Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : I P RISKI SATRIA ARDANA


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 047991577

Tanggal Lahir : 07 November 2002

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4205/ ILMU NEGARA

Kode/Nama Program Studi : 311/ ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 77/DENPASAR

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA, 04 JULI 2023

Tanda tangan peserta ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : I P RISKI SATRIA ARDANA


NIM : 047991577
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/ ILMU NEGARA
Fakultas : HUKUM
Program Studi : 311 / ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : 77 / DENPASAR

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Denpasar, 04 Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. a. Coba tentukan mengapa berdasarkan terjadinya negara secara sekunder berupa pengakuan defacto

bersifat sementara.
Pengakuan de facto bersifat sementara karena merupakan pengakuan yang diberikan oleh
negara-negara lain berdasarkan fakta dan kenyataan yang ada pada saat itu. Pengakuan de facto dapat
terjadi ketika suatu wilayah atau entitas memperoleh kemerdekaan atau otonomi secara faktual, tetapi
belum mendapatkan pengakuan hukum secara resmi.
Pengakuan de facto dapat berubah seiring dengan perubahan situasi politik dan kepentingan

negara-negara lain. Jika suatu entitas yang telah mendapatkan pengakuan de facto berhasil memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk pengakuan de jure, maka pengakuan de facto tersebut dapat berubah
menjadi pengakuan de jure yang lebih mengikat secara hukum

b. Coba tentukan apakah peristiwa kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diprokamasikan
Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia dari antara 2 pengakuan atas pemerintahan yang mana.
Peristiwa kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan oleh Soekarno-
Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan pengakuan pemerintahan de facto. Pada saat itu, Indonesia
belum mendapatkan pengakuan de jure secara resmi dari negara-negara lain. Meskipun demikian,
peristiwa tersebut menjadi tonggak bersejarah yang menandai upaya dan tekad bangsa Indonesia untuk
merdeka dan menjadi negara yang merdeka. Pengakuan de facto ini kemudian diikuti oleh upaya
diplomasi dan perjuangan politik untuk mendapatkan pengakuan de jure yang lebih mengikat secara
hukum.
c. Coba tentukan dalam perspektif pendekatan faktual asal mula negara Indonesia termasuk yang mana.
Dalam perspektif pendekatan faktual, asal mula negara Indonesia termasuk ke dalam kategori negara
yang terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan kompleks. Sebagai negara yang terbentuk dari
bekas jajahan kolonial Belanda, Indonesia mengalami perjuangan yang melibatkan berbagai elemen
masyarakat untuk meraih kemerdekaan. Proses tersebut mencakup perlawanan terhadap penjajah,
perumusan naskah proklamasi, pembentukan pemerintahan sementara, serta upaya diplomasi untuk
mendapatkan pengakuan internasional. Dalam konteks ini, negara Indonesia termasuk dalam kategori
negara yang terbentuk melalui perjuangan dan usaha nyata dari rakyatnya, serta diakui secara de facto oleh
negara-negara lain sebelum akhirnya mendapatkan pengakuan de jure yang resmi.
2. a. Coba analisislah mengapa negara hukum kemakmuran (welfare state) merupakan bentuk negara hukum
yang ideal saat ini.
Negara hukum kemakmuran (welfare state) merupakan bentuk negara hukum yang ideal saat ini
karena memberikan perhatian dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat. Konsep welfare state
menekankan tanggung jawab pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial,
ekonomi, dan kesehatan warganya. Dalam negara hukum kemakmuran, pemerintah tidak hanya
berfokus pada fungsi-fungsi tradisional negara, tetapi juga bertanggung jawab dalam menciptakan
kesetaraan sosial, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan memastikan akses masyarakat terhadap
pelayanan publik yang baik.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b. Coba analisislah apakah dalam negara hukum kemakmuran (welfare state) justru sangat rawan terjadinya
penyalahgunaan wewenang freis ermessen (kebebasan bertindak) dari pemerintah.
Dalam negara hukum kemakmuran (welfare state), terdapat potensi penyalahgunaan wewenang (freis ermessen) dari
pemerintah. Kebebasan bertindak yang diberikan kepada pemerintah dapat menjadi alat bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok, merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Penyalahgunaan wewenang tersebut dapat berupa korupsi, nepotisme, atau pengambilan keputusan yang tidak
memperhatikan kepentingan masyarakat secara adil.

c. Coba analisislah bagaimana keberadaan peradilan administrasi dalam terjadinya penyalahgunaan wewenang

dalam negara hukum kemakmuran.


Keberadaan peradilan administrasi memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani penyalahgunaan
wewenang dalam negara hukum. Peradilan administrasi bertugas meninjau dan memeriksa tindakan-tindakan pemerintah,
termasuk penggunaan kebebasan bertindak (freis ermessen), untuk memastikan bahwa tindakan tersebut sesuai dengan
hukum dan tidak merugikan hak-hak masyarakat. Melalui sistem peradilan administrasi yang independen, penyalahgunaan
wewenang pemerintah dapat diungkap, dikoreksi, dan dihukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Keberadaan
peradilan administrasi memberikan kontrol dan keseimbangan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah serta melindungi
hak-hak warga negara dari penyalahgunaan wewenang yang mungkin terjadi.
3. a) Coba analisislah mengapa dikatakan bahwa dari sudut dana kekuasaan federalisme pada Amerika Serikat awalnya
dianggap bersifat lebih sempurna, dibanding di Uni Sovyet.
Dalam sudut pandang dana kekuasaan federalisme, Amerika Serikat awalnya dianggap lebih sempurna dibandingkan dengan
Uni Soviet karena beberapa alasan berikut:
1. Pembagian Kekuasaan dan Dana:
Sistem federal di Amerika Serikat didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah
negara bagian. Pemerintah federal memiliki kewenangan tertentu, sementara negara-negara bagian juga memiliki otonomi
dalam kebijakan dan pengelolaan dana mereka sendiri. Pendapatan yang dikumpulkan oleh pemerintah federal melalui pajak
disalurkan kembali ke negara-negara bagian dalam bentuk subsidi dan alokasi dana berdasarkan kebutuhan dan kebijakan
yang telah ditetapkan. Di Uni Soviet, meskipun ada konsep federalisme, kekuasaan dan dana kekuasaan secara signifikan
terpusat pada pemerintah federal. Meskipun negara-negara bagian di Uni Soviet secara formal memiliki otonomi, namun
dalam praktiknya mereka sangat tergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah federal. Dana kekuasaan diatur
oleh UUD Uni Soviet, sehingga negara-negara bagian harus tunduk pada keputusan dan kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah federal dalam penggunaan dana tersebut. Ini mengurangi kemandirian finansial dan keputusan bagi negara-negara
bagian dalam Uni Soviet.
2. Fleksibilitas Kebijakan dan Inisiatif Ekonomi:
Dalam federalisme Amerika Serikat, negara-negara bagian memiliki kebebasan untuk mengadopsi kebijakan ekonomi dan
sosial yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka sendiri. Mereka dapat mengatur pajak, mengatur peraturan
bisnis, dan mengembangkan inisiatif ekonomi yang mendukung pertumbuhan regional. Hal ini menciptakan kompetisi sehat
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

antara negara-negara bagian dan memungkinkan mereka untuk mengatasi perbedaan geografis, ekonomi, dan demografi yang
ada di wilayah mereka. Di Uni Soviet, kebijakan ekonomi dikendalikan oleh pemerintah federal dengan sedikit ruang gerak
bagi negara-negara bagian. Pusat pengambilan keputusan yang kuat di pemerintah federal menghambat inisiatif lokal dan
membatasi fleksibilitas dalam mengadopsi kebijakan ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara bagian.
3. Perlindungan Hak Asasi Individu:
Sistem federal Amerika Serikat memberikan perlindungan hak asasi individu melalui Konstitusi dan hak-hak yang tercantum
di dalamnya, termasuk kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, dan hak-hak sipil lainnya. Setiap warga negara Amerika
memiliki hak-hak yang dilindungi oleh Konstitusi, dan keputusan hukum dapat ditinjau oleh Mahkamah Agung sebagai

penjaga kesetaraan dan keadilan. Di Uni Soviet, meskipun terdapat pernyataan formal tentang hak-hak individu, namun dalam
praktiknya hak-hak tersebut sering kali terbatas dan diabaikan. Partai Komunis memiliki kendali yang kuat atas pemerintahan
dan tidak adanya mekanisme independen yang efektif untuk melindungi hak-hak individu. Ini menciptakan
ketidakseimbangan kekuasaan yang signifikan antara pemerintah federal dan individu atau kelompok di tingkat negara
bagian. Secara keseluruhan, dari sudut pandang dana kekuasaan federalisme, Amerika Serikat awalnya dianggap lebih
sempurna dibandingkan dengan Uni Soviet karena pembagian kekuasaan yang jelas, fleksibilitas kebijakan dan inisiatif
ekonomi negara bagian, serta perlindungan yang lebih baik terhadap hak asasi individu.
b) Coba analisislah mengapa keberadaan Ukraina di antara negara bagian yang lain mendapat kedudukan istimewa di
Uni Sovyet.
Keberadaan Ukraina di antara negara bagian lainnya mendapatkan kedudukan istimewa di Uni Soviet karena beberapa faktor
berikut:
1. Potensi Ekonomi dan Sumber Daya Alam:
Ukraina merupakan salah satu negara bagian terbesar di Uni Soviet dan memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Ukraina
memiliki sektor industri dan pertanian yang kuat, termasuk produksi bijih besi, batu bara, baja, dan produk pertanian seperti
gandum. Kontribusi Ukraina terhadap ekonomi Uni Soviet membuat negara tersebut menjadi salah satu negara bagian yang
kaya dan strategis dalam sistem Uni Soviet.
2. Keanekaragaman Etnis dan Budaya: Ukraina memiliki keberagaman etnis dan budaya yang signifikan. Di samping
mayoritas etnis Ukraina, terdapat juga kelompok etnis Rusia, Yahudi, Polandia, dan kelompok etnis minoritas lainnya.
Keanekaragaman ini memberikan Ukraina daya tarik sebagai negara bagian dengan keragaman budaya yang kaya. Dalam
konteks politik Uni Soviet yang dipimpin oleh partai komunis, keberadaan Ukraina sebagai negara bagian yang besar dan
berpengaruh memberikan kekuatan politik yang lebih besar kepada partai komunis Ukraina.
3. Peran Sejarah dan Kedudukan Geografis:
Ukraina memiliki peran sejarah yang penting dalam pembentukan Uni Soviet. Pada awalnya, Ukraina adalah salah satu dari
empat negara bagian pendiri Uni Soviet. Selain itu, letak geografis Ukraina yang strategis memainkan peran penting dalam
pertahanan dan stabilitas Uni Soviet. Ukraina berbatasan dengan beberapa negara bagian Uni Soviet lainnya dan juga negara-
negara tetangga seperti Polandia dan Rumania.
4. Pengaruh Politik:
Partai Komunis Ukraina memiliki pengaruh politik yang signifikan dalam pemerintahan Uni Soviet. Para pemimpin politik
dan pejabat Ukraina memegang peran penting dalam struktur kekuasaan Uni Soviet, termasuk anggota Politbiro Partai
Komunis Uni Soviet. Hal ini memberikan Ukraina akses yang lebih besar terhadap pembuatan keputusan politik dan pengaruh
dalam kebijakan Uni Soviet secara keseluruhan.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa alasan lain yang menjadikan
Ukraina mendapatkan kedudukan istimewa di Uni Soviet:
1. Peran Pertanian:
Ukraina memiliki sektor pertanian yang sangat penting bagi Uni Soviet. Potensi pertanian Ukraina,
terutama dalam produksi gandum, jagung, dan produk pertanian lainnya, memberikan kontribusi besar
terhadap ketersediaan pangan di Uni Soviet. Kehadiran Ukraina sebagai negara bagian dengan sektor
pertanian yang kuat memberikan kestabilan pangan dan mendukung ekonomi negara bagian lainnya.
2. Pusat Industri:
Ukraina juga merupakan pusat industri yang signifikan di Uni Soviet. Negara bagian ini memiliki sektor
industri yang maju, termasuk industri mesin, industri kimia, dan produksi baja. Produksi industri Ukraina
memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan industri Uni Soviet secara keseluruhan. Kehadiran
pusat industri yang kuat membuat Ukraina menjadi negara bagian yang penting dalam upaya
industrialisasi dan modernisasi Uni Soviet.
3. Infrastruktur dan Transportasi:
Ukraina memiliki sistem transportasi dan infrastruktur yang maju di Uni Soviet. Keberadaan jaringan
rel kereta api yang luas, pelabuhan laut yang strategis, serta saluran pipa gas dan minyak yang penting,
menjadikan Ukraina sebagai negara bagian yang vital dalam distribusi barang dan sumber daya di Uni
Soviet. Infrastruktur yang baik ini memungkinkan Ukraina untuk berperan sebagai simpul utama dalam
koneksi transportasi dan perdagangan antara negara bagian lainnya.
4. Faktor Demografi:
Ukraina memiliki populasi yang besar dan beragam. Jumlah penduduk Ukraina yang signifikan
memberikan kontribusi penting terhadap tenaga kerja dan keberagaman sosial di Uni Soviet. Ukraina
juga merupakan salah satu negara bagian dengan jumlah anggota Partai Komunis yang besar, sehingga
memberikan pengaruh politik yang kuat di dalam sistem politik Uni Soviet.
c) Coba analisislah apakah keberadaan federasi di Uni Sovyet lebih tepat dikatakan sebagai negara
konfederasi.
Keberadaan federasi di Uni Soviet tidak secara tepat dapat dikatakan sebagai negara konfederasi.
Meskipun terdapat beberapa elemen yang menunjukkan ciri-ciri konfederasi dalam sistem Uni Soviet,
tetapi secara keseluruhan, Uni Soviet lebih sesuai digambarkan sebagai negara federasi.
1. Konsentrasi Kekuasaan Pusat:
Salah satu perbedaan mendasar antara federasi dan konfederasi adalah tingkat konsentrasi kekuasaan di
pemerintah pusat. Dalam konfederasi, negara-negara anggota mempertahankan otonomi yang tinggi dan
memiliki kekuasaan yang kuat secara independen. Namun, dalam Uni Soviet, kekuasaan cenderung
terpusat di pemerintah federal. Partai Komunis Uni Soviet memiliki kendali yang kuat dan otoritas
sentral dalam mengambil keputusan politik dan ekonomi yang signifikan. Keputusan-keputusan penting
dibuat oleh pemerintah pusat dan negara-negara bagian memiliki ketergantungan yang tinggi pada
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah federal.
2. Pengaturan Ekonomi Sentralistik:
Dalam sistem Uni Soviet, terdapat pengaturan ekonomi sentralistik di mana pemerintah federal memiliki
kontrol yang luas atas sektor ekonomi dan alokasi sumber daya. Keputusan-keputusan ekonomi,
termasuk alokasi dana dan sumber daya, ditentukan oleh pemerintah federal melalui rencana ekonomi
lima tahunan. Negara-negara bagian memiliki keterbatasan dalam mengatur kebijakan ekonomi mereka
sendiri, dan keputusan utama dibuat oleh pemerintah federal. Dalam konfederasi, negara-negara anggota
biasanya mempertahankan otonomi dalam pengaturan ekonomi mereka sendiri.
3. Kesatuan Hukum dan Kewarganegaraan:
Dalam Uni Soviet, terdapat kesatuan hukum dan kewarganegaraan di seluruh negara-negara bagian.
Semua warga Uni Soviet diakui sebagai warga negara Uni Soviet tanpa memperhatikan negara bagian
asal mereka. Dalam konfederasi, negara-negara anggota biasanya mempertahankan kewarganegaraan
dan sistem hukum mereka sendiri dengan otonomi dalam hal tersebut. Meskipun terdapat beberapa
elemen konfederasi dalam sistem Uni Soviet, seperti kebijakan otonomi formal bagi negara-negara
bagian dan kemungkinan bagi negara-negara bagian untuk melepaskan diri, tetapi adanya konsentrasi
kekuasaan pusat dan kontrol ekonomi sentralistik menunjukkan bahwa Uni Soviet lebih tepat
digambarkan sebagai negara federasi.
Dalam sebuah federasi, negara-negara bagian tetap memiliki otonomi, tetapi kekuasaan dan
pengambilan keputusan yang signifikan masih terpusat pada pemerintah federal. Selain itu, terdapat
beberapa faktor tambahan yang menunjukkan bahwa keberadaan federasi di Uni Soviet lebih tepat
dikategorikan sebagai negara federasi daripada konfederasi:
1. Konstitusi dan Struktur Pemerintahan:
Uni Soviet memiliki Konstitusi yang mengatur struktur pemerintahan federal dan otoritas yang diberikan
kepada pemerintah pusat. Konstitusi ini menegaskan kekuasaan pemerintah federal dalam berbagai
aspek, termasuk kebijakan luar negeri, pertahanan, dan ekonomi. Negara-negara bagian dalam Uni
Soviet tidak memiliki otonomi yang sebanding dengan negara-negara konfederasi yang lebih
independen.
2. Ketergantungan Ekonomi:
Dalam sistem Uni Soviet, negara-negara bagian sangat tergantung pada pemerintah federal dalam hal
alokasi sumber daya, subsidi, dan pembagian keuntungan ekonomi. Sistem ekonomi yang terpusat
membatasi otonomi ekonomi negara-negara bagian. Dalam konfederasi, negara-negara anggota biasanya
mempertahankan kontrol yang lebih besar atas kebijakan ekonomi mereka sendiri.
3. Kendali Politik:
Partai Komunis memiliki kekuasaan yang kuat dalam sistem politik Uni Soviet, dengan kendali yang
signifikan atas pemerintah federal maupun negara-negara bagian. Kekuasaan politik terpusat pada partai
tunggal, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip konfederasi yang lebih menganjurkan keberagaman
politik dan otonomi yang lebih besar bagi negara-negara anggota.
4. Pembagian Kewarganegaraan:
Uni Soviet menganut sistem kewarganegaraan tunggal di seluruh negara bagian, di mana semua warga
Uni Soviet dianggap sebagai warga negara Uni Soviet. Ini menunjukkan kesatuan hukum dan
kewarganegaraan yang lebih konsisten dengan negara federasi daripada konfederasi, di mana negara-
negara anggota biasanya mempertahankan kewarganegaraan mereka sendiri.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat beberapa
elemen yang menyerupai konfederasi dalam sistem Uni Soviet, termasuk adanya negara-negara bagian
yang relatif otonom dan kemungkinan melepaskan diri, karakteristik yang lebih menonjol, seperti
konsentrasi kekuasaan pusat, kontrol ekonomi sentralistik, dan kesatuan hukum dan kewarganegaraan,
menunjukkan bahwa keberadaan federasi di Uni Soviet lebih tepat dikategorikan sebagai negara federasi
daripada negara konfederasi.
4. a. Coba analisislah bagaimana idealnya hubungan eksekutif dan legislatif dalam sistem
pemerintahan presidensiil berkaitan checks and balances.
Salah satu substansi pokok reformasi konstitusi dalam konteks transisi menuju demokrasi adalah
merumuskan peran dan fungsi masing-masing cabang pemerintahan sedemikian rupa, sehingga masing-
masing dapat saling mengawasi dan mengimbangi demi terhindarnya dominasi kekuasaan satu cabang
atas cabang-cabang pemerintahan lainnya. Mencegah dominasi kekuasaan satu cabang pemerintahan.
Secara umum dalam praktek pemerintahan demokratik, paling kurang dikenal tiga bentuk sistem
pemerintahan: presidensiil, parlementer, dan campuran. Meski berbeda satu dengan yang lain, masing-
masing sistem membawa satu kesamaan prinsip, yaitu mencegah dominasi kekuasaan satu cabang atas
cabang-cabang pemerintahan yang lain. Prinsip ini secara sama pula diterjemahkan ke dalam pembagian
kekuasaan antara eksekutif, legislatif (dan yudikatif). Tetapi, cara pembagian kekuasaan masing-masing
sistem memang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Pemisahan kekuasaan, kunci perbedaan di
antara ke tiga sistem itu terletak pada sejauh mana kekuasaan pemerintahan dibagi secara fungsional
kepada cabang-cabang pemerintahan, dan pada kekuasaan apa saja yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh
masing-masing cabang pemerintahan itu. Ini termasuk sejauh mana eksekutif dapat mengontrol badan
legislatif, atau sejauh mana badan legislatif dapat mengontrol (mengawasi) eksekutif, dan seberapa besar
kekuasaan badan legislatif mempunyai kapasitas untuk membuat undang-undang. Satu hal penting
dalam persoalan kontrol dan persaingan antar cabang pemerintahan ini adalah kapasitas untuk
mengajukan dan menyetujui (mengabsahkan) legislasi. Dan ini amat bervariasi di antara ketiga sistem
tersebut.
Dalam sistem presidensiil, kekuasaan politik dan administratif dipisahkan antara eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Pejabat masing-masing cabang pemerintahan ini menjalani masa kerja dan
melayani konstituensi yang berbeda-beda. Dalam sistem parlementer, parlemen berdaulat, dan otoritas
eksekutif (yang dijalankan oleh Perdana Menteri dan kabinet) berasal dari badan legislatif. Dalam sistem
campuran, kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden yang dipilih secara terpisah dan Perdana Menteri.
Dalam sistem presidensiil, presiden (adalah kepala eksekutif sekaligus juga sebagai simbol kepala
negara) dipilih melalui pemilihan yang terpisah dari pemilihan anggota--anggota badan legislatif.
Presiden kemudian memilih dan mengangkat menteri-menteri anggota kabinet. Menteri-menteri tidak
merangkap sebagai anggota-anggota badan legislatif, meskipun pengangkatannya oleh presiden
memerlukan saran dan mungkin juga persetujuan dari badan legislatif. Karena petinggi-petinggi badan
eksekutif dipilih atau diangkat secara terpisah, sistem pemerintahan presidensiil membawa ciri yang kuat
pada pemisahan kekuasaan, di mana badan eksekutif dan badan legislatif bersifat independen satu
terhadap yang lain. Presiden mempunyai kuasa yang besar atas menteri--menteri yang bekerja untuknya.
b. Coba analisislah apakah yang membedakan sistem presidensiil dan sistem parlementer terutama
berkaitan dengan masa jabatan kepala pemerintahan (eksekutif).
Sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan
dipegang oleh presiden dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap parlemen (legislatif). Sementara
itu, menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden memiliki kedudukan sebagai kepala
Negara sekaligus kepala pemerintahan. Pemerintahan presidensial memiliki beberapa tiga unsur pokok,
yaitu presiden dipilih oleh rakyat dan bisa mengangkat para pejabat pemerintahan, presiden memiliki
masa jabatan yang tetap, dan tidak ada status tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
Sementara, Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan di mana pemerintah
(eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem pemerintahan parlementer, parlemen
memiliki kekuasaan dan kewenangan yang besar dalam mengawasi kebijakan eksekutif.
Salah satu ciri sistem pemerintahan parlementer adalah anggota parlemen terdiri atas orang-orang
dari partai politik yang memenangkan pemilihan umum. Selain itu, kabinet atau pemerintah terdiri atas
para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin kabinet.
Ada beberapa perbedaan dari sistem presidensial dan parlementer. Di mana kedua sistem memiliki
unsur, ciri, dan kelebihannya masing-masing. Secara umum, berikut beberapa perbedaan sistem
presidensial dan parlementer:
1. Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
Perbedaan sistem pemerintahan presidensial dan parlementer dapat dilihat dari kepala negara dan
kepala pemerintahannya. Di mana sistem pemerintahan presidensial, baik kepala negara atau kepala
pemerintahannya dipegang oleh seorang presiden dan tidak ada pemisahan antara keduanya. Sedangkan,
sistem pemerintah parlementer memiliki presiden, sultan, atau raja sebagai kepala negaranya.
2. Pemilihan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
Perbedaan sistem pemerintahan presidensial dan parlementer selanjutnya, yaitu terletak pada
proses pemilihan. Sistem pemerintahan presidensial, kepala negara yang sekaligus menjabat sebagai
kepala pemerintahan ini dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Sementara itu,
dalam sistem pemerintahan parlementer, perdana menteri dipilih oleh parlemen melalui penunjukan
secara langsung untuk menjalankan fungsi eksekutif. Biasanya, dalam sistem parlementer ini pemilu
oleh rakyat dilakukan saat memilih anggota parlemennya saja.
3. Masa Jabatan
Dalam masa jabatan kepala negara dan pemerintahan, sistem pemerintahan presidensial sudah
ditetapkan dan memiliki UU yang jelas. Sedangkan sistem pemerintahan pralementer, masa jabatan
perdana menteri tidak menentu atau tergantung dari parlemen.
4. Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif
Sistem pemerintahan presidensial mengizinkan kekuasaan dan legislatif berjalan sejajar atau tidak
bisa saling menjatuhkan. Sedangkan pada sistem pemerintahan parlementer, tidak mengizinkan
kesetaraan kedudukan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sederhananya, kabinet dalam hal ini
perdana menteri dan menteri tidak bisa dijatuhkan oleh parlemen.
5. Lembaga Supermasi Tertinggi
Dalam sistem pemerintahan presidensial, tidak ada istilah lembaga supermasi tertinggi atau
lembaga negara tertinggi di dalamnya. Meski begitu, ada supremasi konstitusi, di mana kedaulatan
rakyat sangat dijunjung tinggi. Sehingga antar lembaga negara bisa saling mengawasi untuk menghindari
penyalahgunaan wewenang.
Sedangkan, dalam sistem pemerintahan parlementer masih ada lembaga supremasi tertinggi, yaitu
parlemen. Di mana lembaga tersebut memiliki kekuasaan besar, baik sebagai badan perwakilan atau
badan legislatif
c. Coba analisis bagaimana berkaitan sistem presidensiil di Indonesia dari aspek hubungan kepala
pemerintahan (eksekutif) dengan legislatif serta dan pertanggung jawaban eksekutif kepada
legislative.
Sistem pemerintahan presidensil disebut juga eksekutif nonparlementer atau eksekutif tetap (fixed
executive). Eksekutif tidak dibentuk oleh legislatif dan presiden disamping sebagai kepala negara juga
sebagai kepala eksekutif yang dipilih langsung oleh rakyat melalui suatu pemilihan umum sebagaimana
halnya dengan legislatif. Dengan demikian, hubungan antara keduanya merupakan hubungan fungsional.
Masa jabatan eksekutif dan legislatif tidak tergantung satu dengan yang lainnya, melainkan sesuai
dengan yang telah ditentukan di dalam konstitusi.
Pertanggungjawaban tidak wajib merupakan pertanggungjawaban ekstern presiden kepada rakyat
secara langsung sebagai manifestasi dari pertanggungjawaban moral presiden kepada rakyat, yang tidak
akan bersanksi hukum. Selain pertanggungjawaban politik dan pertanggungjawaban moral tersebut,
dikemukakan pula pertanggungjawaban di bidang hukum yang mencakup pertanggungjawaban
pelaksanaan hukum dan pertanggungjawaban terhadap pelanggaran hukum.
Di Indonesia UUD 1945 sebagai wadah pengaturan struktur ketatanegaraan dan sistem
pemerintahan negara Republik Indonesia mulai berlaku sejak 18 Agustus 1945,60 dan sudah empat kali
diubah sejak tahun 1999.61 Sebelum perubahan, UUD 1945 menentukan lembaga-lembaga negara, dan
dengan putusan MPR, diklasifikasikan menjadi Lembaga Tertinggi Negara dan Lembagalembaga Tinggi
Negara.62 MPR merupakan lembaga tertinggi negara, sedangkan DPR, Presiden, DPA, BPK, dan MA
dikatagorikan sebagai lembaga tinggi negara. MPR merupakan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat
{Pasal 1 Ayat (2)}, yang terdiri dari anggota-anggota DPR, utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan {Pasal 2 Ayat (1)}. Hal itu berarti bahwa MPR merupakan satu-satunya lembaga
negara yang mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dan menempatkannya pada
posisi supremasi (supreme body), namun tetap dalam batas-batas ketentuan dalam UUD.63 Sebagai
penjelamaan seluruh rakyat, MPR memiliki kekuasaan untuk menetapkan UUD dan garis-gais besar
haluan negara (Pasal 3), memilih presiden dan wakil presiden {Pasal 6Ayat (2)}, dan mengubah UUD
(Pasal 37).
Kekuasaan MPR tersebut mengalami perluasan dan penyempitan sebagai konsekuensi dari
pengklasifikasian secara limitatif menjadi tugas dan wewenang MPR di dalam Ketetapan MPR sejak
1973 hingga 2002. Dalam kaitan dengan sistem pemerintahan, di sini tampak bahwa salah satu
kekuasaan MPR adalah memilih presiden dan wakil presiden. Dengan demikian, presiden dan wakil
presiden tidak dipilih secara langsung oleh rakyat, seperti di Amerika Serikat dan Filipina. Di samping
itu, MPR bukan pula suatu badan pemilih khusus seperti yang dikenal dalam Konstitusi Perancis 1958,
sebab MPR bukanlah badan yang bertugas khusus untuk itu, melainkan memiliki kekuasaan lain seperti
tersebut di atas. Oleh karena itu, pemilihan Presiden Republik Indonesia tidak dengan jelas
mencerminkan karakter parlementer, tetapi pasti bukan presidensil. Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan negara menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 4 Ayat 1),
membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR, dan menetapkan peraturan pemerintah untuk
melaksanakan UU (Pasal 5). Di bidang legislasi, tampak dominasi eksekutif terhadap legislatif (DPR).
Sebab Presiden yang mempunyai kekuasaan membentuk undang-undang, sedangkan DPR hanya
mempunyai hak inisiatif dan hak amandemen. Hal itu diperjelas lagi dengan Penjelasan Pasal 5 Ayat (1)
bahwa: “Kecuali executive power, Presiden bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
menjalankan legislative power dalam negara.”
Dengan demikian jelas tampak karakter parlementer dalam bidang legislasi. Hal itu ditunjukkan
pula oleh bahwa ketentuan Pasal 5 Ayat (1) tidak sesuai dengan kelaziman dalam teori dan praktek
dimana kekuasaan legislatif dijalankan oleh badan perwakilan dan penjelasan Pasal 5 Ayat (1) tersebut
“berbau” sistem parlementer. Selain menjalankan fungsi eksekutif dan legislatif, Presiden juga sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara (Pasal 10);
menyatakan perang, membuat perdamaian dan mengadakan perjanjian dengan negara lain atas
persetujuan DPR (Pasal 11); menyatakan keadaan bahaya berdasarkan UU (Pasal 12); mengangkat duta
dan konsul dan menerima duta negara lain (Pasal 13); memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi
(Pasal 14), dan memberikan gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal 15). Di sini dengan
jelas tampak karakter parlementer. Dalam menjalankan kekuasaannya Presiden dibantu oleh seorang
wakil presiden (Pasal 4 Ayat 2) dan menteri-menteri yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
(Pasal 17). Oleh karena itu, menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada
Presiden. Hal ini mencerminkan karakter pemerintahan presidensil. Presiden dan Wakil Presiden dipilih
untuk masa jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali (Pasal 7). Ketentuan ini
tidak memberikan kepastian masa jabatan Presiden, ada kemungkinan Presiden memegang jabatan
kurang dari lima tahun karena diberhentikan di tengah masa jabatan. Hal ini berkaitan dengan kedudukan
MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat, sedangkan Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada
MPR.

Anda mungkin juga menyukai