Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : ARIZKIANTO SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044049208

Tanggal Lahir : 13-08-1989

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130 / PENGANTAR ILMU HUKUM

Kode/Nama Program Studi : S1/HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 13/UPBJJ BENGKULU

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA / 27 DESEMBER 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ARIZKIANTO SIMANJUNTAK


NIM : 044049208
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130 / PENGANTAR ILMU HUKUM
Fakultas : HUKUM
Program Studi : ILMU HUKUM S1
UPBJJ-UT : 19/ UPBJJ BENGKULU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Bengkulu, 27 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

ARIZKIANTO SIMANJUNTAK
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Tujuan hukum adalah untuk ketertiban, kepastian hukum dan keadilan. Penegakan hukurn sebagai
sarana untuk mencapai tujuan hukum, maka sudah semestinya seluruh energi dikerahkan
agar hukum mampu bekerja untuk mewujudkan nilai-nilai moral dalam hukum.
Adapun Lili Rasjidi, berpendapat bahwa hukum memiliki dua tujuan penting antara lain
1. Tujuan Tradisional
Tujuan tradisional hukum adalah ketertiban dan keadilan.
2. Tujuan Modern
Tujuan modern hukum adalah sarana pembaharuan masyarakat.
Tujuan hukum adalah kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi sebagian terbesar rakyat atau
bagi seluruh rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang dihasilkan dari
proses penerapan hukum. Berdasarkan orientasi itu, maka isi hukum adalah ketentuan tentang
pengaturan pengaturan penciptaan kesejahteraan negara.
Perbincangan tentang keadilan rasanya merupakan suatu kewajiban ketika berbicara tentang
filsafat hukum, mengingat salah satu tujuan hukum adalah keadilan dan ini merupakan salah
satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum.
Memahami pengertian keadilan memang tidak begitu sulit karena terdapat beberapa perumusan
sederhana yang dapat menjawab tentang pengertian keadilan.
Namun untuk memahami tentang makna keadilan tidaklah semudah membaca teks pengertian tentang
keadilan yang diberikan oleh para pakar, karena ketika berbicara tentang makna berarti sudah bergerak
dalam tataran filosofis yang perlu perenungan secara mendalam sampai pada hakikat yang paling
dalam.
2. A. Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran umumnya dapat berarti pertama lebih luas dari
undang-undang dasar karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja
pada hal masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.
Keduanya sama pengertiannya dengan undang-undang dasar karena hanya berisi aturan tertulis.
Dalam praktek ketatanegaraan Republik Indonesia konstitusi sama dengan pengertian undang-
undang dasar. Hal ini terbukti dengan disebutkannya istilah konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi
undang-undang dasar Republik Serikat ( Kaelan, 2000:99). Di Indonesia Undang-Undang Dasar pada
dasarnya adalah suatu hukum dasar tertulis (konstitusi negara). Pengertian hukum dasar adalah
aturan-aturan dasar yang dipakai sebagai landasan dasar dan sumber bagi berlakunya
seluruh hukum/peraturan/perundang-udangan dan penyelenggaraan pemerintahan negara pada

suatu negara.
Hukum dasar dibedakan menjadi dua, seperti berikut ini.

Pertama, hukum tertulis adalah suatu konstitusi negara yang menjadi dasar dan sumber dari

peraturan-peraturan lain atau perundang-undangan lain yang berlaku di suatu negara, atau aturan
dasar yang mengatur penyelenggaran negara yang dituangkan dalam bentuk tertulis, contohnya UUD
1945. Oleh karena sifatnya yang tertulis maka Undang-Undang Dasar itu
rumusnya tertulis dan tidak mudah berubah. Menurut ECS Wade dalam Costitutional Law, bahwa
Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka
dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu negara dan menentukan pokok-pokok
cara kerja badan tersebut. Prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur
dalam Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat
kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain dan UndangUndang Dasar juga
merekam hubungan-hubungan kekuasaan satu sama lain (Miriam Budiardjo, 1981: 95-96). Di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 hanya berisi 37 pasal, maka sifat Undang-Undang Dasar adalah singkat
dan supel. Maknanya Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokoknya saja. Supel
mengandung makna masyarakat itu selalu berubah dan mengalami perkembangan, maka kita harus
menjaga supaya tidak ketinggalan zaman.

Menurut Padmowahyono seluruh kegiatan negara dikelompokkan menjadi dua macam:


1) Penyelenggaraan kehidupan negara;
2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Oleh karena sifatnya tertulis maka Undang-Undang Dasar
rumusnya jelas yaitu merupakan hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara
negara dan setiap warga negara.
Aturan-aturan pokoknyaharus selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
UndangUndang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang
tertinggi, disamping sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah
dalam hierarkis tertib hukum Indonesia.
Sifat hukum dasar tertulis tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a. peraturan perundangan yang tertinggi dalam negara,
b. memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan,
c. mengikat hak pada pemerintah, lembaga-lembaga kenegaraan, lembagalembaga kemasyarakatan,
warga negara dan penduduk dimana saja berada,
d. menjadi alat pengontrol dan alat pengecek apakah peraturan hukum dan peraturan perundang-
undangan dibawahnya sesuai dengan ketentuan UndangUndang Dasar,
e. menjadi dasar dan sumber hukum bagi peraturan hukum dan peraturan perundangan
dibawahnya.

Kedua, hukum dasar tidak tertulis atau konstitusi tidak tertulis, yaitu konvensi ketatanegaraan atau
kebiasan ketatanegaraan. Konversi merupakan atura dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaran negara. Hukum dasar tidak tertulis dapat timbul dalam praktek penyelenggaran
negara meskipun tidak dalam bentuk tertulis contohnya adalah naskah pidato Presiden tiap tanggal
16 Agustus menjelang pelaksanaan perayaaan hari kemerdekaan Indonesia.

Sifat hukum dasar tidak tertulis adalah :

a. tidak bertentangan dengan isi, arti, dan maksud hukum dasar tertulis,
b. melengkapi, mengisi kekosongan ketentuan yang tidak diatur secara jelas
dalam hukum dasar tertulis,
c. memantapkan pelaksanaan hukum dasar tertulis,
d. terjadi berulangkali dan dapat diterima oleh masyarakat,
e. hanya terjadi pada tingkat nasional,
f. merupakan aturan dasar sebagai komplementasi bagi Undang-Undang Dasar

B. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Pasal 5 ayat (1) menegaskan:
Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Pasal tersebut, mengarahkan kepada hakim bahwa hakim harus
mampu memahami latar belakang, sosiologi hukum dan antropologi budaya yang ada dalam suatu
daerah. Sebab, berbagai kepercayaan dan nilai-nilai nyatanya hingga kini masih hidup, dipercayai,
dipraktekkan dan dianggap sebagai hukum disejumlah daerah

3. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal
adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh
pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik). Positivisme
merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena
pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada
spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Di Indonesia beberapa waktu belakangan, terlihat arah pemikiran terhadap positivisme hukum yang
telah ditempatkan sebagai penyebab kegagalan kehidupan hukum yang menjauh dari rasa keadilan
masyarakat.
Pada intinya kritik yang dilontarkan adalah bahwa terjadinya kegagalan hukum dalam memainkan
peranan yang sejati adalah akibat penerapan teori positivisme hukum dalam pembangunan hukum.
Dimana dalam pemahaman teori positivisme hukum, bahwa hukum itu tidak lain adalah yang terdapat
dalam undang-undang, dan bukan apa yang seharusnya, serta mengabaikan aspek sosial di masyarakat.
Dalam berapa kajian dan kritik yang dilakukan terhadap positivisme hukum, termasuk terhadap
penerapan positivisme hukum di Indonesia datang dari para penganut penganut hukum responsif–
sintesis dari berbagai aliran hukum, terutama aliran hukum alam, mazhab
sejarah hukum, aliran sociological Jurisprudence, Legal Realisme, maupun Critical Legal Studies
movement. Hukum responsif menganggap positivisme hukum itu sekedar menempatkan hukum di
sebuah ruang hampa, menjadi “aturan mati “ sebagaimana yang tertera di dalam kitab-kitab hukum. Dari
sejumlah persoalan yang terinventarisasi dari penerapan positivism hukum di Indonesia dengan
sejumlah kritik yang menyertainya, kiranya tidak dapat dipukul rata.
Kritik terhadap psitivisme hukum di Indonesia yang berangkat dari pandangan Austin terhadap hukum,
berkemungkinan terhadap hukum pidana dan atau pun terhadap hukum-hukum peninggalan kolonial.
Dalam konteks ini positivisme hukum di Indonesia harus dibedakan dengan implementasi
positivism hukum di Barat.
Positivisme Hukum di Indonesia sebenarnya telah berubah dari wujud aslinya, dimana pembangunan dan
pembentukan hukum di Indonesia berlansung dibawah konsep negara hukum yang berlandaskan
Pancasila.
Dengan UUD 1945 sebagai dasar negara yang didalamnya termuat cita negara hukum Pancasila, maka
dengan sendirinya Positivisme hukum di Indonesia adalah positivism hukum yang tidak
memandang hukum sebagai perintah penguasa berdaulat atau hukum dipisahkan dari moral dan agama.
Ciri-ciri Positivisme Hukum Menurut HLA Hart :
a. Hukum Merupakan perintah dari manusia (Command of human being)
b. Tidak ada hubungan mutlak/penting antara hukum di satu sisi dengan moral di pihak lain, atau
antara hukum yang berlaku dengan hukum yang sesungguhnya.
c. Analisis terhadap konsepsi hukum dinilai penting untuk dilakukan dan harus dibedakan dari studi yang
historis maupun sosiologis, dan harus dibefakan pula dari penilaian yang bersifat kritis.
d. Pengertian bahwa sistem hukum merupakan sistem yang logis dan bersifat tertutup, dan didalamnya
keputusan-keputusan hukum yang tepat/benar biasanya dapat diperoleh dengan alat-alat logika dari
peraturan-peraturan hukum yang telah ditentukan sebelumnya tanpa memperhatikan tujuan-tujuan
sosial, politik, dan ukuran-ukuran moral.
e. Bahwa pertimbangan-pertimbangan moral tidak dapat dibuat atau dipertahankan sebagai pernyataan
kenyataan yang harus dibuktikan dengan argumentasi rasional, pembuktian atau percobaan.
Positivisme hukum dapat dibedakan dalam dua corak, yaitu
1) Aliran hukum positif analitis (Analytical jurisprudence) yang dipelopori oleh John Austin
2) Aliran hukum murni (Reine Rechtslehre) yang dipelopori oleh Hans Kelsen.
Aliran Hukum Positif Analitis
Hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum terletak pada unsur “perintah”. Pihak
superior menentukan apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Kekuasaan dari superioritas
memaksa orang lain untuk taat.
Ia memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti dan mengarahkan tingkah laku orang lain ke arah
yang diinginkannya. Hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana dan adil atau
sebaliknya.
Austin pertama-tama membedakan hukum dalam dua jenis yaitu hukum dari Tuhan untuk manusia (the
divine laws) dan hukum yang dibuat oleh manusia.
Mengenai hukum yang dibuat oleh manusia kemudian dapat dibedakan lagi ke dalam hukum yang
sebenarnya dan hukum yang tidak sebenarnya.
Hukum dalam arti yang sebenarnya ini disebut juga dengan hukum positif meliputi hukum yang dibuat
oleh penguasa dan hukum hukum yang disusun oleh manusia secara individu untuk melaksanakan hak-
hak yang diberikan kepadanya.
Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak dibuat oleh penguasa, sehingga tidak memenuhi
persyaratan sebagai hukum.
Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur yaitu:
a. Perintah (command);
b. Sanksi (sanction);
c. Kewajiban (duty);
d. Kedaulatan (soveregnity).
Aliran Hukum Murni
Menurut Hans Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non-yuridis, seperti
unsursosiologis, politis, historis, bahkan etis. Pemikiran inilah yang dikenal dengan Teori Hukum Murni
(Reine Rechtlehre) dari Hans Kelsen.
Jadi hukum adalah suatu Sollenskategorie (kategori keharusan/ideal), bukan Seinskategorie (kategori
faktual). Hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional.
Dalam hal ini yang dipersoalkan oleh hukum bukanlah “bagaimana hukum itu seharusnya” (what the law
ought to be), tetapi “apa hukumnya” (what the law is). Dengan demikian, walaupun hukum itu
Sollenskategorie, yang dipakai adalah hukum positif (Ius Constitutum), bukan yang dicita-citakan (Ius
Constituendum).

4. UU Cipta Kerja mengubah istilah outsourcing dari penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain menjadi alih daya. Dalam UU Cipta Kerja, tidak ada lagi batasan terhadap jenis pekerjaan
yang bisa di-outsourcing. UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengubah sebagian ketentuan UU
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, salah satunya terkait ketentuan outsourcing. Selama ini
outsourcing dalam UU Ketenagakerjaan diartikan sebagai penyerahan sebagian pekerjaan kepada
perusahaan lain. Penyerahan sebagian pekerjaan itu dilakukan melalui 2 mekanisme yaitu perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh. Tapi, UU Cipta Kerja mengubah ketentuan
outsourcing dengan menghapus Pasal 64 dan Pasal 65 serta mengubah Pasal 66 UU Ketenagakerjaan.
Outsourcing dalam UU Cipta Kerja dikenal dengan istilah alih daya. PP No.35 Tahun 2021 tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Kerja (PP PKWT-PHK) menyebutkan perusahaan alih daya adalah badan usaha berbentuk badan hukum
yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati
dengan perusahaan pemberi pekerjaan. Pelindungan buruh, upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan
perselisihan yang muncul dilaksanakan sesuai peraturan dan menjadi tanggung jawab perusahaan alih
daya. Berbagai hal itu diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Selain itu, hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan buruh yang dipekerjakan didasarkan pada
PKWT atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Dalam hal perusahaan alih daya
mempekerjakan buruh berdasarkan PKWT, perjanjian kerja itu harus mencantumkan syarat pengalihan
pelindungan hak-hak bagi buruh ketika terjadi pergantian perusahaan alih daya sepanjang obyek
pekerjaannya tetap ada. Hal ini sesuai dengan amanat putusan MK No.27/PUU-IX/2011 terkait uji materi
terhadap Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan. Sebelumnya, dalam UU
Ketenagakerjaan mengatur batasan jenis kegiatan yang dapat dikerjakan oleh buruh outsourcing.
Misalnya, tidak boleh melaksanakan kegiatan pokok atau berhubungan langsung dengan proses
produksi; buruh outsourcing hanya mengerjakan kegiatan penunjang atau tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi. Tapi, dalam UU Cipta Kerja menghapus batasan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai