tahun.

a. Kemukakan penyebab terjadinya korupsi (pelanggaran etika) dalam kasus di atas!

Penyebab terjadinya korupsi ada berbagai macam, tergantung konteksnya. Seperti yang kini
marak di Indonesia, kasus korupsi banyak dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan.
Pada faktanya, korupsi bisa terjadi dari hal paling sederhana, sampai yang kompleks. Namun sering kali
terabaikan dan seiring berjalannya waktu menjadi kebiasaan yang dianggap normal. Tanpa mereka sadari,
tindak korupsi sekecil apa pun sesungguhya telah merugikan orang lain.
Secara sederhana, ada dua faktor penyebab terjadinya korupsi dari setiap segi kehidupan, yakni faktor
internal dan faktor eksternal.
Berdasarkan fakta empirik hasil penelitian, serta dukungan teoritik oleh para saintis sosial,
menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan dan kesetaraan sosial. Hal ini
berakibat pad perbedaan antar kelompok sosial kian tajam terlihat.
Tindak pidana korupsi di Tanah Air, digolongkan dalam kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Juga
termasuk ke dalam golongan tindak pidana khusus. Sehingga memerlukan langkah-langkah yang lebih
ekstra untuk memberantasnya.
Definisi korupsi bisa dilihat dari berbagai sudut atau beragam perspektif. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, tindak korupsi sudah ada di segi kehidupan mana pun, bukan saja di pemerintahan.
Meski secara internasional belum ada satu definisi korupsi, yang menjadi satu-satunya acuan sebagai
pegangan bagi seluruh dunia, tentang apa yang dimaksud dengan korupsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Sedangkan pengertian korupsi menurut hukum di Indonesia, korupsi adalah perbuatan melawan hukum,
dengan maksud memperkaya diri sendiri atau orang lain, baik perorangan maupun korporasi, yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001. Terdapat 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan jadi 7 jenis. Di antaranya kerugian
keuangan negara, penyuapan, pemerasan, penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan kepentingan
dalam pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.

Sejatinya perilaku konsumtif masyarakat dan sistem politik yang berfokus ke materi, memicu penyebab
terjadinya korupsi. Permainan uang korupsi ini tidak akan terputus, bila tak ada perubahan dalam
memandang kekayaan. Berikut penyebab terjadinya korupsi dari faktor internal:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor penyebab terjadinya korupsi, yang berasal dari dalam diri pribadi
seseorang. Hal ini ditandai dengan sifat manusia yang terbagi menjadi dua aspek, yakni:
a. Berdasarkan aspek perilaku individu

 Sifat tamak/rakus

Tamak adalah sifat manusia yang selalu merasa kurang dengan apa yang telah dimiliki, atau bisa pula
disebut kurangnya rasa bersyukur. Orang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta dan kekayaan
dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain, seperti korupsi.

 Moral yang tidak kuat

Orang yang tidak memiliki moral kuat, tentunya akan mudah tergoda untuk melakukan korupsi.

Ketika seseorang memang sudah tidak memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa tergoda
dengan mudah. Banyak pengaruh dari luar yang masuk ke dalam dirinya.

 Gaya hidup yang konsumtif

Seperti diketahui, manusia kerap kali ingin memenuhi keinginan yang tak terbatas. Gaya hidup secara
berlebihan, tentu menjadi salah satu penyebab terjadinya korupsi.
Saat seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatan yang lebih kecil dari konsumsinya
tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab terjadinya korupsi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
pendapatan seseorang dan menjalar ke faktor eksternal.

b. Berdasarkan aspek sosial

Penyebab terjadinya korupsi dari faktor internal selanjutnya, dari aspek sosial. Berdasarkan aspek sosial,
bisa membuat sesorang tergiur melakukan tindak korupsi.
Hal ini terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga. Walaupun sifat pribadi seseorang itu tak
ingin melakukannya, lingkungan dalam hal ini, malah memberikan dorongan untuk melakukan korupsi,
bukan mencegah atau memberi hukuman.

2. Faktor Eksternal

Penyebab terjadinya korupsi dilihat dari faktor eksternal, lebih condong terhadap pengaruh dari
luar yang terbagi dalam aspek berikut:

 Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Penyebab korupsi dalam aspek ini ialah saat nilai-nilai di masyarakat itu kondusif untuk terjadinya
korupsi. Masyarakat tidak menyadari, bahwa yang paling rugi atau korban utama dari adanya korupsi
adalah mereka sendiri. Selain itu, ada pula masyarakat yang tidak menyadari kalau mereka sedang terlibat
korupsi.

Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas, bila ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi tentang kesadaran dalam
menanggapi korupsi di masyarakat. Berikut aspek sikap masyarakat yang memicu terjadinya korupsi:
Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung terjadinya korupsi. Semisal, masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimiliki. Akibatnya masyarakat menjadi tidak kritis
terhadap kondisi tersebut, seperti dari mana kekayaan dia berasal.
Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat terjadinya korupsi adalah
negara. Padahal, justru pada akhirnya kerugian terbesar dialami oleh mereka sendiri. Contoh, akibat
korupsi anggaran pembangunan menjadi berkurang, pembangunan transportasi umum terbatas.
Masyarakat juga yang rugi besar, padahal sudah patuh membayar pajak.
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. Setiap tindakan
korupsi pasti melibatkan masyarakat, tapi justru sudah terbiasa terlibat dalam tindak korupsi sehari-hari.
Masyarakat secara terbuka namun tidak disadari.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dihentikan, bila ikut aktif dalam agenda pencegahan
dan pemberantasan korupsi. Umumnya masyarakat menganggap bahwa pencegahan dan pemberantasan
korupsi hanyalah tanggung jawab pemerintah.
 Aspek Ekonomi

Penyebab terjadinya korupsi berikutnya, dari aspek ekonomi. Hampir mirip dengan perilaku konsumtif
pada faktor internal. Bedanya, di sini lebih ditekankan pada pendapatan seseorang. Bukan kepada sifat
konsumtifnya. Pendapatan yang dinilai tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi
dilakukan seseorang.

- Aspek Politis

Selanjutnya pada aspek politis, penyebab terjadinya korupsi karena kepentingan politik serta haus
kekuasaan, ingin meraih dan mempertahankan jabatan. Biasanya dalam aspek politis ini, bisa membentuk
rantai-rantai korupsi yang tak terputus. Dari seseorang kepada orang lainnya.

- Aspek Organisasi

Penyebab terjadinya korupsi dari aspek organisasi, bisa terjadi karena beberapa hal. Termasuk di
antaranya sebagai berikut:

 Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin.


 Tidak adanya kultur budaya organisasi yang benar.
 Kurang memadainya sistem akuntabilitas.
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen.
 Pengawasan yang terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan
pengawasan langsung oleh pemimpin) dan pengawasan eksternal (pengawasan dari legislatif
dalam hal ini antara lain KPKP, Bawasda, masyarakat dll).

Kesimpulanya,;

Upaya memberantas tindak korupsi bukanlah hal mudah. Meski sudah dilakukan berbagai
bentuk hukum untuk memberantas korupsi, masih ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
Seperti operasi tangkap tangan (OTT) sudah sering dilakukan oleh KPK.
Lalu tuntutan dan putusan yang dijatuhkan oleh penegak hukum pun sudah tercantum dihukum
keras. Namun korupsi masih tetap saja dilakukan. Mengutip dari Jurnal Legislasi Indonesia,
hambatan dalam pemberantasan korupsi dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
Hambatan Struktural
Hambatan struktural adalah yang bersumber dari praktik-praktik penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi, tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Hambatan Kultural

Hambatan kultural bersumber dari kebiasaan negatif yang berkembang di masyarakat. Termasuk
dalam kelompok ini di antaranya: masih ada sikap sungkan dan toleran, di antara aparatur
pemerintah yang bisa menghambat penanganan tindak pidana korupsi.
Hambatan Instrumental

Hambatan instrumental bersumber dari kurangnya instrumen pendukung dalam bentuk peraturan
perundangundangan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi, tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Hambatan Manajemen
Hambatan manajemen maksudnya, hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik. Komitmen yang tinggi sepatutnya
dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel. Untuk membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
b. Apa saja prinsip-prinsip etika pemerintahan yang harus diimplementasikan untuk mengatasi atau
mencegah terjadinya tindakan korupsi?

Penjelasan Menurut Pendapat Saya mengenai prinsip etika pemerintah untuk mengatasi
atau mencegah terjadinya tindakan korupsi;
Prinsip- prinsip yang dimaksud adalah transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab,
kemandirian, keadilan, kepedulian, solidaritas, dan pluralitas. Prinsip-prinsip ini menjadi
dasar bagi tindakan profesional sehingga profesi dan komunitas profesi dapat dipercaya
klien dan masyarakat.
Dengan jelas bahwa korupsi di Indonesia tidak hanya terdapat di tingkat pusat, tetapi
sudah menyebar ke tingkat daerah yang akibat-akibatnya semakin menyentuh kehidupan
masyarakat lokal/ daerah. Selain itu, praktik penyuapan dan pengadaan barang dan jasa menjadi
modus-modus korupsi. Kedua modus ini memiliki hubungan dengan praktik gratifikasi yang
melekat dengan kebiasaan saling memberikan hadiah dan barang pada peristiwa-peristiwa budaya
di masyarakat Indonesia. Praktik gratifikasi semacam ini tidak hanya menjadi permulaan dari
praktik suap tetapi juga mendorong terjadinya konflik kepentingan karena mereka yang terlibat
dalam praktik tersebut mengutamakan kepentingan diri dan keluarga lebih dari kepentingan-
kepentingan negara dan bangsa.
Untuk mengatasi korupsi, langkah hukum dapat diambil. Dengan alasan ini, KPK sebagai
sebuah lembaga yang bertanggung jawab atas usaha pemberantasan korupsi di Indonesia berusaha
mengambil langkah langkah penegakan hukum. Di Indonesia berlaku UU No. 20/2001 tentang
Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor).
Undang-undang tersebut menjadi landasan bagi semua usaha legal atas tindak pidana korupsi.
Dengan asumsi bahwa korupsi dapat berawal dari praktik-praktik gratifikasi, KPK mencoba
mengambil tindakan penegakan hukum berkenaan dengan praktik gratifikasi yang berpotensi suap
tersebut. Apa pun usaha yang dilakukan untuk melawan korupsi dari segi hukum, efektifitasnya
harus dipikirkan lebih lanjut. Sebagai sebuah upaya hukum, perlawanan terhadap korupsi
mengikuti langkah-langkah seperti: mengawasi, menyelidiki, dan menghukum yang melawan.
Padahal perlawanan terhadap korupsi harus menyentuh kerangka berpikir, perubahan pada
pandangan, nilai, dan standar etis. Berjaga-jaga, transparansi, keterbukaan, perlengkapan institusi
merupakan sarana yang perlu untuk membongkar keburukan korupsi serta akibat negatifnya bagi
manusia dan masyarakat. Dengan alasan ini, korupsi lebih dari sekedar masalah legalitas, ia
menjadi masalah moral.
Integritas, Fondasi Moral Antikorupsi “Integritas”,
Sebuah istilah yang begitu sering kita dengar karena bisa dengan begitu mudah diucapkan oleh
siapa saja termasuk pejabat-pejabat publik. Menjelang pemilihan presiden atau anggota legislatif,
misalnya, kata “integritas” hampir pasti mengalami deflasi akibat begitu mudahnya istilah ini
keluar dari mulut masyarakat. Itu wajar. Integritas selama ini selalu menjadi salah satu standar
kualitas yang harus dipenuhi oleh para calon pemegang kekuasaan publik baik eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif. Apakah para calon pejabat memahaminya dengan baik?
Mungkin “ya”. Tetapi apakah mereka memiliki komitmen kuat untuk
mewujudkannya secara konsisten? Barangkali! Tidak hanya dalam dunia politik. Dalam
dunia bisnis pun, integritas menjadi acuan penting ketika, misalnya, berbicara tentang reputasi
dan brand image bisnis. Integritas akan semakin mudah diangkat ke permukaan ketika
perusahaan dihadapkan dengan kepentingan memiliki seorang CEO, seorang direktur atau
manajer yang berkualitas. Hal itu wajar karena umum diyakini bahwa kredibilitas sebuah
perusahaan sangat tergantung pada kualitas kepribadian para pengelola dan pengambil keputusan
perusahaan. Reputasi dan nama baik perusahaan, di satu pihak, serta loyalitas dan kepercayaan
konsumen atau publik terhadap perusahaan, di lain pihak, sangat tergantung pada kualitas
kepribadian para pengelolanya ketika berhadapan dengan tantangan pemenuhan hak-hak
stakeholders. Lalu, apa itu “integritas” dan mengapa integritas penting baik pada lingkup publik
maupun privat? Bagaimana merawat dan mengembangkannya? Apakah integritas mencukupi
untuk membangun sebuah bisnis, organisasi, lembaga, atau bahkan mengembangkan diri sendiri
sebagai pribadi yang kredibel? Inilah beberapa pertanyaan mendasar yang coba dijawab dalam
kaitannya dengan korupsi. Sebelum memasuki diskusi substansial mengenai “integritas”, perlu
sejak awal diberikan dua catatan kecil untuk menghindari salah-pengertian terhadap istilah
“integritas”.
a. Sebagian orang cenderung memaknai “integritas” tak lebih dari sikap “keras kepala” (stubbornness).
Pemaknaan seperti itu sebetulnya keliru walaupun bisa dipahami. Secara literer “integritas” atau
integrity dalam bahasa Inggris sejatinya diambil dari khazanah bahasa Latin integer, yang berarti kuat,
kokoh, tidak goyah, atau tidak mudah terombangambing. Dengan makna positif seperti itu,
“integritas” sejatinya merefleksikan kepribadian positif yang layak dimiliki setiap makhluk moral.
Integritas bahkan seharusnya menimbulkan rasa terhormat dalam diri mereka yang memiliki
keberanian (courage) untuk secara konsisten merawatnya (Robert C, Solomon, 1992: 168-174).
Betapa berharganya “integritas” bagi manusia, telah membuat Solomon menegaskan bahwa
mengabaikan integritas tidak hanya mengakibatkan subyek kehilangan kemampuan berwawasan jauh
kedepan (short-sighted) melainkan dapat menghancurkan diri sendiri (self-destructive).
b. Integritas juga sering disamakan begitu saja dengan “kejujuran” (honesty). Integritas memang
mengandaikan kejujuran sebagai nilai, akan tetapi tidak semua kejujuran pantas disebut
merefleksikan integritas. Sebagaimana ditegaskan oleh Robert Solomon, kejujuran terlalu terbatas
untuk merangkul seluruh kekayaan makna integritas. Alasannya, dalam prakteknya integritas malah
bisa saja menuntut subyek untuk bertindak kurang jujur atau bahkan berbohong. Dalam kasus tertentu
pasti tidak sulit untuk sepakat dengan Solomon. Misalnya saja, apakah seorang pejabat publik harus
mengatakan dengan jujur semua kebijakan atau semua informasi negara, bahkan yang bersifat rahasia
sekalipun, kepada pejabat publik negara lain? Kejujuran tentu saja sebuah keutamaan yang ikut
menentukan kualitas kepribadian manusia. Akan tetapi kejujuran di dalam contoh rahasia negara ini
tentu saja problematis dari sisi etika politik. Menjadi kewajiban moral setiap warga negara apalagi
pejabat publik untuk menjaga kedaulatan dan keamanan negaranya. Karena itu mengatakan secara
jujur informasi-informasi yang berkaitan dengan rahasia negara merupakan pengkianatan dan
karenanya harus ditolak dari segi etika sosial-politik. Dalam konteks seperti ini integritas dalam arti
kejujuran tidak relevan diterapkan.
Prinsip-prinsip etika pemerintahan yang harus diimplementasikan untuk mengatasi atau mencegah
terjadinya tindakan korupsi
1. Political will Etika publik menjadi fondasi (bedrock) utama dalam memelihara dan
mengembangkan integritas dalam ruang publik. Untuk itu diperlukan kemauan politik kuat
dari pemimpin tertinggi organisasi untuk membangun integritas. Leading by example, apalagi
dalam masyarakat paternalistik, menjadi sangat penting. Disini, nilai-nilai moral menjadi
penting dan karenanya berkontribusi positif pada kinerja lembaga, bukan karena terus
disosialisasikan dengan kata-kata melainkan karena diwujudkan secara kongkrit melalui
perilaku leadership. Itu berarti leading by example juga harus dimengerti sebagai leading by
values. Upaya ke arah ini sering menjadi kontra produktif karena pemimpinpemimpin,
terutama pemimpin politik, tidak sungguh-sungguh memerangi korupsi. Retorika manipulatif
cenderung dipertontonkan dan dengan demikian secara sadar menafikkan keselarasan antara
kata dan perbuatan. Ucapan Six & Huberts berikut ini sangat layak untuk dicamkan. Katanya:
“A leader is a person with high-level integrity. To have Integrity is to have a coherent set of
principles and values which are in line with a moral filter. It means incorruptibility and the
state of rightiousness”. Dengan demikian, membangun integritas dalam konteks organisasi
(publik) harus dimulai dari pimpinan untuk pada giliran mampu menjadi model integritas. Ini
penting karena dalam masyarakat yang cenderung paternalistik berlaku pepatah: “Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari”. Seluruh organisasi akan menjadi lebih buruk ketika
berada di tangan pemimpin yang buruk dari segi etika publik.

2. Transparansi Pemerintah harus terbuka untuk senantiasa membuat warganya melek terhadap
berbagai isu strategis negara, terutama yang berdampak pada kehidupan mereka, serta
kebebasan dan kemerdekaan mereka. Transparansi akan mendorong munculnya kesadaran
publik untuk berpartisipasi untuk mengontrol dan berkontribusi kongkrit demi suksesnya
sebuah kebijakan. Dengan demikian baik pejabat publik dan masyarakat umum sama-sama
merasa terikat oleh kebijakan dan undang-undang yang berlaku dan karenanya efektif dalam
penerapannya. Parlemen, dalam hal ini, harus berada pada garis terdepan untuk memastikan
bahwa seluruh produk legislatifnya tersosialisasi dengan baik, dengan catatan, sosialisasi
tidak hanya sebatas retorika melainkan terutama melalui perilaku yang memperlihatkan
pembelaan real dan genuine terhadap undangundang. Ini penting dicatat karena tidak jarang
undang-undang dibuat serta berlaku dan mengikat bagi segenap warga negara, termasuk
anggota parlemen, tetapi dalam kenyataannya selalu saja ada “trik-trik kwasi-legal” yang
dimainkan untuk menutupi borok koruptif pribadi atau rekan sejawat.
3. Akuntabilitas Prinsip ini terwujud melalui pemanfaatan berbagai resources dan jasa publik
untuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat atau demi kepentingan umum.
Setiap tindakan di luar jalur itu harus sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka. Katakan saja, apakah boleh seorang pejabat publik menggunakan otoritas jabatannya
untuk mendapatkan pelayanan publik khusus bagi anggota keluarganya? Anggota keluarga
sebagai warga negara tentu saja berhak mendapatkan pelayanan publik. Tetapi konteks
“keluarga” dalam kasus ini berpotensi menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan. Karena itu
perlu pertanggungjawaban yang jelas dan dapat diterima (reasonable) publik ketika hal seperti
itu memang harus dilakukan.

4. Partisipasi publik Demokrasi meniscayakan partisipasi aktif publik, termasuk media, dalam
pengelolaan negara. Kritik selalu harus punya tempat dalam ruang publik; namun supaya
kritik tidak melabrak asas fairness dan responsibility dalam tata-kelola yang baik (good
governance), kritik harus dilakukan dengan motif demi kebaikan umum dan bukan demi
kepentingan eksklusif diri sendiri atau segelintir orang. Untuk itu obyektivitas dan
reasonableness perlu dijaga agar kritik tidak berubah menjadi fitnah yang justru semakin
memperkeruh keadaan. Efektivitas partisipasi publik ini sangat tergantung juga pada
kesediaan bersikap transparan dari sisi pejabat publik.

5. Peraturan hukum Pilar ini menuntut pentingnya negara memiliki pembuat dan penegak
hukum yang berintegritas. Alasannya jelas. Peraturan hukum menjadi hukum karena
memenuhi asas fairness, impartiality, and integrity. Itu berarti, hukum memiliki kekuatan
mengikat karena dilahirkan oleh anggota legislatif yang menjunjung tinggi asas fairness,
impartiality, dan integrity. Hanya dari anggota parlemen dengan kualitas kepribadian yang
menjunjung tinggi asas-asas teresebut, kita boleh berharap bahwa hukum lahir dan hadir demi
kepentingan atau kebaikan umum. Tuntutan yang sama berlaku bagi penjabat yudikatif. Pada
akhirnya praktek dan penegakan hukum menjadi bukti kongkrit apakah asas “kesamaan di
depan hukum” sungguh-sungguh ditegakkan. Inkonsistensi lembaga dalam menerapkan asas-
asas tersebut dalam mengemban dan melaksanakan tugas publiknya akan menjadi pelajaran
buruk yang menyuburkan sikap dan perilaku “tak-pedulihukum” (unlawfulness) dalam
masyarakat, umumnya, dan pejabat publik, khususnya. Dokrin “ultra vires in action” pantas
ditegaskan dalam konteks ini. Doktrin itu menegaskan pentingnya keberanian tanpa takut
sedikitpun untuk mencopot seorang hakim dari jabatannya untuk kemudian menggantinya
dengan pejabat baru yang kredibel (memiliki kompetensi dan integritas yang memadai untuk
posisinya). Dengan demikian, berperilaku sesuai dengan hukum, peraturan, dan prosedur
yang seharusnya menjadi penting sebagai bagian dari menegakkan hukum dan sekaligus
memupuk tumbuh dan berkembangnya integritas secara umum dalam lembaga. Hal yang
sama juga perlu diusahakan dalam dunia bisnis. Kenyataan memperlihatkan bahwa kolusi
sistematis antara kekuasaan politik (publik) dan kekuasaan ekonomi ikut berkontribusi dalam
berkembang dan menularnya korupsi.

6. Ruang demokrasi Pilar ini penting untuk dirawat karena kita hidup dalam sebuah era dimana
masyarakat semakin sadar akan hak-haknya yang harus dilindungi dan bahkan harus
difasilitasi realisasinya oleh negara. Hak atas hidup yang layak, hak atas pekerjaan, hak untuk
mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan yang baik, hak politik untuk berpatisipasi
aktif dalam menentukan masa depan negara melalui pemilihan anggota legislatif serta
pemilihan presiden dan wakil presiden, adalah beberapa hak mendasar masyarakat yang harus
dipenuhi oleh negara. Tuntutan pemenuhan hak-hak ini menjadi bentuk kontrol publik dan
sekaligus indikator kinerja pejabat publik sebagai refleksi perwujudan kepercayaan publik
atas kekuasaan yang telah diperoleh pejabat publik dari masyarakat. Demokrasi dengan
demikian merupakan manisfestasi dari integritas di dalam ruang publik.
Kesimpulannya, ;
Upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah menghukum seberat beratnya
pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Merupakan sebuah realita
bahwa kita sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk memberantas korupsi yaitu
peraturan perundang undangan.
Kita memiliki lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan
tersebut baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga
independen yang bernama memberantas korupsi. Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap
tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.
Sedihnya lagi, dalam realita ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam
beberapa kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di Indonesia. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kesemuanya dibentuk salah satunya untuk memberantas
korupsi. Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.
Sedihnya lagi, dalam realita ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam
beberapa kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di Indonesia.

Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan
Anti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang bertujuan untuk
menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan tumbuhnya budaya anti- korupsi
di masyarakat diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku koruptif. Gerakan Anti
Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah
peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan. Upaya
perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang
mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilainilai yang dimaksud antara lain adalah
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat
dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Mencegah korupsi adalah suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan. Pekerjaan
memberantas korupsi harus dilakukan secara bersama-sama dan membutuhkan komitmen
nyata dari pimpinan tertinggi. Selain itu, strategi pencegahan korupsi diperlukan, agar bahaya
korupsi dapat ditanggulangi dan celahnya dapat ditutup.
“Kecenderungan orang melakukan korupsi terjadi ketika ada motif, rasionalisasi yang berasal
dari masing-masing individu dan ada kesempatan yang berkaitan dengan sistem yang
memiliki celah korupsi,”
Yaitu ; intervensi dengan memperbaiki sistem dan memperbaiki perilaku pegawainya. Ia lalu
membagikan tiga tahapan strategi yang dapat digunakan.

a. strategi jangka pendek dengan memberikan arahan dalam upaya pencegahan.


b. strategi menengah berupa perbaikan sistem untuk menutup celah korupsi. Ketiga, strategi
jangka panjang dengan mengubah budaya.

Ketika budaya jujur sudah terbangun, maka satu sama lain akan saling menjaga dan
mengingatkan. “Tentu komitmen itu harus dimulai dari diri sendiri. Anggaran negara harus
diorientasikan untuk kemaslahatan rakyat. Karena yang kita kelola adalah uang rakyat, maka
harus kita kelola dan gunakan sebaik-baiknya,”

Memaparkan berbagai upaya pencegahan korupsi yang telah dilakukan pihaknya, seperti menerbitkan
peraturan menteri mengenai kewajiban pelaporan LHKPN dan gratifikasi. Pembentukan Unit
Pengendalian Gratifikasi, membangun zona integritas dan memanfaatkan sistem informasi dan layanan
ketenagakerjaan secara digital untuk memangkas potensi korupsi.
Tentu semua upaya itu, harus dilakukan oleh semua pihak. Dan juga meminta KPK secara langsung
memberikan arahan dan pendampingan kepada seluruh jajarannya.

3. Prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Gedongan Kecamatan
Plupuh Kabupaten Sragen dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Adanya pengambilan keputusan
yang didasarkan konsensus, tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan
dan implementasi kebijakan desa, adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur
pelaksanaan. 2. Kendala dalam proses dan akses informasi yang memadai pada setiap proses
penyusunan dan implementasi kebijakan desa, dimana pemerintahan desa berusaha transparan
atau terbuka dalam melaksanakan pemerintahan desa, namun dalam implementasinya sulit
dilakukan. Hal ini dikarenakan pemerintahan desa masih kurang paham mengenai sistem
pemerintahan yang transparan atau terbuka.

Dari kasus di atas, kemukakan bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, yang
dilihat melalui penerapan:
a. Prinsip partisipasi, prinsip transparansi dan prinsip akuntabiltas!

Good governance sedang menjadi acuan dalam mencari cara perbaikan birokrasi sesuai dengan
tuntutan reformasi. Good governance sebagai bagian agenda reformasi pada dasarnya merupakan
suatu kondisi ideal yang diharapkan terwujud pada setiap aspek pemerintahan yang berinteraksi pada
masyarakat. Kondisi ideal ini didasarkan pada pemahaman atas prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Desa adalah satuan pemerintahan terendah di bawah pemerintahan kabupaten/kota. Kedudukan desa
sangat penting, baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai
lembaga pemerintahan yang memperkuat struktur pemerintahan negara Indonesia. Pemerintahan Desa
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pemerintah Desa memegang peran yang sangat penting demi
terciptanya tata pemerintahan yang baik di desa. Pemerintah Desa merupakan bagian dari birokrasi
negara dan sekaligus sebagai pemimpin lokal yang memiliki posisi dan peran yang signifikan dalam
membangun dan mengelola Pemerintahan Desa.
Advokasi tentang penyelenggaraan atau tata kelola Pemerintahan Desa yang baik sangatlah mendesak
untuk dilakukan. Sungguhpun demikian, urgensinya sangat jarang dikomunikasikan di arena publik.
Perhatian terhadap Pemerintahan Desa, kalaupun ada, bersifat marginal. Padahal, justru pada level
desa inilah interface atau sentuhan negara-rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan banyak
terjadi. Ruang publik yang paling dekat untuk diakses masyarakat justru ada dan perlu diperluas pada
level desa.
Good governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Adapula yang mengartikannya
sebagai tata pemerintahan yang baik dan ada pula yang mengartikannya sebagai sistem pemerintahan
yang baik.
Tujuan pokok good governance adalah tercapainya kondisi pemerintahan yang dapat menjamin
kepentingan pelayanan publik secara seimbang dengan melibatkan kerjasama antar semua pihak atau
stakeholder (negara, masyarakat madani dan sektor swasta)

Prinsip partisipasi, prinsip transparansi dan prinsip akuntabiltas


1. Transparansi Transparansi atau keterbukaan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
diwujudkan oleh Pemerintah Desa melalui berbagai cara yaitu dengan penyampaian informasi
secara langsung kepada masyarakat dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, pemasangan
berbagai informasi di papan pengumuman, website Pemerintah Desa dan penerbitan Koran Desa
2. Partisipasi Pemerintah Desa selalu melibatkan partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bentuk partisipasi masyarakat Desa yaitu partisipasi
dalam perencanaan pembangunan desa, partisipasi politik dan partisipasi dalam berbagai kegiatan
atau program desa.
3. Akuntabilitas Wujud akuntabilitas atau pertanggungjawaban Pemerintah Desa dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Kepala Desa menyampaikan Laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran dan pada akhir masa jabatan kepada Bupati serta
Laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran
4. Penegakan Hukum Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pemerintah Desa telah bertindak
berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan semua peraturan pelaksanaan
tentang desa. Bentuk penegakan hukum yang lain adalah pemberian sanksi bagi Perangkat Desa
yang terbukti melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sanksi tersebut
berupa Surat Peringatan sampai 3 kali dan pemberhentian apabila telah terbukti melanggar
5. Daya Tanggap Pemerintah Desa cukup peka dan cepat tanggap dalam menanggapi aspirasi
masyarakat serta menghadapi persoalan yang terjadi dimasyarakat. Hal tersebut didukung dengan
fasilitas layanan pengaduan masyarakat berupa kotak surat pengaduan, pengaduan secara
langsung, telepon dan sms.
6. Efektivitas dan Efisiensi Dengan adanya Kantor Pelayanan Umum kualitas pelayanan publik yang
diberikan oleh Pemerintah Desa sudah cukup baik, pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien.
Pemerintah Desa telah menerapkan optimalisasi SOP (Standar Operasional Pelayanan) kepada
masyarakat. Bentuk pelayanan publik berupa jasa layanan administrasi yang bersifat umum
seperti kependudukan, pernikahan sudah gratis atau tidak dipungut biaya.
b. Jelaskan keterkaitan penerapan prinsip-prinsip good governance tersebut dengan paradigma
New Public Management!

Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam tata kelola Pemerintahan Desa yaitu
transparansi, partisipasi, akuntabilitas, penegakan hukum, daya tanggap, efektivitas dan efisiensi,
 Prinsip Partisipasi: Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut
kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung;
 Prinsip Transparansi: Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh
informasi yang akurat Prinsip Akuntabilitas: Meningkatkan akuntabilitas para pengambil
keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas;an memadai;
 Prinsip Efisiensi dan Efektivitas: Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab;
 Prinsip Daya Tanggap: Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat tanpa kecuali;
 Prinsip Penegakan Hukum: Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua
pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat;

Keseluruhan unsur-unsur kepemerintahan yang baik, yang melibatkan interaksi dan


kolaborasi yang berkesetaraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat madani
tersebut di atas saling berkaitan dan saling memperkuat satu dengan yang lainnya (mutually
reinforcing), dan tidak dapat saling berdiri sendiri (disintegrated).
Sehingga apabila salah satu atau lebih dari unsur-unsur tersebut hilang atau mengalami
kendala dalam perwujudannya, maka kepemerintahan yang baik yang ingin dicapai juga akan
mengalami keterbatasan, dan akhirnya akan menghambat tercapainya tujuan pembangunan
manusia yang berkelanjutan.
Konsepsi kepemerintahan dan kepemerintahan yang baik sebagaimana telah diuraikan
tersebut di atas, jelas merupakan suatu pemikiran dan kondisi yang sistemik, utuh (holistik),
dan komprehensif, yang menjadi tantangan bagi para penyelenggara negara bersama-sama
masyarakat bangsa negara yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Bagi pemerintah, hal
itu menuntut upaya reformasi di segala bidang dan aspek sistem administrasi negara secara
utuh, baik dilakukan secara serentak (revolutionary) maupun secara inkremental
(evolutionary) dalam suatu kurun waktu tertentu.
Pemerintahan katalis; Pemerintahan katalis adalahPemerintahan yangmengarahkan bukan
mengayuh. Disini pemerintah hanya menjalankan fungsi strategis saja tidak ikut campur
dalam pelaksanaan atau kegiatan tekniknya.Peran pemerintah hanya sebagai perencana, pencetus
visi, dan penyediaberbagai kebijakan strategis lainnya. Selain itu, berbagai metode
dapatdigunakan untuk mencapai organisasi publikmencapai tujuan, memilihmetode yang paling
sesuai untuk mencapai efisiensi, efektivitas, persamaan,pertanggungjawaban, fleksibilitas seperti,
privatisasi, lisensi, konsesi,kerjasama operasional, kontrak, voucher, insentif pajak, dll.
Pemerintahan milik masyarakat; Menekankan adanya kontrol darimasyarakat sebagai akibat
dari pemberdayaan yang diberikan pemerintah.Sehingga masyarakat lebih mampu dan kreatif
dalam menyelesaikanmasalahnya, tanpa bergantung pada pemerintah. Akhirnya
masyarakatmelayani diri mereka sendiri bukan lagi pemerintah yang melakukannya,namun
pemerintah tetap memastikan masyarakatmemperoleh pelayanandasar mereka. Dengan adanya
control dari masyarakat, pegawai negeri akanmemiliki komitmen yang lebih baik, lebih peduli,
dan lebih kreatif dalammemecahkan masalah.
Pemerintahan Kompetetif;pemerintahan yang memasukkan semangatkompetisi dalam
pemberian layanan kepada masyarakat. Masyarakat disinisebagai konsumen yang secara pribadi
berhak memilih layanan mana yanglebih baik, sehingga akhirnya pemerintah saling berkompetisi
untuk dapatmenjadi yang terbaik penerapan prinsip-prinsip good governance dalam tata kelola
Pemerintahan Desa yaitu peningkatan kapasitas kemampuan Perangkat Desa melalui pendidikan
dan pelatihan yang berkesinambungan dan pembentukan BUM Des (Badan Usaha Milik Desa).
4. Dari kasus di atas, berikanlah pendapat dan analisis mengenai gaya kepemimpinan Bupati Pinrang
tersebut!

Dari Kasus Di atas Menurut pendapat analisis saya menegenai gaya kepemimpinanan
bupati pinrang

Gaya kepemimpinan Bupati Pinrang dalam hal ini H.A.Aslam patonangi adalah gaya
kepemimpinan yang demokratis. Faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten pinrang antara lain: kemampuan/skill pengalaman
kerja dan lingkungan kerja.

Penjelasannya, ;

Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan
penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan
didukung oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata
pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan
merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia. Kepemimpinan sangat
urgent diperhatikan dalam suatu pelaksanaan tata kelola pemerintah daerah, karena
kepemimpinan daerah landasan untuk melakukan aktifitas bagi seorang pemimpin.
Kartono (2005:36- 38), mengatakan bahwa persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan
dengan tiga hal penting, yaitu:
a. Kekuasaan,yaitu otoritas dan legalitas yang memberikan kewenangan kepada pemimpin guna
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu,

b. Kelebihan, keung-gulan keutamaan sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga
orang tersebut patuh kepada pimpinan, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan, yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan teknis


maupun anggota biasa.

Apabila hal tersebut dapat di laksanakan dan di jalankan dengan baik maka pelaksanaan tata
kelola pemerintahan akan berjalan sebagai mana yang di inginkan, Maxwel (1995:191),
mengatakan bahwa ciri-ciri pemimpin yang baik adalah:
a. Pemimpin yang baik mampu menciptakan lingkungan yang tepat. Cara paling baik untuk
memiliki loyalitas personal ialah dengan memperlihatkan perhatian kepada mereka dengan
kata-kata dan perbuatan;

b. Pemimpin yang baik mengetahui kebutuhan dasar bawahannya;

c. Pemimpin yang baik mampu mengendalikan keuangan, personalia, dan perencanaan;

d. Pemimpin yang baik mampu menghindari tujuh dosa mematikan. Yaitu: berusaha untuk
disukai bukan dihormati, tidak minta nasihat dan bantuan kepada orang lain,
mengesampingkan bakat pribadi dengan menekan peraturan bukan keahlian, tidak menjaga
untuk kritik tetap konstruktif, tidak mengembangkan rasa tanggung jawab dalam diri orang
lai, memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama, dan tidak membuat setiap orang
selalu mendapat informasi.
Kemudian dalam menjalankan pemerintah daerah tentunya setiap kepala daerah
memiliki gaya kepemimpinan dalam mejalankan pemerintahannya. Karena gaya
kepemimpinan juga merupakan salah satu landasan bagi seorang pemimpin dalam suatu
daerah dalam menjalankan tata kelola pemerintahan. Gaya kepemimpinan adalah perilaku
atau cara-cara yang digunakan pemimpin dalam usaha mempengaruhi bawahan untuk
mencapai tujuan yang telah di tentukan.Pemimpin dalam menjalankan fungsinya
mempunyai harapan agar bawahan dapat bergerak bersama-sama mewujudkan
tercapainya tujuan organisasi pemerintah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kesimpulanya, ;
Secara garis besar beberapa perilaku bapak H.A.Aslam patonangi dalam penyelenggaraan
pemerintahan di kabupaten pinrang mengarah kedalam cirri-ciri pemimpin yang demokratis.
Mulai dari pengambilan keputusan dan pemberian motivasi. Hal tersebut tentunya hal tersebut tak
lepas dari kemauan dan usaha beliau dalam proses penyelenggaraan kepemimpinan. Adapun yang
dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
Gaya kepemimpinan Bupati Pinrang dalam hal ini H.A.Aslam patonangi adalah gaya
kepemimpinan yang demokratis. Dimana sesuai dengan beberapa indikator yang ditemukan dlam
penelitian ini. Hal tersebut antara lain:

a) Pemberian motivasi: Dalam pelaksanaan pemerintahannya bapak H.A.Aslam patonangi selalu


memberika penghargaan atau insentif kepada pihak yang berprestasi dan yang bekerja
maksimal serta jiwa kepedulian social beliau kepada bawahan dan masyarakat kabupaten
pinrang;

b) pengambilan keputusan: Keterbukaan bapak H.A.Aslam patonangi dalam menerima saranatau


ide dari SKPD atau pejabat-pejabat dan masyarakat yang terkait dalam pemerintahannya dan
kemampuannya dalam menghadapi permasalah yang dihadapi. Berangkat dari indikator
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bapak H.A.Aslam Patonangi menganut gaya
kepemimpinan demokratis dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten
pinrang. Dimana beliau selalu mengutamakan musyawarah mupakat dalam pengambilan
keputusan di setiap fenomena pemerintahan.

Faktor yang mempengaruhi gaya kempemimpinan bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan


di kabupaten pinrang antara lain:

a. Kemampuan/skill: Selama pemerintahannya, Bapak H.A.Aslam Patonangi selalu


berupaya menempatkan pejabat sesuai dengan disiplin ilmunya dan kemampuannya untuk
komitmen dalam menjalankan visi dan misi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
kabupaten pinrang;

b. Pengalaman kerja: dalam hal ini pengalaman bapak H.A.Aslam patonangi dalam bidang
pemerintahan sebagi mantan camat yang mengatur pemerintahan di kecamatan sehingga
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan nya dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan di kabupaten pinrang;

c. Lingkungan kerja: hal ini merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi gaya
kepemimpinan H.A. As-lam Patonangi mengingat bahwa pengalaman dari lingkungan
pemerintahn di kecamatan yang tentunya mempunyai tujuan dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik di tingkat kecamatan sehingga dari hal tersebut membantu beliau
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten pinrang itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai