Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : Salma Putri Kinanti

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045349998

Tanggal Lahir : 19 – 04 – 2004

Kode/Nama Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia

Kode/Nama Program Studi : Ilmu Komunikasi

Kode/Nama UPBJJ : Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 05 – 07 – 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Salma Putri Kinanti


NIM : 045349998
Kode/Nama Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia
Fakultas : Hukum, Ilmu sosial, Ilmu Sosial ( FHISIP )
Program Studi : Ilmu Komunikasi
UPBJJ-UT : Jakarta

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Rabu, 05 – 07 - 2023

Yang Membuat Pernyataan

SALMA PUTRI KINANTI


1. Ketentuan UU Penghapusan kadeerte menunjukkan bahwa tidak ada hubungan hukum yang
bersifat mutlak sejenis karena melibatkan campur tangan pemerintah dalam hubungan hukum
perdata antara suami dan istri.

Argumentasi yang dapat mendukung hal ini antara lain:

1) Campur Tangan Pemerintah

Dengan adanya UU Penghapusan kadeerte, pemerintah ikut campur dalam hubungan hukum perdata antara
suami dan istri. UU tersebut mengatur hak-hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami dan istri dalam
rumah tangga, termasuk pengaturan terkait perceraian, harta bersama, dan hak asuh anak. Campur tangan
pemerintah ini menunjukkan bahwa hubungan suami istri tidak lagi menjadi ranah privat semata, tetapi juga
menjadi ranah publik yang diatur oleh hukum publik.

2) Penghapusan Kadeerte

UU Penghapusan kadeerte menunjukkan adanya perubahan dalam pandangan hukum terhadap hubungan
suami istri. Dengan diberlakukannya UU Penghapusan kadeerte, hukum mengakui perlunya melindungi individu
dalam hubungan suami istri, terutama dalam konteks kebebasan berkehendak dan perlindungan hak asasi
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa hukum perdata dalam hubungan suami istri tidak bersifat mutlak,
melainkan dapat diubah dan disesuaikan dengan perkembangan nilai-nilai sosial dan kebutuhan perlindungan
individu.

3) Perkembangan Peradaban dan Nilai-Nilai Sosial

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pandangan terhadap hubungan suami istri juga berubah.
Konsep pernikahan dan keluarga tidak lagi hanya dilihat dari sudut pandang keabsolutan atau kekuatan hukum
semata, tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai sosial, keseimbangan kekuasaan, dan perlindungan hak-hak
individu. Pengakuan hukum terhadap kadeerte sebagai praktik yang tidak diinginkan dan perlu dihapuskan
merupakan cerminan dari perubahan pandangan ini.

2. Pemerintah perlu ikut campur tangan dalam masalah hubungan antara individu dalam rumah
tangga, terutama dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karena alasan-alasan
berikut:

1. Melindungi dan Memprioritaskan Kesejahteraan Individu:

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi warganya dari segala bentuk kekerasan
dan penindasan.Dalam konteks rumah tangga, campur tangan pemerintah diperlukan untuk
melindungi individu yang rentan dan memprioritaskan kesejahteraan mereka.Ini mencakup
memberikan perlindungan hukum, fasilitas penampungan, bantuan medis, dan dukungan
psikososial bagi korban KDRT.

2. Mencegah Kriminalitas dan Menegakkan Hukum:

KDRT adalah bentuk kejahatan yang serius dan melanggar hak asasi manusia. Pemerintah perlu
ikut campur untuk mencegah dan menangani tindakan kekerasan ini secara
efektif.Dengan campur tangan pemerintah, kasus KDRT dapat ditindaklanjuti secara hukum,
penjahat dapat diadili, dan keadilan dapat ditegakkan.

3. Tanggung Jawab Negara:


Negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan warga
negaranya.Dalam hubungan rumah tangga, terutama dalam situasi yang melibatkan
kekerasan, pemerintah harus bertindak sebagai pengayom dan pelindung bagi individu yang
terancam. Dengan campur tangan pemerintah, sumber daya dan mekanisme hukum yang
diperlukan dapat diaktifkan untuk memberikan perlindungan yang efektif.

4. Perubahan Sosial dan Kesadaran Masyarakat:

Masyarakat semakin menyadari pentingnya mengatasi masalah KDRT dan menegakkan


perlindungan bagi korban. Dengan campur tangan pemerintah, pesan dan nilai-nilai yang
menentang kekerasan dalam rumah tangga dapat ditekan, dan inisiatif sosial dapat ditingkatkan.
Pemerintah juga dapat memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat untuk
mengubah sikap dan perilaku yang merugikan dalam rumah tangga.

5. Pencegahan dan Penghapusan KDRT:

Campur tangan pemerintah dalam masalah KDRT tidak hanya berfokus pada
penanganan kasus individu, tetapi juga pada pencegahan dan penghapusan KDRT secara
keseluruhan. Pemerintah dapat menyusun kebijakan, program, dan undang-undang yang
mempromosikan kesetaraan gender, menghilangkan stigma, meningkatkan kesadaran, dan
memfasilitasi perubahan sosial yang positif dalam hubungan rumah tangga. Dengan
demikian, campur tangan pemerintah dalam masalah hubungan antara individu dalam rumah
tangga, terutama dalam kasus KDRT, penting untuk melindungi individu yang rentan, menegakkan
hukum, dan mendorong perubahan sosial yang lebih baik.

2.

1. Pendapat Bagir Manan menyatakan bahwa kewenangan Presiden untuk menetapkan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) atau Peraturan Pemerintah
Pengganti Peraturan Pemerintah (Perppu) adalah kewenangan luar biasa di bidang
perundang-undangan.

Perpu/Perppu dikeluarkan oleh Presiden dalam keadaan mendesak, di mana DPR sedang tidak
dalam masa sidang, dan isinya bersifat mengikat dan harus segera dilaksanakan.

Namun, agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) oleh Presiden dalam
menggunakan hak konstitusionalitasnya untuk mengeluarkan Perpu, Mahkamah Konstitusi
Indonesia dalam putusan Nomor 138/PUU-VII/2009 memberikan beberapa indikator untuk
membatasi hak subjektif Presiden.

Berikut adalah beberapa indikator yang diberikan oleh Mahkamah Konstitusi:

1. Urgensi dan kegentingan:

Presiden hanya dapat menggunakan haknya untuk mengeluarkan Perpu jika terdapat keadaan
yang mendesak dan kegentingan yang memerlukan solusi cepat, dan tidak dapat ditunda hingga
DPR kembali dalam masa sidang. Keadaan ini harus diakui sebagai urgensi yang mendalam.

2. Kepentingan nasional:
Mahkamah Konstitusi menegaskan bahwa keputusan Presiden untuk mengeluarkan Perpu harus
didasarkan pada kepentingan nasional yang sangat kuat dan bersifat strategis.

3. Koordinasi dengan DPR:

Sebelum mengeluarkan Perpu, Presiden diharapkan berusaha melakukan koordinasi dengan DPR
meskipun dalam situasi mendesak.

Jika ada upaya koordinasi yang wajar dan tidak berhasil, maka barulah Presiden dapat
menggunakan haknya untuk mengeluarkan Perpu.

4. Isi materiil Perpu:

Mahkamah Konstitusi juga akan memeriksa secara cermat isi materiil Perpu untuk memastikan
bahwa isi dan tujuan Perpu sesuai dengan keadaan darurat dan kegentingan yang ada.

5. Proporsionalitas tindakan:

Mahkamah Konstitusi akan menilai apakah tindakan yang diambil melalui Perpu proporsional dan
sesuai dengan keadaan darurat serta kepentingan nasional yang harus diatasi. Dengan
memberikan indikator-indikator ini, Mahkamah Konstitusi bertujuan untuk
membatasi hak subjektif Presiden dalam menggunakan kewenangan luar biasa untuk
mengeluarkan Perpu dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

Tujuan utama dari pembatasan ini adalah untuk menjaga prinsip checks and balances dalam
sistem pemerintahan Indonesia serta untuk melindungi hak-hak dan kebebasan rakyat.

2. Dalam putusan Nomor 138/PUU-VII/2009, Mahkamah Konstitusi memberikan indikator


untuk membatasi hak subjektif Presiden dalam menggunakan kewenangannya untuk
mengeluarkan Perpu. Salah satu indikator tersebut adalah
"kegentingan mendesak." Kegentingan mendesak diperlukan sebagai alasan yang kuat
untuk membenarkan penggunaan kewenangan luar biasa tersebut.

Untuk memastikan apakah Perpu No. 1 Tahun 2020 memenuhi kriteria "kegentingan mendesak,"
perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap konteks, urgensi, dan kondisi pada
saat Perpu tersebut diterbitkan.Penilaian akhir terhadap keabsahan dan kesesuaian Perpu tersebut
juga menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam memutuskan sengketa yang berkaitan
dengan hal tersebut.

3.

1. Bentuk kesalahan dalam kasus di atas adalah sebagai berikut:

1. Pembunuhan

Langit Biru memiliki niat untuk menghabisi Malam Gelap dan melakukan tindakan yang
mengakibatkan kematian Malam Gelap. Tindakan ini melanggar hukum pidana yang melarang
pembunuhan.
2. Pemabukan

Langit Biru memberikan minuman tuak kepada Malam Gelap dengan tujuan membuatnya mabuk
berat.Tindakan ini melanggar hukum karena memberikan minuman keras kepada orang yang tidak
dapat memberikan persetujuan atau dalam keadaan tidak sadar melanggar prinsip dasar
keadilan dan kemanusiaan.

3. Penyekapan

Langit Biru mengikat tangan Malam Gelap dan mendudukkannya di lantai speedboat tanpa
pengemudi.Tindakan ini merupakan penyekapan yang melanggar hak asasi manusia dan
melanggar hukum.

4. Kelalaian

Langit Biru menyalakan mesin speedboat dan membiarkannya melaju tanpa pengemudi, yang
mengakibatkan speedboat menabrak kapal nelayan dan meledak. Tindakan ini merupakan
kelalaian yang mengakibatkan kematian Malam Gelap dan kerugian bagi pihak lain.

2.Untuk membuktikan bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh Langit


Biru merupakan delik berkualifikasi, kita perlu mempertimbangkan elemen-elemen yang mungkin
memenuhi syarat untuk kualifikasi tersebut.

Berikut adalah beberapa elemen yang mungkin dapat mendukung kualifikasi tindakan Langit
Biru sebagai delik berkualifikasi:

1. Niat Jahat yang Dalam:

Langit Biru memiliki niat yang sudah terbentuk sebelumnya untuk membunuh Malam Gelap.

Ini dapat terlihat dari rencananya untuk memabukkan Malam Gelap, mengikatnya di speedboat
tanpa pengemudi, dan membiarkannya terjebak di dalamnya, yang akhirnya mengakibatkan
kematian Malam Gelap.

2. Penggunaan Kekejaman atau Kekerasan yang Luar Biasa:

Tindakan Langit Biru yang melibatkan memabukkan Malam Gelap, mengikat tangannya, dan
membiarkan speedboat melaju tanpa pengemudi dapat dianggap sebagai penggunaan
kekejaman atau kekerasan yang luar biasa.

Pembunuhan dengan penggunaan perangkat bantu seperti speedboat juga dapat dianggap
sebagai kekerasan yang luar biasa.

3. Tindakan dengan Kejahatan Terencana atau Terorganisir:

Langit Biru secara sadar merencanakan tindakannya untuk membunuh Malam Gelap dengan
mengajaknya ke Parapat, memabukkan dia, mengikatnya di speedboat tanpa pengemudi, dan
membiarkannya melaju tanpa kendali.Ini menunjukkan adanya perencanaan dan organisasi
dalam pelaksanaan tindakan kriminal.Apakah tindakan Langit Biru memenuhi semua elemen
kualifikasi delik berkualifikasi akan ditentukan oleh undang-undang yang berlaku di yurisdiksi
tertentu.Oleh karena itu, dalam kasus ini, penting untuk merujuk pada hukum pidana yang berlaku
di Indonesia dan mengkaji persyaratan dan elemen-elemen yang diperlukan untuk
memenuhi delik berkualifikasi dalam konteks yang lebih spesifik.Namun, perlu dicatat bahwa dalam
dunia nyata, kasus semacam ini merupakan tindakan ilegal yang melanggar hukum dan mungkin
tergolong sebagai pembunuhan dengan niat jahat atau pembunuhan tingkat pertama, yang
dapat menghadapi sanksi pidana yang serius.

4. Mahkamah Konstitusi (MK) sebenarnya memiliki kewenangan untuk


menguji konstitusionalitas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu/Perppu)
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945).

Berikut adalah beberapa argumen hukum yang mendukung kewenangan MK dalam


menguji konstitusionalitas Perpu/Perppu:

1. Fungsi Pengawasan Konstitusi:

MK memiliki fungsi utama sebagai pengawas konstitusi yang bertugas untuk menjaga kesesuaian
peraturan perundang-undangan dengan UUD 1945.Dalam melaksanakan fungsi tersebut, MK
memiliki wewenang untuk menguji konstitusionalitas semua peraturan perundang-undangan,
termasuk Perpu/Perppu.

2. Kedudukan MK sebagai Lembaga Peradilan Konstitusi:

MK merupakan lembaga peradilan yang memiliki yurisdiksi khusus dalam mengadili perkara-
perkara yang berkaitan dengan konstitusi.Sebagai lembaga peradilan konstitusi, MK
memiliki kewenangan untuk memutuskan sengketa yang terkait dengan konstitusionalitas suatu
peraturan, termasuk Perpu/Perppu

3. Prinsip Supremasi Konstitusi:

Di Indonesia, prinsip supremasi konstitusi diakui dan dijunjung tinggi.Prinsip ini menegaskan bahwa
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi di negara ini, dan semua peraturan perundang-undangan
harus sesuai dengan ketentuan konstitusi.Oleh karena itu, MK sebagai penjaga konstitusi memiliki
peran penting dalam memastikan bahwa Perpu/Perppu tidak bertentangan dengan UUD 1945.

4. Konsistensi dan Keseragaman Putusan:

Dengan menguji konstitusionalitas Perpu/Perppu, MK dapat memastikan konsistensi dan


keseragaman putusan terkait dengan keabsahan dan keberlakuan hukum suatu peraturan.Hal ini
penting untuk menjaga kepastian hukum dan menghindari ketidakpastian dalam
tatanan hukum negara.Dalam prakteknya, MK dapat menerima pengajuan permohonan uji materiil
terhadap Perpu/Perppu yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan, termasuk lembaga negara
atau individu, dan memutuskan konstitusionalitasnya berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan hukum yang relevan.Namun, perlu dicatat bahwa argumen-argumen ini bersifat
umum dan tidak menggambarkan keputusan atau kebijakan tertentu yang mungkin telah diambil
oleh MK terkait dengan Perpu/Perppu. Untuk informasi lebih lanjut mengenai putusan dan praktik
MK terkait dengan Perpu/Perppu, disarankan untuk merujuk pada putusan-putusan MK yang
berlaku atau sumber hukum yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai