Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh
dari aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun
dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas
akademik dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal
dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji
lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
ERWIN SYAH
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Sistem hukum agama dan sistem hukum adat terintegrasi dalam UU Perkawinan
Sebagaiman disebutkan dalam bahasan terdahulu , bahwa tidak akan dipertentangkan
antara Hukum Adat dan Hukum Modern . Dalam pembangunan hukum nasional
Indonesia , ciri-ciri hukum modern harusnya dipenuhi. Kalau dipenuhi , bagaimana
kedudukan hukum adat? Dalam hal ini hukum adat tidak dapat diabaikan begitu saja
dalam pembentukan hukum nasional. Dalam seminar Hukum Adat dan Pembinaan
Hukum Nasional , dirumuskan bahwa Hukum Adat merupakan salah satu sumber yang
penting untuk memperoleh bahan –bahan Pembangunan Hukum Nasional yang menuju
kepada unifikasi hukum yang dan yang terutama akan dilakukan melalui pembuatan
peraturan perundangan ,dengan tidak mengabaikan timbul/tumbuhnya dan
berkembangnya hukum kebiasaan dan pengadilan dalam Pembinaan Hukum . Dengan
Demikian Hukum Adat ditempatkan pada posisi penting dalam proses pembangunan
hukum nasional.
Memperkembangkan unsur-unsur asli , unsure-unsur asing mungkin saja berguna bagi
pembentukan hukum nasional , sehingga pada hakekatnya masalahnya adalah
bagaimana peranan hukum adat (yang merupakan konk sistem nilai dan budaya )dalam
pembentukan hukum nasional yang fungsional (yang kemudian dinamakan “Hukum
Indonesia Modern “) (Soerjono Soekanto, Tahun 1976,h.119).
Untuk mengetahui peranan hukum adat dalam pembentukan/pembangunan hukum
nasional , maka harus diketahui nilai-nilai sosial dan budaya yang menjadi latar
belakang hukum adat tersebut , serta perannya masing masing yaitu: (Soerjono
Soekanto,1976,h.200).
a. Nilai –nilai yang menunjang pembangunan(hukum), nilai –nilai mana harus
dipelihara dan malahan diperkuat .
b. Nilai-nilai yang menunjang pembangunan (hukum ), apabila nilai-nilai tadi
disesuaikan atau diharmonisir dengan proses pembangunan.
c. Nilai-nilai yang menghambat pembangunan(hukum), akan tetapi secara berangsur
–angsur akan berubah apabila karena faktor –faktor lain dalam pembangunan .
d. Nilai-nilai yang secara definitif menghambat pembangunan (hukum)dan oleh
karena itu harus dihapuskan dengan sengaja.
Dengan demikian berfungsinya Hukum Adat dalam proses pembangunan
/pembentukan hukum nasional adalah sangat tergantung pada tafsiran terhadap nilai-
nilai yang menjadi latar belakang hukum adat itu sendiri . Dengan cara ini dapat
dihindari akibat negatif , yang mengatakan bahwa hukum adat mempunyai peranan
terpenting atau karena sifatnya yang tradisional,maka Hukum Adat harus ditinggalkan.
Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia selama ini pada
dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem hukum yaitu sistem
hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-masing menjadi sub-
sistem hukum dalam system hukum Indonesia. Sistem Hukum Barat merupakan
warisan penjajah kolonial Belanda yang selama 350 tahun menjajah Indonesia.
Penjajahan tersebut sangat berpengaruh pada system hukum nasional. Sistem Hukum
Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa Indonesia, dan untuk sadar akan
sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-dasar alam pikiran yag hidup dalam
masyarakat Indonesia. Kemudian sistem Hukum Islam, yang merupakan sistem hukum
yang bersumber pada Al-Quran dan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan hadist/sunnah-Nya.
Dari ketiga sistem hukum di atas secara objektif dapat kita nilai bahwa hukum Islamlah
ke depan yang lebih berpeluang memberi masukan bagi ppembentukan hukum
nasional. Selain karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan adanya
kedekatan emosional dengan hukum Islam juga karena sistem hukum barat sudah tidak
berkembang lagi sejak kemerdekaan Indonesia, sementara hukum adat juga tidak
memperlihatkan sumbangsih yang besar bagi pebangunan hukum nasional.
Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam pembangunan
hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan hukum Islam layak
menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasional adalah Undang-undang yang
sudah ada dan berlaku saat ini seperti :
UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU
Pengelolaan Zakat, dan UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta
beberapa undang-undang lain, baik yang secara langsung maupun tidak langsung
memuat hukum Islam seperti UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang
mengakui keberadaan Bank Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun
2006 tentang Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya, dan UU
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Undang-Undang Perkawinan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
disahkan dan diundangkan di Jakarta Pada tanggal 2 Januari 1974 (Lembaran Negara
Tahun '1974 No. Tambahan Lembaran Negara Nomer 3019).
3.
1. ldentifikasi tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan
UD dan dasar hukumnya! .
Jawab :
Tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan UD dan dasar
hukumnya adalah merencanakan akan mengambil barang milik orang lain yaitu
melakukan pencurian.
Pencurian Ringan
Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur- unsur dari
pencurian yang didalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah
dengan unsur-unsur lain (yang meringankan) ancaman pidananya menjadi
diperingan. Jenis pencurian ini diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP
yang menentukan :
“ Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, begitu
pun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5,
apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri itu tidak
lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah, diancam karena pencurian
ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus ribu rupiah.”
2. Buktikan bahwa dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung
Bakar dan UD terdapat dua unsur yang memberatkan!
Jawab :
Dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan UD
terdapat dua unsur yang memberatkan, yaitu :
merencanakan akan mengambil barang milik orang lain dengan tujuan untuk
dijual dan hasilnya dinikmati atau dibagi bersama dan sesuai rencana.
Dengan menggunakan sebuah linggis rakitan yang telah disiapkan oleh Asli
KW bersama Jagung Bakar kemudian berdua mencongkel pintu rumah sampai
rusak dan terbuka.
4.
1. Mengapa keterangan Angin Sepoi dikualifikasi sebagai testimonium de auditu?
Jelaskan.
Jawab :
Karena keterangan Angin Sepoi adalah kesaksian tentang hal yang didengar dari
orang lain; keterangan saksi yang disampaikan di muka sidang pengadilan, yang
merupakan hasil pemikiran saja atau hasil rekaan yang diperoleh dari orang lain dan
bukan pengalaman sendiri.
3. Silakan dianalisis bahwa putusan hakim yang mengabulkan gugatan cerai Cantik
Manis telah dipertimbangkan secara objektif dan rasional berdasakan alat bukti
persangkaan yang dikonstruksikan dari kesaksian de auditu tersebut.
Jawab :
Menurut analisis saya Berdasarkan Pasal 1922 KUH Perdata, Pasal 173 HIR,
kepada hakim yang diberi kewenangan untuk mempertimbangkan sesuatu apakah
dapat diwujudkaan sebagai alat bukti persangkaan, asal itu dilakukan dengan hati-
hati dan saksama. Cuma menurut pasal ini, yang dapat dijadikan sumber atau
landasan alat bukti persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang ialah dari
saksi, bantahan atau akta.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 tentang
Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(“Putusan MK 65/PUU-VIII/2010”) makna saksi telah diperluas menjadi sebagai
berikut:
Pasal 1 angka 26 KUHAP dan 27, Pasal 65, Pasal 116 ayat (3), (4), Pasal 184 ayat
(1a) KUHAP bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak
dimaknai termasuk pula “orang yang dapat memberikan keterangan dalam rangka
penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang tidak selalu ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”.
Sebuah Kajian Putusan MK 65/PUU-VIII/2010 berjudul Daya Ikat Putusan
Mahkamah Konstitusi tentang “Testimonium De Auditu” Dalam Peradilan Pidana
(hal. 42) yang bisa diakses dari laman Komisi Yudisial, antara lain dijelaskan bahwa
putusan ini mengakui saksi testimonium de auditu dalam peradilan pidana, putusan
ini merupakan cerminan perlindungan terhadap hak-hak tersangka dan terdakwa.
Perlindungan dan pemenuhan hak-hak tersangka dan terdakwa merupakan prinsip
utama dalam hukum acara Pidana.