Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE

HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : PARHAN FEBRIAN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044958016

Tanggal Lahir : PADANG, 15 - 02 - 1999

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130 / Pengantar Ilmu Hukum

Kode/Nama Program Studi : 311 / ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 14 / PADANG

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA / 27 - 12 - 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : PARHAN FEBRIAN


NIM : 044958016

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/ Pengantar Ilmu Hukum


Fakultas : HUKUM
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : PADANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.

2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.

3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.

4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).

5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.

6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Padang, 27 Desember 2022
Yang Membuat Pernyataan

PARHAN FEBRIAN
Jawaban :
1. Tujuan hukum menurut Lili Rasjidi adalah untuk mencapai keadilan, yaitu
menjamin terpenuhinya hak-hak asasi setiap individu dalam masyarakat. Hal ini
dapat diwujudkan melalui penerapan prinsip-prinsip dasar hukum yang
menjamin terpenuhinya hak-hak tersebut bagi setiap individu yang terkena
dampak dari tindakan hukum.

Selain itu, tujuan hukum menurut Lili Rasjidi juga merupakan upaya untuk
menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis, dengan mengatur tindakan-
tindakan yang dapat merugikan hak-hak asasi orang lain atau merusak
keseimbangan masyarakat. Tujuan hukum menurut Lili Rasjidi adalah untuk
menciptakan masyarakat yang sejahtera dan adil bagi semua anggotanya.

RKUHP sendiri adalah singkatan dari Rancangan KUHP, yaitu rancangan


undang-undang yang mengatur tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.Tujuan hukum menurut Lili Rasjidi adalah untuk mencapai keadilan,
yaitu menjamin terpenuhinya hak-hak asasi setiap individu dalam masyarakat.

Bila dikaitkan dengan RKUHP, maka tujuan hukum tersebut dapat diwujudkan
melalui penerapan prinsip-prinsip dasar hukum pidana yang tercantum dalam
RKUHP, seperti prinsip keadilan, prinsip kepastian hukum, prinsip
kemanfaatan, dan prinsip keadilan restoratif.

Dengan demikian, RKUHP diharapkan dapat memberikan jaminan terhadap


hak-hak tersebut bagi setiap individu yang terkena dampak dari tindak pidana.
Secara keseluruhan, tujuan hukum menurut Lili Rasjidi dapat terwujud melalui
penerapan prinsip-prinsip dasar hukum pidana yang tercantum dalam RKUHP,
yaitu untuk mencapai keadilan bagi para pelaku tindak pidana, serta untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak asasi setiap individu dalam masyarakat.

Sumber pn.palopo.go.id

2.
A. Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis.
Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum tertulis adalah UUD 1945,
keputusan presiden, KUHP, UU dan lain sebagainya. Hukum tertulis digunakan
untuk kehidupan masyarakat pada suatu wilayah negara dan dibuat oleh
lembaga yang berwenang. DPR dan pemerintah eksekutif memiliki hak dan
wewenang untuk menyusun hukum tertulis dari tingkat bawah sampai ke tingkat
atas.

Hukum Tidak Tertulis


Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat
dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal,
melainkan lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum
tidak tertulis adalah hukum adat, hukum agama, hukum sosial dan lain
sebagainya.
Hukum tidak tertulis ini sifatnya hanya memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hukum ini dibuat untuk membuat kehidupan dan aktifitas masyarakat lebih
aman dan teratur. Biasanya hukum ini ada pada lingkungan yang masih penuh
budayanya.

B. Pasal 5 ayat 1 UU no 48 tahun 2009


Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Undang-undang tersebut memberikan arahan bahwa hakim haruslah memahami


nilai-nilai adat budaya yang ada dalam masyarakat agar mampu memberikan
putusan yang adil. Sebab, seorang hakim yang ideal dan profesional haruslah
mempunyai skill, attitude, integritas dan knowladge. Sementara hakim harus
paham nilai yang ada dalam masyrakat merupakan bagian dari knowledge yang
harus dimiliki seorang hakim. Di indonesia, yang terdiri dari beberapa ras, suku,
adat, budaya tentunya membuat hakim harus mempunyai knowladge yang luas.
Sehingga nantinya hakim dapat memberi putusan yang mengandung keadilan,
kepastian dan kemanfaatan bagi masyarakat.

Sumber : Fahum.Umsu.go.id dan dpr.go.id

3.
tentang penerapan aliran Positivisme Hukum di Indonesia beserta ciri-cirinya
adalah, penerapan aliran ini bergantung pada fakta sosial dan bukan pada
kemampuannya. Penerapan aliran ini menggunakan pendekatan yurisprudensi
untuk menafsirkan hukum secara positif. Aliran ini berusaha untuk memisahkan
hukum dari keprihatinan etis dan modern dan lebih berfokus pada struktur dan
asal-usulnya. Penerapan ini menggunakan hukum positif sebagai acuannya.
Hukum positif harus memenuhi unsur keberlakuan yuridis. Disini unsur-unsur
hukum positif diantaranya yaitu struktur, substansi, dan budaya hukum.
Aliran ini merupakan salah satu aliran filosofi hukum yang menganggap bahwa
hukum adalah produk dari kebijakan pemerintah yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Menurut aliran ini, hukum positif
merupakan satu-satunya sumber hukum yang sah, sehingga tidak ada norma
hukum di luar hukum positif yang berlaku. Di Indonesia, aliran positivisme
hukum telah terintegrasi dengan sistem hukum yang berlaku. Hal ini terlihat dari
sistem hukum Indonesia yang mengadopsi sistem hukum Eropa yang
merupakan sistem hukum positif. Contohnya, di Indonesia terdapat peraturan
perundang-undangan yang merupakan sumber hukum utama, seperti UU, PP,
dan Perpres. Selain itu, Indonesia juga memiliki lembaga-lembaga hukum yang
bertugas untuk menyelesaikan sengketa hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu, ciri-ciri penerapan aliran positivisme hukum di Indonesia antara
lain: Adanya peraturan perundang-undangan yang merupakan sumber hukum
utama, lembaga-lembaga hukum yang bertugas menyelesaikan sengketa hukum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, penekanan pada
aspek yuridis atau formil dari hukum, yang berarti bahwa yang dianggap penting
adalah bagaimana suatu peraturan hukum tertulis, bukan makna atau tujuannya,
ketidakberlakuan norma hukum yang tidak tertulis atau tidak tercantum dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip dasar aliran positivisme hukum yakni; hukum adalah perintah terhadap
manusia, harus dipisahkan dengan studi sosiologis, historis dan evaluasi kritis,
keputusan-keputusan dapat dideduksi secara logis dari peraturan-peraturan yang
sudah ada lebih dahulu, tanpa menunjuk pada tujuan sosial, kebijakan serta
moralitas, tidak ada hubungan antara hukum dan moral, karena moral adalah
metayuridis. Hukum tidak hanya tertulis dalam undang-undang, melainkan apa
yang dipraktekkan oleh para pejabat penyelenggara hukum yang melaksanakan
fungsi pelaksanaan hukum. Selain itu hukum dapat dipahami dari aturan dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, yang tidak
lepas dari pengaruh ajaran moral, budaya, ekonomi, politik dan ilmu sosial.

4.
UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengubah sebagian ketentuan UU
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, salah satunya terkait ketentuan
outsourcing. Selama ini outsourcing dalam UU Ketenagakerjaan diartikan
sebagai penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain. Penyerahan
sebagian pekerjaan itu dilakukan melalui 2 mekanisme yaitu perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh.

UU Cipta Kerja mengubah ketentuan outsourcing dengan menghapus Pasal 64


dan Pasal 65 serta mengubah Pasal 66 UU Ketenagakerjaan. Outsourcing dalam
UU Cipta Kerja dikenal dengan istilah alih daya. PP No.35 Tahun 2021 tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat,
dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP PKWT-PHK) menyebutkan perusahaan
alih daya adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang memenuhi syarat
untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati
dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

Cipta Kerja mengatur hak dan kewajiban perusahaan alih daya dengan
pekerjanya. Intinya, perusahaan alih daya bertanggung jawab penuh terhadap
semua yang timbul akibat hubungan kerja.

Pelindungan buruh, upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang


muncul dilaksanakan sesuai peraturan dan menjadi tanggung jawab perusahaan
alih daya. Berbagai hal itu diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama. Selain itu, hubungan kerja antara perusahaan alih
daya dengan buruh yang dipekerjakan didasarkan pada PKWT atau perjanjian
kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).

Dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan buruh berdasarkan PKWT,


perjanjian kerja itu harus mencantumkan syarat pengalihan pelindungan hak-
hak bagi buruh ketika terjadi pergantian perusahaan alih daya sepanjang obyek
pekerjaannya tetap ada. Hal ini sesuai dengan amanat putusan MK No.27/PUU-
IX/2011 terkait uji materi terhadap Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66
UU Ketenagakerjaan.

Sebelumnya, dalam UU Ketenagakerjaan mengatur batasan jenis kegiatan yang


dapat dikerjakan oleh buruh outsourcing. Misalnya, tidak boleh melaksanakan
kegiatan pokok atau berhubungan langsung dengan proses produksi; buruh
outsourcing hanya mengerjakan kegiatan penunjang atau tidak berhubungan
langsung dengan proses produksi. Tapi, dalam UU Cipta Kerja menghapus
batasan tersebut.

UU Cipta Kerja mengubah istilah outsourcing dari penyerahan sebagian


pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain menjadi alih daya. Dalam UU
Cipta Kerja, tidak ada lagi batasan terhadap jenis pekerjaan yang bisa di-
outsourcing.
Sumber :journal.uinsgd.ac.id

Anda mungkin juga menyukai