Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Jakarta, 20 Desember 2022
1. Hukum merupakan sistem aturan yang dikembangkan masyarakat atau pemerintah dalam
rangka menangani kejahatan, perjanjian bisnis serta hubungan sosial.
Secara umum, tujuan hukum yakni untuk mencapai ketertiban di sebuah masyarakat.
Sementara menurut Lili Rasjidi, Guru Besar Tetap Fakultas Hukum dan Pasca Sarjana UNPAD, hukum
memiliki 2 tujuan penting. Yakni tujuan tradisional dan tujuan modern yang akan dijelaskan berikut ini:
Tujuan tradisional hukum yakni untuk ketertiban dan keadilan. Sementara tujuan modern hukum yaitu
sebagai sarana pembaharuan masyarakat.
Dalam tujuan tradisional, ketertiban harus didahulukan sebab tujuan lain dapat terpenuhi ketika ketertiban
terwujud sempurna.
Lebih lanjut, Lili menjelaskan bahwa sebelum mewujudkan ketertiban, kepastian hubungan antar individu
yang dinyatakan dengan norma hukum harus ada.
Fungsi dan tujuan hukum adalah dua hal yang berbeda. Salah satu fungsi hukum yakni untuk menyelesaikan
berbagai konflik dalam masyarakat. Hukum pun berfungsi mengubah pola pikir serta perilaku masyarakat ke
arah lebih baik atau positif. Dapat disimpulkan, tujuan hukum dan fungsi hukum berbeda namun dalam
penerapannya, hal tersebut saling menopang serta mendukung satu sama lain.
Konsep fungsi hukum membahas mengenai bagaimana hukum difungsikan sehingga tujuan hukum dapat
tercapai.
2. A. Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran umumnya dapat berarti pertama lebih luas dari
undang-undang dasar karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja pada hal
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.
Keduanya sama pengertiannya dengan undang-undang dasar karena hanya berisi aturan tertulis. Dalam
praktek ketatanegaraan Republik Indonesia konstitusi sama dengan pengertian undang-undang dasar. Hal ini
terbukti dengan disebutkannya istilah konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi undang-undang dasar
Republik Serikat ( Kaelan, 2000:99).
Menurut ECS Wade dalam Costitutional Law, bahwa Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya
adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu
negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama dan
menyesuaikan diri satu sama lain dan UndangUndang Dasar juga merekam hubungan-hubungan kekuasaan
satu sama lain (Miriam Budiardjo, 1981: 95-96).
Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya berisi 37 pasal, maka sifat Undang-Undang Dasar adalah
singkat dan supel. Maknanya Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokoknya saja.
Supel mengandung makna masyarakat itu selalu berubah dan mengalami perkembangan, maka kita harus
menjaga supaya tidak ketinggalan zaman.
Kedua, hukum dasar tidak tertulis atau konstitusi tidak tertulis, yaitu konvensi ketatanegaraan atau kebiasan
ketatanegaraan. Konversi merupakan atura dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaran negara.
Hukum dasar tidak tertulis dapat timbul dalam praktek penyelenggaran negara meskipun tidak dalam bentuk
tertulis contohnya adalah naskah pidato Presiden tiap tanggal 16 Agustus menjelang pelaksanaan perayaaan
hari kemerdekaan Indonesia.
a. tidak bertentangan dengan isi, arti, dan maksud hukum dasar tertulis,
b. melengkapi, mengisi kekosongan ketentuan yang tidak diatur secara jelas dalam hukum dasar tertulis,
c. memantapkan pelaksanaan hukum dasar tertulis,
d. terjadi berulangkali dan dapat diterima oleh masyarakat,
e. hanya terjadi pada tingkat nasional,
f. merupakan aturan dasar sebagai komplementasi bagi Undang-Undang Dasar
B. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan :
“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat.”
Dalam masyarakat yang masih mengenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan
peralihan, Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan rakyat.
Untuk itu, hakim harus terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Sehingga hakim dapat
memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
3. Penegakkan hukum positif dilakukan oleh pengadilan dan pemerintah dalam negara Indonesia. Dari sudut
pandang aliran positivisme hukum, hukum positif harus memenuhi unsur keberlakuan yuridis. Hukum positif
adalah substansi hukum yang terdiri atas 3 unsur yaitu struktur, substansi, dan budaya hukum.
Dalam berapa kajian dan kritik yang dilakukan terhadap positivisme hukum, termasuk terhadap penerapan
positivisme hukum di Indonesia datang dari para penganut penganut hukum responsif–sintesis dari berbagai
aliran hukum, terutama aliran hukum alam, mazhab sejarah hukum, aliran sociological Jurisprudence, Legal
Realisme, maupun Critical Legal Studies movement. Hukum responsif menganggap positivisme hukum itu
sekedar menempatkan hukum di sebuah ruang hampa, menjadi “aturan mati “ sebagaimana yang tertera di
dalam kitab-kitab hukum. Positivisme hukum telah menjadikan hukum itu sesuatu yang a sosial, padahal
hukum itu diciptakan untuk manusia demi tujuan sosial tertentu.
4. UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengubah sebagian ketentuan UU No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, salah satunya terkait ketentuan outsourcing. Selama ini outsourcing dalam UU
Ketenagakerjaan diartikan sebagai penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain. Penyerahan
sebagian pekerjaan itu dilakukan melalui 2 mekanisme yaitu perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh.
Tapi, UU Cipta Kerja mengubah ketentuan outsourcing dengan menghapus Pasal 64 dan Pasal 65 serta
mengubah Pasal 66 UU Ketenagakerjaan. Outsourcing dalam UU Cipta Kerja dikenal dengan istilah alih
daya. PP No.35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP PKWT-PHK) menyebutkan perusahaan alih daya adalah badan
usaha berbentuk badan hukum yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan
perjanjian yang disepakati dengan perusahaan pemberi pekerjaan. UU Cipta Kerja mengatur hak dan
kewajiban perusahaan alih daya dengan pekerjanya. Intinya, perusahaan alih daya bertanggung jawab penuh
terhadap semua yang timbul akibat hubungan kerja.
Pelindungan buruh, upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang muncul dilaksanakan sesuai
peraturan dan menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya. Berbagai hal itu diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Selain itu, hubungan kerja antara perusahaan alih daya
dengan buruh yang dipekerjakan didasarkan pada PKWT atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu
(PKWTT).
Dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan buruh berdasarkan PKWT, perjanjian kerja itu harus
mencantumkan syarat pengalihan pelindungan hak-hak bagi buruh ketika terjadi pergantian perusahaan alih
daya sepanjang obyek pekerjaannya tetap ada. Hal ini sesuai dengan amanat putusan MK
No.27/PUU-IX/2011 terkait uji materi terhadap Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66 UU
Ketenagakerjaan.
Sebelumnya, dalam UU Ketenagakerjaan mengatur batasan jenis kegiatan yang dapat dikerjakan oleh buruh
outsourcing. Misalnya, tidak boleh melaksanakan kegiatan pokok atau berhubungan langsung dengan proses
produksi; buruh outsourcing hanya mengerjakan kegiatan penunjang atau tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi. Tapi, dalam UU Cipta Kerja menghapus batasan tersebut.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA