Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Selasa, 27 Desember 2022
( NURMIAH )
1. Bagaimana analisis saudara terhadap RKUHP ini bila dikaitkan dengan Tujuan Hukum menurut
Lili Rasjidi.
Jawaban :
Tujuan utama dari hukum adalah mencapai ketertiban dalam masyarakat. Menurut Lili
Rasjidi tujuan hukum itu ada dua, tujuan tradisional dan tujuan modern. Tujuan tradisional hukum
adalah ketertiban dan keadilan. Sedangkan tujuan modern hukum adalah sarana pembaharuan
masyarakat.
Menurut Lili Rasjidi, sebelum timbulnya ketertiban, sebenarnya harus ada sesuatu kepastian
hubungan antar individu yang dikonkritkan dengan norma hukum terlebih dahulu. John Austin tidak
menghendaki perubahan hukum itu secara radikal (revolusi) sebab akan menimbulkan kegoncangan
ketertiban/chaos. Artinya yang lama sudah dilebur, yang baru belum terbentuk sehingga hukum
menjadi tidak berwibawa. Tetapi menurut Lili Rasjidi, seharusnyalah pakar hukum berfungsi
menciptakan ukum dan hukum harus terus dijalankan walaupun suasana pembaharuan.
Tujuan hukum adalah kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi sebagian besar rakyat atau
bagi seluruh rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang dihasilkan dari
proses penerapan hukum untuk menciptakan kesejahteraan yang diimpikan tersebut. Berdasarkan
orientasi itu, maka isi hukum adalah ketentuan tentang pengaturan-pengaturan penciptaan
kesejahteraan negara. Salah satu evaluasi yang dilakukan tersebut diantaranya adalah rancangan
RKUHP tersebut. Hal itu dilakukan untuk menata ulang bangunan sistem hukum pidana nasional dan
agar kita dapat memiliki KUHP sendiri yang mencerminkan bangsa kita. Karna sejatinya sejarah
hukum pidana yang berlaku di Indonesia bermula dari Code Napoleon Perancis tahun 1810. Prancis
kemudian menjajah Belanda dan memberlakukan KUHP. Kolononisasi kemudian berlaku di Belanda.
Setelahnya Belanda KUHP pada tahun 1881 dan dibawa ke Indonesia.
2. a. Bagaimana analisis Saudara mengenai keberlakuan Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis
di Indonesia.
Jawaban :
Hukum tertulis (State law = written law), adalah hukum yang dicantumkan dalam pelbagai
peraturan perundangan, sedangkan hukum tak tertulis (Unstaturery law = unwritten law), hukum
yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati
seperti suatu peraturan perundangan (disebut juga hukum kebiasaan).
Hukum tertulis sekarang sudah menjadi padanan bagi hukum perundang- undangan serta
menjadi tanda ciri dari hukum modern yang harus mengatur serta melayani kehidupan modern.
Kehidupan yang makin kompleks, bidang-bidang yang makin beraneka ragam, serta perkembangan
masyarakat dunia yang menjadi suatu masyarakat yang terorganisir (organized society), hubungan
antar manusia yang makin kompleks pula, memang tidak bisa lagi hanya mengandalkan pada
pengaturan tradisi, kebiasaan, kepercayaan atau budaya ingatan.
Penggunaan hukum tertulis telah menjadi hal yang sangat umum, tetapi ia tidak sekaligus
bisa disamakan dengan meningkatnya kualitas keadilan, tetapi hanya menyangkut bentuk saja. Di
samping itu, penggunaan hukum tertulis juga tidak serta- merta menghilangkan bekerjanya "hukum"
yang tidak tertulis begitu saja, seperti tradisi, kebiasaan atau praktek-praktek tertentu.
Oleh karena itu, sesungguhnya bisa dibicarakan tentang berjalannya dua bentuk tatanan
secara berdampingan, yaitu bentuk yang tertulis dan tidak tertulis. Kebiasaan dan lain-lain itu bisa
bekerja secara diam-diam, di bawah permukaan hukum tertulis yang bersifat resmi. Pendekatan
sosiologis tersebut dimungkinkan untuk mengamati kejadian tersebut.
Peranan hukum tidak tertulis adalah untuk melengkapi hukum yang tertulis, khususnya
dalam pertimbangan putusan hakim yang sangatlah dibutuhkan. Dengan kata lain, penerapan
hukum tertulis (asas legalitas) semata-mata akan banyak mencederai rasa keadilan masyarakat,
terutama masyarakat kecil dan miskin. Oleh karenanyalah hukum tidak tertulis ini juga masih
digunakan untuk pertimbangan lebih lanjut. Perbedaan antara hukum tertulis dengan hukum tidak
tertulis dapat dilihat sebagai berikut :
a. Hukum tertulis
(1) Bersifat statis, tidak mengikuti perkembangan dan perubahan dalam masyarakat.
(2) Lebih menjamin kepastian hukum tentang isi dan berlakunya hukum.
(3) Dikeluarkan oleh instansi resmi, yaitu pemerintah yang berwenang dan pembentukannya
secara prosedur.
b. Hukum tidak tertulis
(1) Bersifat dinamis atau luwes dan mampu mengikuti perkembangan dan perubahan dalam
masyarakat.
(2) Tidak menjamin kepastian hukum tentang isi dan berlakunya hukum.
(3) Lahir dan terbentuk dari kesadaran warga masyarakat sebagai kaidah-kaidah yang bernilai
positif.
Bahkan dalam UUD NKRI Tahun 1945 juga telah dengan jelas mengatur mengenai
pengakuan dan eksistensi masyarakat Hukum Adat (salah satu hukum tidak tertulis yang berlaku di
Indonesia) dalam Pasal 18b, Pasal 28i Ayat (3) dan Pasal 32 Ayat (1) dan (2). Menandakan bahwa
biarpun sudah melewati proses justifikasi oleh pemerintah, tidak mengubah kekuatan maupun
pengaruh hukum adat itu untuk tetap diakui oleh masyarakat. Sifat fleksibel dan bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat hukum adatnya tersebutlah yang menjadikan hukum adat dapat
mengambil tindakan menghukum / mengadili masyarakat adatnya tanpa adanya hukum tertulis
dari pemerintah. Pada intinya adalah hukum tertulis maupun tidak tertulis ini ada dan berlaku untuk
saling melengkapi atau menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut dalam mangambil tindakan hukum
di pengadilan.
2. b. Bagaimana analisis Saudara tentang Pasal 5 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Jawaban :
Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi :
“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat.”
Dalam ayat tersebut menandung makna bahwa masyarakat yang masih mengenal hukum
tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, membutuhkan hakim yang
merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan rakyat. Untuk itu,
hakim harus terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Sehingga hakim dapat
memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Undang-undang tersebut memberikan arahan bahwa hakim harus memahami nilai-nilai adat
budaya yang ada dalam masyarakat agar mampu memberikan putusan yang adil. Sebab, seorang
hakim yang ideal dan profesional haruslah mempunyai skill attitude, integritas dan knowledge.
Sementara hakim harus paham nilai yang ada dalam masyrakat merupakan bagian dan knowledge
yang harus dimiliki seorang hakim. Di indonesia, yang terdiri dan beberapa ras, suku, adat, budaya
tentunya membuat hakim harus mempunyai knowledge yang luas. Sehingga nantinya hakim dapat
memberi putusan yang mengandung keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagi masyarakat.
3. Bagaimana analisis Saudara tentang penerapan aliran Positivisme Hukum di Indonesia beserta
ciri-cirinya.
Jawaban :
Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu aliran dalam filsafat
hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara
hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme
Hukum sangat mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap bahwa tidak ada norma hukum
di luar hukum positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam masyarakat harus diatur dalam hukum
tertulis. Sikap penganut aliran ini dilatarbelakangi oleh penghargaan yang berlebihan terhadap
kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis, mereka menganggap kekuasaan itu adalah sumber
hukum dan kekuasaan adalah hukum. Ada dua corak dalam Positivisme Hukum, yaitu :
A. Aliran Hukum Positif Analitis (Analytical Jurisprudence) yang dipelopori oleh John Austin
menyatakan bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum terletak pada
unsur perintah itu. Austin memandang hukum sebagai suatu sistem yang tetap, logis dan tertutup.
Austin berpandangan bahwa hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana dan
adil atau sebaliknya. Aliran hukum positif analitis ini sudah banyak diterapkan dan terjadi di
Indonesia, kebanyakan terjadi dalam hubungan senior junior. Austin membedakan hukum menjadi
dua jenis, yaitu hukum dari Tuhan untuk manusia dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum
yang dibuat oleh manusia kemudian dibedakan lagi menjadi :
1. Hukum yang sebenarnya (hukum positif), yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum
yang disusun oleh manusia secara individu untuk melaksanakan hak-hak yang diberikan
kepadanya. Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu perintah (command), sanksi
(sanction), kewajiban (duty) dan kedaulatan (sovereignty)
2. Hukum yang tidak sebenarnya, adalah hukum yang tidak dibuat oleh penguasa, sehingga tidak
memenuhi persyaratan sebagai hukum contohnya peraturan dari suatu organisasi olahraga.
B. Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre) yang dipelopori oleh Hans Kelsen berpendapat
bahwa hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis seperti sosiologis, politis, historis
dan etis. Hukumn adalah suatu sollenkategorie atau kategori keharusan/ideal, bukan seinskategorie
atau kategori faktual. Meskipun hukum itu sollenkategori. namun yang digunakan adalah hukum
positif (ius constitutum), bukan hukum yang dicita-citakan (ius constituentur).
Kelsen berpendapat bahwa hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi (materia).
sehingga keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum. Hukum bisa saja tidak adil, namun hukum
tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa la juga berpendapat bahwa hukum positif pada
kenyataannya dapat saja menjadi tidak efektif lagi. Hal ini bisa disebabkan karena kepentingan
masyarakat yang diatur sudah tidak ada, sehingga penguasa tidak akan memaksakan penerapannya.
Berikut ini perbedaan ketentuan mengenai perbedaan pengaturan pekerja alih daya
(outsourcing) pada era UU Ketenagakerjaan dengan UU Cipta Kerja (Omnibuslaw):