Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : LEONARD NDOEN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030967411

Tanggal Lahir : 28 FEBRUARI 1988

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/INTERPRETASI DAN PENALARAN HUKUM

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 79/KUPANG

Hari/Tanggal UAS THE : MINGGU/20 DESEMBER 2020

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : LEONARD NDOEN

NIM : 030967411

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/INTERPRETASI DAN PENALARAN HUKUM

Fakultas : HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

Program Studi : ILMU HUKUM

UPBJJ-UT : KUPANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Kupang, 20 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

LEONARD NDOEN
1. Jawaban
a. Analisa klasifikasi hukum menurut Thomas Aquinas. Menurut anda bagaimana keterkaitan
klasifikasi hukum Thomas Aquinas dengan Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945?
Prinsip-prinsip keadilan yang ada pada hukum positif berasal dari hukum eternal.
Thomas Aquinas yang mengklasifikasikan hukum secara hierarkis menjadi 4 tingkatan:
- Lex Aeterna (eternal will of God). Hukum Tuhan berisikan norma yang mengatur seluruh yang
ada di dunia menuju pada keadaan yang baik sesuai peruntukannya;
- Lex Divine (divine law, merupakan ajaran Ketuhanan seperti dituliskan dalam kitab kitab suci);
- Lex Naturalis (natural law merupakan hukum yang berasal dari pemikiran hakiki dari manusia
yang berasal dari divine law maupun lex aeterna);
- Lex Humana (positive law, merupakan hukum yang dibuat oleh organisasi kekuasaan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu).
Menurut pendapat saya keterkaitan klasifikasi hukum Thomas Aquinas dengan Pasal 29 Ayat 1
UUD 1945 yang menyatakan Negara berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
Thomas Aquinas membedakan hukum itu sebagai hukum abadi, hukum natura, hukum Ilahi dan
hukum manusiawi. Hukum abadi ini terdiri dari hukum ilahi dan hukum natura sedangkan hukum
manusiawi bisa juga dikatakan hukum positif. Maka dari itu pada hakekatnya pandangan Thomas
Aquinas mengenai hukum ini harus dilihat pertama bahwa hukum itu ada karena sang pemilik
hukum itu sendiri yaitu Allah. Setelah itu dengan manusia yang punya akal budi yang sehat dapat
menjalankan hukum tersebut sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang ada di masyarakat.
Dengan melihat hal ini sebagai suatu yang baik maka keadilan hukum di indonesia berjalan
dengan baik dengan tidak meliha otoritas suatu golongan atau individu. Perlu dipahami pula
bahwa hukum kodrat dan hukum positif yaitu, moral haruslah meresapi hukum. Hidup manusia
hendaknya sungguh bermoral sehingga hukum sungguh tunduk pada moral. Artinya, apa yang
diperintahkan haruslah merupakan kebaikan; dan apa yang dilarang haruslah merupakan
keburukan. Jadi Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 adalah perwujudan dari Lex Aerterna dari Thomas
Aquinas. Pasal 29 ayat 1 pada Undang-Undang 1945 mengandung makna bahwa Negara
Indonesia mengakui bahwa mutlak adanya Tuhan Yang Maha Esa, Oleh sebab itu, di negara
Indonesia ini tidak boleh adanya pertentangan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap maupun perbuatan yang mencerminkan anti Ketuhanan
atau anti agama. Dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya kita mewujudkan
kerukunan hidup beragama, penuh toleransi dalam batas-batas yang ditentukan oleh atau
menurut tuntutan maupun peraturan dari agama masing-masing, agar terwujud perdamaian,
ketentraman serta kesejukan di dalam kehidupan beragama.

b. Berdasarkan klasifikasi hukum thomas aquinas, menurut analisa saudara apakah pasal 29
ayat 1 uud 1945 merupakan perwujudan lex aeterna? Jelaskan!
Menurut pendapat saya Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan Negara berdasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan perwujudan Lex Aeterna karena menurut Thomas
Aquinas hal yang penting dan perlu diingat yaitu bagaimana sebagai makhluk ciptaan yang
diciptakan secitra dengan Allah ini haruslah melihat bahwa hukum tersebut berasal dari Allah
dan yang punya hukum itu sendiri Allah. Pada hakikatnya negara indonesia adalah negara hukum
yang sungguh berotoritas tinggi dan menjunjung tinggi hukum yang telah dibuat dan disusun
dalam perarturan perudang-undangan bangsa Indonesia. Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 di dalamnya
menjelaskan bahwa Negara Indonesia didasari oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya yaitu
agama menjadi salah satu landasan dan juga sebagai pandangan hidup bagi bangsa indonesia,
hal itu tertera pada sila pertama pancasila dan juga bangsa indonesia lebih banyak menganut
agama maupun kepercayaan. Jadi Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 adalah perwujudan dari Lex
Aerterna dari Thomas Aquinas. Hukum Tuhan yang tidak dapat ditangkap rasio manusia, sebagai
penjelmaan kearifan Tuhan, yang diungkapkan dalam hukum abadi yang mengatur semua
tindakan dan pergerakan semesta raya, Manusia memang pada kodratnya secitra dengan Allah
karena manusia diciptakan sama dengan Allah, Hukum manusia tidak pernah bersifat abadi
karena hanya hukum yang berasal dari Tuhan itu bersifat abadi.

2. Jawaban
a. Bagaimana ketentuan dalam peraturan perundang-undangan berkenaan batas usia anak dan
usia dewasa di Indonesia dengan beberapa ketentuan perundangan yang berkaitan dengan
perlindungan bagi anak yang berkonflik dengan hukum yaitu Undang-Undang No. 11 tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak jo Undang-Undang No. 35 tahun 2014 dan Undang- Undang No. 21
tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang?
Undang Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah suatu
perangkat hukum yang mengatur tentang keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang
berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan
setelah menjalani pidana (Pasal 1 Ayat (1)). Tujuan dibentuknya Undang-Undang ini adalah untuk
mengakomodir serta memberikan perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum,
dalam hal ini yang dilindungi adalah hak-hak serta kebutuhan anak. Undang-undang ini juga
merupakan acuan yang selalu digunakan dalam pelaksanaan system peradilan terhadap anak.
Sehingga setiap undang-undang yang dalam penerapannya bersentuhan dengan anak, wajib
mengacu kepada Undang Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Dalam Undang Undang ini, anak yang
berhadapan dengan hukum adalah anak yang sudah berusia 12 tahun namun belum mencapai
usia 18 tahun (Pasal 1 Ayat (3)). Anak yang berhadapan dengan hukum dibagi menjadi 3, yakni
anak korban, anak saksi dan anak yang berkonflik dengan hukum atau biasa disebut juga dengan
sebutan anak pelaku.
Dalam kaitannya dengan anak yang berkonflik dengan hukum, Undang-Undang No. 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak jo Undang-Undang No. 35 tahun 2014 dan Undang-
Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, juga
menganut paham yang sama, yakni yang dikategorikan sebagai anak adalah seseorang yang
sudah berusia 12 tahun, namun belum mencapai usia 18 tahun.
Bentuk perlindungan yang diberikan kepada anak yang berkonflik dengan hukum diatur dalam
Pasal 6 tentang Diversi. Adapun diversi adalah suatu bentuk penyelesaian perkara pidana yang
dihadapi oleh anak di luar dari peradilan pidana atau pengalihan penyelesaian perkara anak dari
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Tujuan dilakukannya diversi adalah:
a. mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;
d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.
Diversi merupakan suatu tahapan yang wajib dilaksanakan baik oleh penyidik, penuntut umum
maupun hakim yang menangani perkara anak, dengan ketentuan ancaman hukuman dari pasal
yang disangkakan haruslah di bawah 7 tahun penjara.
Begitu pula dalam hal penahanan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum juga diberikan
perhatian khusus. Sebagai mana dimaksud dalam pasal 32 Ayat (2) yang berbunyi:
Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
a. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan
b. diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih.
Akan tetapi penahanan tidak boleh dilakukan dalam hal Anak memperoleh jaminan dari orang
tua/Wali dan/atau lembaga bahwa Anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan
atau
merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana (Pasal 32 Ayat (1)).
Jika melhat dari contoh kasus yang dialami oleh Amoy, maka meskipun Amoy sudah menikah, ia
tetap dikategorikan sebagai anak, sebab Undan Undang Nomor 11 tahun 2012 sudah secara
tegas mengatur bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, dan gugatan
diajukan di pengadilan pada usia Amoy yang baru berusia 17 tahun. Dan jika merujuk pada
Undang Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberatasan Pidana Perdagangan Orang, maka
Amoy dikategorikan sebagai anak korban sebab pada usianya yang masih dikategorikan sebagai
anak, Amoy telah dinikahkan secara kontrak dengan seorang dewasa berkewarganegaraan asing
dan kemudian baru diketahui bahwa Amoy menjadi korban mail bride order.

b. Analisa metode interpretasi dan penalaran hukum apa yang dapat digunakan untuk
menjawab kasus di atas.
Interpretasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai memberikan kesan,
pendapat, tafsiran atau penilaian terhadap sesuatu.
Interpretasi sangat erat kaitannya dengan penalaran hukum. Karena penalaran hukum
merupakan dasar atau alasan para hakim dalam memutuskan sesuatu perkara. Yang mana dalam
penalaran hukum tersebut, perlu adanya interpretasi terhadap undang-undang dan peraturan
yang ada.
Metode interpretasi hukum adalah metode penemuan hukum yang menjelaskan tentang teks
undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa
tertentu.
Metode interpretasi terbagi atas 2 yakni. Interpretasi Konservatisme dan Interpretasi Kreativisme.
Interpretasi Konservatisme atau a backward looking conservation adalah metode interpretasi
yang menekankan pada referensi terhadap kejadian yang sudah pernah terjadi ataupun kasus-
kasus terdahulu yang diambil untuk menginterpretasi hukum saat ini. Adapun ciri metode
intrepretasi konservatif adalah:
a. Interpretasi menggunakan kasus-kasus terdahulu;
b. Hakim atau ahli hukum tidak memiliki kebebasan mutlak dalam melakukan interpretasi;
c. Hakim atau ahli hukum dibatasi oleh prinsip yang memperhatikan putusan-putusan
pengadilan terdahulu (jurisprudence), sebagai dasar melakukan penalaran hukum untuk
memutus suatu perkara (stare decesis).
Sedangkan metode interpretasi kreativisme atau a forward looking creativity adalah metode
interpretasi yang lebih menekankan pada pencarian ide dan gagasan baru yang sesuai dengan
keadaan saat ini tanpa melihat atau mencari makna yang sebenarnya dari konsep hukum
tersebut. Metode ini lebih memberikan kebebasan pada hakim dalam membuat atau mengambil
suatu keputusan atau kepada ahli hukum dalam membangun argumentasi hukum. Adapun ciri
dari metode interpretasi kreativisme adalah:
a. Intrepretasi dalam melakukan pencarian ide atau gagasan baru;
b. Hakim/ ahli hukum bebas dalam membangun argumentasi hukum;
c. Dalam Pasal 5 Ayat (1) UU 48 tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman: Hakim dalam
memutuskan wajib berdasarkan nilai dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Dari contoh kasus yang dialami oleh Amoy, dimana Amoy yang berstatus sudah menikah namun
masih berusia di bawah 18 tahun atau masih dikategorikan sebagai anak, maka menurut
pendapat saya, metode yang paling tepat digunakan adalah metode interpretasi kreativisme atau
a foward looking creativity yang memberikan hakim untuk lebih bebas dalam menginterpretasi
dalam pencarian gagasan atau ide baru sehingga dalam memutuskan dalam memberikan putusan
yang berdasarkan nilai keadilan sehingga dapat memberi rasa kepuasan kepada Amoy yang dalam
hal ini mencari keadilan.

3. Jawaban
a. Analisa kerangka kerja konseptual yang dikenal dengan istilah legal dogmatic pada kasus
di atas!
Positivisme hukum berawal dari gagasan untuk memurnikah hukum dari pengaruh disiplin ilmu
lainnya. Teori ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Hukum merupakan hasil ciptaan manusia sehingga bukan merupakan aturan yang ditemukan
dalam masyarakat;
- Pembuatan hukum merupakan representasi keinginan dari penguasa;
- Hukum hanya berisikan aturan dan perundang-undangan;
- Ahli hukum harus taat terhadap perundang-undangan sehingga hakim harus memutuskan
perkara berdasarkan peraturan perundang-undangan;
- Tidak ada hubungan antara hukum dan moralitas atau antara hukum yang senyatanya dan
hukum yang seharusnya
- Penelitian pada hukum lebih focus pada perundang-undangan dan harus dipisahkan dari
penelitian disiplin ilmu lain yang mengkaji hukum seperti sosiologi, ilmu social, psikologi dan
sejarah serta ilmu lainnya
System hukum harus dilihat sebagai system yang tertutup sehingga semua keputusan hakim
dan peraturan perundang-undangan harus dapat diinterpretasikan berdasarkan hukum yang
berlaku dengan menggunakan logika.
Berdasarkan hal-hal di atas, interpretasi dan penalaran hukum dengan ajaran positivism
melahirkan sebuah conceptual frame work yang disebut legal dogmatic atau black law analysis.
Jika menganalisa contoh kasus di atas dan merujuk kepada legal dogmatic yang dijelaskan di
atas, tentu hakim akan berpendapat bahwa kejadian yang terjadi tidak dapat dikategorikan
sebagai sebuah pelanggaran HAM berat oleh karena hakim menilai bahwa perbuatan tersebut
lebih cenderung masuk dalam kategori perbuatan pidana pembunuhan sebagaimana diatur
dalam Pasal 338 KUHP, sebagaimana yang telah diatur sebelumnya.

b. Analisa apakah perbuatan tersangka a dapat dikategorikan sebagai pelanggaran ham berat
menurut pasal 1 angka 2 dengan Undang Undang no. 26 tahun 2000 berpegang mengikuti
kerangka kerja legal dogmatic?
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 Ayat 1 Undang Undang
Nomor 26 tahun 2000).
Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang ini (Pasal 1 Ayat 2 Undang Undang Nomor 26 tahun 2000).
Contoh kasus pelanggaran HAM berat adalah:
a. Kejahatan Genosida
Genosida merupakan perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebgaian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok
agama, yang dilakukan dengan cara membunuh, memaksa tindakan-tindakan yang bertujuan
untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak
dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
b. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil.
Kejahatan terhadap kemanusiaan dapat berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,
penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, kejahatan apartheid, perampasan
kemerdekaan, serta perkosaan dan perbudakan seksual.

Hak hidup seseorang juga merupakan hak yang bersifat kodrati yang harus dijunjung tinggi dan
tidak boleh dirampas. Namun apabila menganalisa contoh kasus di atas, menurut pendapat saya
Tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh A terhadap B dengan motif dendam pribadi tidak
dapat dikategorikan sebagai suatu perbuatan pelanggaran HAM berat, melainkan merupakkan
perbuatan pembunuhan atau pembunuhan berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338
dan Pasal 340 KUHP.

4. Jawaban
a. Analisa alasan penolakan hakim konstitusi terhadap judicial review yang diajukan oleh
Abilio Osorio Soares berkenaan dengan asas retroaktif
Menurut pendapat saya alasan penolakan Hakim Konstitusi terhadap judicial review yang
diajukan oleh
Abilio Osorio Soares berkenaan dengan asas retroaktif adalah kejahatan pelanggaran HAM berat
merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) dan berdampak secara luas oleh karena itu
asas retroaktif dapat diberlakukan dengan adanya Amandemen UUD 1945 Pasal 28 J ayat (2) demi
tegaknya keadilan. Majelis hakim dalam putusan selanya menyebutkan nilai keadilan lebih tinggi
daripada kepastian hukum untuk mewujudkan keadilan universal. Selain itu, apabila terjadi
pertentangan  dalam prinsip maka prinsip yang dapat mewujudkan keadilan harus didahulukan.

b. Keputusan Mahkamah Konstitusi berkenaan perkara Nomor: 065/PUU-II/2004 seolah


membolehkan menerapkan asas retroaktif walaupun bertentangan dengan Pasal 28 Ayat (1)
UUD 1945, bagaimana pendapat saudara apakah penerapan asas retroaktif dapat
diterapkan?
Menurut pendapat saya ketentuan ini tidak melanggar HAM karena kejahatan pelanggaran HAM
berat yang terjadi di masa lalu merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) dan
berdampak secara luas oleh karena itu asas retroaktif dapat diberlakukan dengan adanya
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 J ayat (2) demi tegaknya keadilan. Saya mengutip dari Putusan
MK No. 065/PUU-II/2004 tanggal 22 Oktober 2004 tentang permohonan judicial review Abilio
Osario Soares terhadap Pasal 43 ayat (1) UNDANG UNDANG Pengadilan HAM bahwa Majelis
hakim dalam putusan selanya menyebutkan nilai keadilan lebih tinggi daripada kepastian hukum
untuk mewujudkan keadilan universal. Selain itu, apabila terjadi pertentangan dalam prinsip
maka prinsip yang dapat mewujudkan keadilan harus didahulukan. Jadi Saya setuju dalam
Pengadilan HAM Ad Hoc berlaku asas retroaktif dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 43
ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM untuk mengadili para
pelaku pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu karena menurut saya ketentuan ini
tidak melanggar HAM.

Anda mungkin juga menyukai