Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Arif Tri Kurniawan

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044046882

Tanggal Lahir : 01 Juni 1997

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4203/ Hukum Pidana

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 19/Bengkulu

Hari/Tanggal UAS THE : 22 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Arif Tri Kurniawan


NIM : 044046882
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4203/ Hukum Pidana
Fakultas : Hukum
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : 19/Bengkulu

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bengkulu, 22 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Arif Tri Kurniawan


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

NOMOR 1.
1. Berdasarkan kasus di atas, hukum memberikan perlindungan di dalam masyarakat. Menurut
analisa saudara uraikan tentang fungsi hukum lain yang lazim dikenal di dalam masyarakat !
Fungsi hukum lain dalam masyarakat, yaitu :
a) Mengatur hidup kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata dalam masyarakat sehingga
kepentingan bersama masyarakat dapat terealisasi dan dilindungi baik individu maupun kelompok
demi terwujudnya keadilan.
b) Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan yang tergolong perbuatan pidana agar
mereka menjadi orang yang lebih baik dan dapat diterima kembali oleh masyarakat.
c) Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan perbuatan pidana atau dengan
kata lain hukum dapat membatasi gerak seseorang dalam melakukan berbagai aktifitas sehingga
perilaku menyimpang dapat dicegah.
d) Melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya
(rechtsguterschutz) dengan sanksinya berupa pidana dan sifatnya lebih tajam jika dibandingkan
dengan sanksi yang terdapat pada cabang hukum lainnya.
e) Melindungi kepentingan – kepentingan hukum, misalnya : nyawa, harta benda, kemerdekaan,
kehormatan.
f) Dengan adanya hukum maka akan terciptanya suatu tatanan masyarakay yang aman, tentram serta
berkeadilan, yang jauh dari konflik atau pertikaian. Apabila terjadi pertikaian maka fungsi hukum ada
untuk menyelesaikan pertikaian tersebut.

2. Menurut saudara coba interpretasikan bagaimana sifat dari peraturan hukum yang berlaku!
Hukum merupakan sebuah aturan berupa sanksi dan norma yang berlaku dan dibuat untuk mengatur
macam-macam hak dan kewajiban warga negaranya agar tidak berbenturan. Beberapa hukum yang berlaku
di Indonesia :
a) Hukum perdata
Hukum perdata juga disebut sebagai hukum privat. Karena hukum ini bersifat privat atau pribadi, hukum ini
akan mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pribadi warga negara. Dalam mengatur hukum
perdata, diterbitkanlah sebuah kitab yang bernama KUHPer (Kitab Undang-undang Hukum Perdata). Di
dalamnya, ada 4 bab yang di antaranya adalah :
 Bab I menjelaskan tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga.
 Bab II menjelaskan tentang hak dan kewajiban yang berkaitan dengan benda.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

 Bab III menjelaskan tentang perjanjian.


 Bab IV menjelaskan tentang batas waktu dan pembuktian.
b) Hukum Pidana
Hukum Pidana bersifat publik, yaitu :
1) mengatur hubungan antara kepentingan negara atau masyarakat dengan orang perorang.
2) Kedudukan penguasa negara adalah lebih tinggi dari orang perorang.
3) Penuntutan seseorang yang telah melakukan suatu tindak pidana tidak bergantung kepada perorangan
(yang dirugikan) melainkan pada umumnya negara/penguasa wajib menuntut berdasarkan
kewenangannya.. Ada 5 macam hukuman pokok pidana dan 3 hukuman tambahan pidana di antaranya :
 Hukuman mati
 Hukuman penjara
 Hukuman kurungan
 Hukuman denda
 Hukuman tutupan
 Pencabutan hak
 Penyitaan barang
 Pengumuman putusan hakim

c) Hukum Tata Negara


Hukum tata negara berkaitan dengan aturan atau prosedur yang mengurus hubungan antar lembaga
negara. Terdapat 5 asas dalam hukum tata negara yaitu :
 Asas Pancasila
 Asas negara hukum
 Asas negara kesatuan
 Asas kedaulatan rakyat
 Asas pembagian kekuasaan
Sifat Hukum Tata Negara dalam arti sempit (statis) apabila mengkaji Negara (sebagai objek) dalam
keadaan diam (staat in rush) Sifat Hukum Tata Negara dalam arti luas (dinamis) apabila mengkaji Negara
(sebagai objek) dalam keadaan bergerak (staat in beweging).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

d) Hukum Adat
Hukum adat merupakan aturan tidak tertulis yang sudah ada sejak zaman dahulu dan disetujui oleh
masyarakat dalam suatu daerah. Hukum ini bersifat elastis dan berkembang mengikuti zaman. Hukum adat
memiliki sifat terbuka artinya, dapat menerima sistem hokum lain sepanjang masyarakat bersangkutan
menganggap bahwa sistem hukum lain tersebut patut atau berkesesuaian.
 Sistem yang ada di dalam hukum adat di antaranya : Hukum adat tata negara. Hukum yang
mengatur susunan rakyat dan pemerintahan dari mulai organisasi, lingkungan kerja hingga jabatan-
jabatannya.
 Hukum adat warga. Hukum yang mengatur hak dan kewajiban warga suatu daerah seperti hukum
ahli waris, hukum tanah, hukum perkawinan, hukum hutang piutang, dan lain – lain.
 Hukum adat pidana. Hukum yang mengatur berbagai tindak pidana hingga reaksi masyarakat
terhadap tindakan tersebut.
Peraturan hukum yang berlaku bersifat memaksa, mengatur, harus dituruti dalam aturan tingkah laku,
dan berlaku bagi siapa saja tanpa terkecuali.

3. Coba analisis perumusan peraturan hukum berdasarkan isi dan sifat peraturan hukum itu dan
berikan contohnya !
Secara garis besar isi suatu peraturan hukum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Pertama, isi peraturan
hukum yang bersifat perintah. Peraturan hukum bersifat perintah biasanya suruhan untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan-tindakan tertentu. Kedua, isi peraturan hukum yang bersifat perkenan. Di sini
peraturan hukum tersebut boleh diikuti atau tidak diikuti. Isi peraturan hukum yang bersifat sebagai
perkenan atau perbolehan banyak terdapat di bidang hukum keperdataan. Ketiga, isi peraturan hukum yang
bersifat larangan. Di sini isi peraturan tersebut melarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Isi
peraturan hukum yang bersifat melarang sebagian besar terdapat di hukum pidana. Dari ketiga jenis isi
peraturan hukum sebagaimana yang diutarakan di atas, terdapat dua sifat dari peraturan hukum. Pertama,
peraturan hukum yang bersifat memaksa atau imperatif. Peraturan hukum tersebut secara apriori mengikat
dan harus dilaksanakan dan tidak memberi wewenang lain selain apa yang telah di atur di dalam undang-
undang. Isi peraturan hukum yang bersifat memaksa selalu berbentuk perintah atau larangan. Kedua,
peraturan hukum yang bersifat pelengkap atau subsider atau dispositif atau fakultatif. Di sini peraturan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

hukum tersebut tidak secara a priori mengikat. Dengan kata lain, peraturan hukum tersebut sifatnya boleh
digunakan, boleh tidak digunakan. Tujuan dari peraturan hukum yang bersifat fakultatif adalah untuk
mengisi kekosongan hukum. Peraturan hukum yang berisi perkenan atau perbolehan bersifat fakultatif.
Contoh : Pasal 362 KUHP yang menyatakan, ”Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud memiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.
Ketentuan Pasal 362 KUHP pada dasarnya berisi larangan kepada setiap orang untuk tidak melakukan
perbuatan mencuri dan bersifat memaksa.

NOMOR 2
1. Sehubungan dengan hal tersebut, bagaimanakah pendapat Saudara mengenai hal diatas, asas
legalitas dilihat dari prinsip hukum pidana !
Asal legalitas dalam hukum pidana dituangkan dalam Undang-undang Dasar suatu Negara dan didalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana masing-masing Negara. Pasal 28I ayat 1 menyebutkan “Hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”. Salah satu prinsip hukum pidana dan HAM,
yaitu :
Prinsip/asas legalitas, yaitu bahwa tidak satu-pun perbuatan dapat dihukum kecuali telah diatur
sebelumnya. Prinsip hukum ini diatur dalam pasal 1 ayat (1) KUHP. Ada tujuh
aspek yang terdapat pada prinsip legalitas, yaitu :
1) Nullum delictum noela poena lege praevia, artinya tidak ada hukuman yang dapat dikenakan tanpa
didahului adanya peraturan yang memuat sanksi hukuman telebih dahulu.
2) Undang-undang tidak berlaku surut, yakni undang-undang tidak menjangkau peristiwa atau
perbuatan yang dilakukan yang terjadi sebelum berlakunya undangundang tersebut. Perngecualian
dari prinsip ini yang terjadi di Indonesia adalah dengan diterapkannya undang-undang peradilan
HAM.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3) Lex temporis delicti, yakni undang-undang berlaku terhadap delik yang terjadi pada saat itu. Sejarah
tumbuhnya prinsip legalitas tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat masyarakat Eropa
abad ke-17 untuk memberikan perlindungan hak-hak dan kepentingan individu dan kesewenang-
wenangan raja. Prinsip ini teruang dalam Dekalarasi Magna Charta tahun 1215.
4) Tidak ada penerapan UU berdasarkan analogi, yakni penerapan undang-undang berdasarkan
analogi berarti penerapan suatu ketentuan atas suatu kasus yang tidak termasuk di dalamnya.
5) Lex carta adalah tidak oleh ada perumusan delik yang tidak jelas. Artinya setiap delik yang diatu
dalam undang-undang tidak boleh menjadi multitafsir, setiap delik yang diatur dalam undang-undang
harus memuat unsur-unsur delik dengan jelas.
6) Tidak dipidana hanya karena kebiasaan, yakni kebiasaan bukan merupakan hukum oleh karenanya
kebiasaan tidak dibenarkan menjadi dasar terhadap pemidanaan;
7) Penuntutan hanya menurut cara yang ditentukan undang- undang, yakni penuntutan adalah upaya
dalam penegakan hukum. Dasar dari penegakan hukum adalah hokum acara maka upaya
penuntutan harus berdasarkan pada hukum acara pidana.

2. Menurut analisa saudara bagaimana dengan makna dan sifat ajaran yang terkandung di dalam
asas legalitas !
Ada 4 (empat) makna yang terkandung dalam asas legalitas, yaitu :
1) Nullum crimen, noela poena sine lege praevia. Artinya tidak ada perbuatan, tidak ada pidana tanpa
undang-undang sebelumnya. Konsekuensi dari makna ini adalah ketentuan hukum pidana tidak
boleh berlaku surut.
2) Nullum crimen, nulla poena sine lege certa. Artinya, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana
tanpa aturan undang-undang yang jelas. Konsekuensi dari makna ini adalah bahwa rumusan
perbuatan pidana harus jelas sehingga tidak bersifat multi tafsir yang dapat membahayakan bagi
kepastian hokum.
3) Nullum crimen, nulla peona sine lege scripta. Artinya, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana
tanpa undang-undang tertulis. Konsekuensi dari makna ini adalah semua ketentuan pidana harus
tertulis. Dengan kata lain, baik perbuatan yang dilarang, maupun pidana yang diancam terhadap
perbuatan yang dilarang harus tertulis secara eksplisit dalam undang-undang

.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4) Nullum crimen, noela poena sine lege stricta. Artinya, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana
tanpa undang-undang yang ketat. Konsekuensi makna ini secara implisit tidak memperbolehkan
analogi. Ketentuan pidana harus ditafsirkan secara ketat sehingga tidak menimbulkan perbuatan
pidana baru.

NOMOR 3.
1. Berkaitan dengan kasus diatas, menurut analisis saudara bagaimana dengan masalah pokok
hukum pidana, yaitu pertanggungjawaban hukum pidananya! Analisa secara tuntas dan apakah
kasus tersebut ada kaitan dengan ketentuan dalam Pasal 44 KUHP !
Menurut saya, kasus diatas yang saya baca di berita tentang ibu Aniek Qoriah S, menceritakan bahwa
pembunuhan terjadi karena faktor ekonomi, adanya kekhwatiran yang berlebihan tentang masa depan,
tentang hidup anak-anaknya dikemudian hari. Orang yang selalu merasa khawatir dengan segala macam
hal bahkan untuk hal-hal yang belum terjadi, adalah orang yang mengalami Gangguan Kecemasan
Menyeluruh atau dalam bahasa inggrisnya disebut Generalized Anxiety Disorder (GAD). Secara psikologis
ada dua teori yang dikemukakan berhubungan dengan gangguan kecemasan menyeluruh. Teori
Psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud mengatakan kondisi ini terkait dengan konflik internal
bawah sadar yang tidak terselesaikan dan akhirnya timbul dalam kekhawatiran yang terus menerus
sepanjang hidup. Teori kognitif berkaitan dengan hal ini berhubungan dengan cara individu untuk melihat
sisi negatif dari kondisi lingkungannya sehari-hari. Individu lebih cenderung memilih sisi negatif dari kondisi
kesehariannya atau 'memilih' untuk tetap selalu berpikir negatif berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan kesehariannya. Ini termasuk dalam gangguan kejiwaan. Dalam hal kemampuan bertanggung jawab
bila dilihat dari keadaan batin orang yang melakukan perbuatan pidana merupakan masalah kemampuan
bertanggungjawab dan menjadi dasar yang penting untuk menentukan adanya kesalahan, yang mana
keadaan jiwa orang yang melakukan perbuatan pidana haruslah sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan
normal. Sedangkan bagi orang yang jiwanya tidak sehat dan normal maka ukuran-ukuran tersebut tidak
berlaku baginya tidak ada gunanya untuk diadakan pertanggungjawaban. Ketentuan Pasal 44 KUHP, yang
berbunyi sebagai berikut :
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1) Barangsiapa yang mengerjakan sesuatu perbuatan, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan


kepadanya karena kurang sempurnah akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum.
2) Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya karena kurang sempurnah
akalnya karena sakit berubah akal maka hakim boleh memerintahkan menempatkan di rumah sakit
gila selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa.
3) Yang ditentukan dalam ayat diatas ini, hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi dan
Pengadilan Negeri. Karena perbuatan ibu Aniek Qoriah S tidak dapt dipertanggunjwabkan kepada
dirinya karena adanya gangguan kejiwaan, maka berdasarkan Pasal 44 ayat (2) KUHP, maka hakim
dapat memerintahkan ibu Aniek masuk ke rumah sakit jiwa selama satu tahun sabagai masa
percobaan dan untuk mendapat penanganan secara medis.

2. Berdasarkan kasus Aniek Qoriah diatas maka analisislah teori-teori dan bentuk kesengajaannya
di dalam pertanggungjawaban pidana !
Teori dan bentuk kesengajaan :
 Teori kehendak (Wilstheorie)
Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan undang-undang
 Teori pengetahuan/membayangkan (voorstelling-theorie)
Sengaja berarti membayangkan akan akibat timbulnya akibat perbuatannya, orang tidak menghendaki,
melainkan hanya dapat membayangkannya. Teori ini menitikberatkan pada hal yang diketahui atau
dibayangkan oleh si pelaku ialah hal yang akan terjadi pada waktu ia akan berbuat.
Bentuk kesengajaan :
 Keseganjaan sebagai maksud (opzet als oogmerk) untuk mencapai suatu tujuan (yang dekat) dolus
directus. Intinya melakukan tindakan yang terlarang secara dikehendaki dan dimengerti Jadi apabila
seseorang pada waktu ia melakukan suatu tindakan untuk menimbulkan suatu akibat terlarang,
menyadari bahwa akibat tersebut pasti akan timbul atau mungkin dapat timbul karena tindakan yang
sedang ia lakukan, sedangkan timbulnya akibat itu memang ia kehendaki, maka apabila kemudaian
benar bahwa akibat tersebut telah timbul karena perbuatannya maka orang tersebut melakukan
sengaja dengan maksud.
 Kesengajaan dengan sadar kepastian (opzet met zekerheidsbewustzijn) Intinya melakukan tindakan
yang terlarang yang dilandasi oleh kesadaran akan kepastian (tentang timbulnya akibat lain daripada
akibat yang memang ia kehendaki).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

 Kesengajaan dengan sadar kemungkinan (dolus eventualis atau voorwaardelijkopzet) Intinya apabila
adanya kesadaran tentang timbulnya kemungkinan akibat lain dan akibat itu tidak membatalkan
niatnya, dan kemudian ternyata bahwa akibat semacam itu benar-benar teerjadi ia dapat disebut
melakukan sengaja dengan kesadaran kemungkinan. Contoh kasus : berdasarkan teori kehendak,
pelaku menetapkan dalam batinnya bahwa ia menghendaki perbuatan yang dilakukan itu, meskipun
nanti akan akibat yang tidak diharapkan, daripa tidak berbuat akan menyebabkan masa depan
anakanak sengsara akibat kemiskinan, maka kesengajaan pelaku ditujukan kepada akibat yang
tidak diharapkan. Sedangkan, berdasarkan teori pengetahuan, pelaku mengetahui/membayangkan
akan kemungkinan terjadinya akibat yang tidak dikehendaki, tetapi bayangan itu tidak mencegah
pelaku untuk tidak berbuat, maka dapat dikatakan bahwa kesengajaan diarahkan kepada akibat
yang mungkin terjadi itu. Dari teori tersebut dan pada kasus ini, jelas pada batin si pelaku yaitu ibu
Aniek terjadi proses bahwa ia lebih baik berbuat daripada tidak berbuat.

3. Menurut analisis saudara bagaimana dengan kealpaan disadari (bewuste schuld) di dalam kasus
Aniek Qoriah !
Terjadi apabila pelaku dapat membayangkan atau memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu akibat
yang menyertai perbuatannya. Meskipun ia telah berusaha untuk mengadakan pencegahan supaya tidak
timbul akibat itu, tetapi akibat itu timbul juga. Contoh kasus Aniek, yaitu pelaku adalah seorang ibu, yang
mempunyai tanggungjawab membesarkan, menyanyangi anak-anaknya bukan malah menghilangkan
nyawa apapun alasannya. Ketika pelaku melakukan pembunuhan, pelaku mengerti hasil dari perbuatannya
dapat menimbulkan hukum bagi pelaku, pelaku berharap dengan meninggalnya anak-anaknya, mereka
tidak akan merasakan hidup yang sengsara. Namun, ada sanksi hukum apabila menghilangkan nyawa
orang lain.

NOMOR 4.
a. Menurut analisa saudara, bagaimana proses penuntutan pidana Samsul Bahri ini apakah dapat
dilanjutkan? Uraikan berdasarkan pasal di dalam KUHP !
Pada prinsipnya kewenangan melakukan penuntutan hadir seketika ada dugaan terjadinya tindak pidana.
Namun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi dasar atas gugurnya kewenangan jaksa untuk
melakukan penuntutan menurut KUHP adalah :
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

 tidak adanya pengaduan dalam hal delik aduan (pasal 72-75 KUHP)
 tidak dua kali penuntutan atas orang dan perbuatan yang sama/Nebis in idem (pasal 76 KUHP)
 terdakwa meninggal dunia ) pasal 77 KUHP) kewenangan menuntut pidana hapus jika tertuduh
meninggal dunia. Hal ini telah disebut dalam Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Terkait dengan pasal ini, terletak suatu prinsip bahwa penuntutan hukuman itu harus
ditujukan kepada diri pribadi orang. Jika orang yang dituduh telah melakukan peristiwa pidana itu
meninggal dunia, maka tuntutan atas peristiwa itu habis begitu saja, artinya tidak dapat tuntutan itu
lalu diarahkan kepada ahli warisnya.
 Daluwarsa/lewat waktu/verjaring (pasal 78 KUHP)

b. Menurut analisa saudara, bagaimana dengan pelaksanaan pidananya dalam kasus Cai Changpan
? Uraikan berdasarkan pasal di dalam KUHP !
Pasal 83 KUHP menentukan bahwa “kewenangan menjalankan pidana hapus jika terpidana meniggal
dunia”. Kematian kasus terpidana mati kasus narkoba Cai Changpan sebagai dasar peniadaan pelaksanaan
pidana berpijak pada sifat pribadi dari pertanggungan jawab dalam hukum pidana dan pembalasan dari
suatu pidana. Orang yang harus menanggung akibat hokum dari tindak pidana yang diperbuatnya adalah si
pembuat sendiri, dan tidak pada orang lain. Setelah Cai Changpan sebagai pembuat yang harus memikul
hukuman meninggal dunia maka secara praktis pidana tidak dapat dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai