Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : EVA SILVIA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043346324

Tanggal Lahir : 13 Oktober 1999

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4213/Sistem Politik Indonesia

Kode/Nama Program Studi : 50/Ilmu Administrasi Negara S1

Kode/Nama UPBJJ : 22/SERANG

Hari/Tanggal UAS THE : MINGGU/26 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : EVA SILVIA


NIM : 043346324
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4213/Sistem Politik Indonesia
Fakultas : FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara-S1
UPBJJ-UT : 22/SERANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Tangerang, 26 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

EVA SILVIA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Jawaban

Menurut David Easton setidaknya ada tiga hal mendasar yang harus diperhatikan dalam
membahas sistem politik (Easton, 1992: 181-184).
 sistem ditandai dengan adanya saling ketergantungan antarunit yang berada di dalamnya. Hal
ini menunjukkan adanya koherensi.
 sistem haruslah bersifat netral, bebas dari pengaruh ideologi.
 sistem mengacu pada dua hal, co-varience dan ketergantungan antarunit yang membangun
sistem. Perubahan salah satu unit dalam sistem akan mempengaruhi unit yang lain dalam
sebuah sistem.

David Easton menjelaskan bahwa yang membedakan sistem politik dengan sistem yang lain
adalah dari segi definisi politik itu sendiri. Politik adalah perjuangan individu atau kelompok
untuk menguasai nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, dalam sistem politik terdapat prinsip alokasi
nilai-nilai sosial (the authoritative allocation of social value). Namun, perbedaan sistem politik
dengan sistem yang lain tidak lantas membentuk jurang pemisah. Sebuah sistem dapat menjadi
input bagi sistem yang lain, dan sebaliknya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam sistem politik secara umum adalah input, konversi (proses),
output, feedback, dan lingkungan (Easton, 1992: 193-195). Adanya input yang berupa tuntutan
dan dukungan, kemudian dilanjutkan dengan konversi dan pada akhirnya menjadi output, berupa
keputusan atau kebijakan. Setelah menjadi output, ada umpan balik melalui lingkungan yang
kemudian akan kembali lagi mempengaruhi input.
Pada kasus pemberlakuan UU cipta kerja input tuntutan yang diberikan oleh MK menilai
pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja tidak didasarkan pada cara dan metode yang pasti,
baku, dan standar, serta sistematika pembentukan Undang-undang, selain itu terjadi perubahan
penulisan pada beberapa substansi pasca persetujuan bersama DPR dan Presiden serta
bertentangan dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan sehingga MK
menyatakan bahwa proses pembentukan dari Undang-Undang No.11 Tahun 2020 ialah tidak
memenuhi ketentuan UUD 1945 sehingga harus dinyatakan Cacat Formil. Kemudian input
dukungan nya adalah Mahkamah berpendapat untuk menghindari ketidakpastian hukum serta
memberikan dampak yang lebih besar maka Undang-Undang No.11 Tahun 2020 dinyatakan
Inkonstitusional secara bersyarat. Putusan mengenai Inkonsitusional Bersyarat ini diambil
dikarenakan Mahkamah Konsitutsi harus menyeimbangkan antara syarat pembentukan
Undang-undang yang harus dipenuhi sebagai syarat formil sehingga mendapatkan undang-
undang yang memenuhi unsur kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan serta juga
mempertimbangkan tujuan strategis dari dibentuknya Undang-Undang Cipta Kerja. Kemudian
konversinya adalah Undang-Undang Cipta Kerja dilakukan perbaikan guna memenuhi cara atau
metode yang pasti, baku, dan standar, serta memenuhi asas-asas pembentukan undang-undang
khususnya yaitu asas keterbukaan dengan menyertakan partisipasi masyarakat yang maksimal
dan lebih bermakna. Dengan demikian akan menghasilkan output yang mana dapat di mengerti
dan jelas kepastian hukumnya serta dapat di terapkan sehingga akan berpengaruh terhadap
input

2. Jawaban

Birokrasi Menjadi Kekuatan Politik di Era Reformasi


Pada era reformasi usaha untuk melepaskan birokrasi dari kekuatan dan pengaruh politik gencar
dilakukan. BJ Habibie, Presiden saat itu, mengeluarkan PP Nomor 5 Tahun 1999 (PP No.5 Tahun
1999), yang menekankan kenetralan pegawai negeri sipil (PNS) dari partai politik. Aturan ini
diperkuat dengan pengesahan UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
untuk menggantikan UU Nomor 8 Tahun 1974.Perubahan struktur, kultur dan paradigma
birokrasi dalam berhadapan dengan masyarakat menjadi begitu mendesak untuk segera dilakukan
mengingat birokrasi mempunyai kontribusi yang besar terhadap terjadinya krisis
multidimensional yang tengah terjadi sampai saat ini. Aturan lainpun di terbitkan seperti;Tap
MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN; Undang-
undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN; dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Namun, harapan terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelanggan sebagaimana
birokrasi di negara-negara maju tampaknya masih sulit untuk diwujudkan.Kecenderungan
birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi, tampaknya belum sepenuhnya dapat
dihilangkan dari kultur birokrasi di Indonesia. Inefisiensi kinerja birokrasi dalam penyelengaraan
kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik masih tetap terjadi pada masa reformasi.
Birokrasi sipil termasuk salah satu sumber terjadinya inefisiensi pemerintahan. Inefisiensi
kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik terlihat dari masih sering terjadinya kelambanan dan
kebocoran anggaran pemerintah. Jumlah aparat birokrasi sipil yang terlampau besar merupakan
salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap inefisiensi pelayanan birokrasi. Dalam
praktiknya, struktur dan proses yang dibangun merupakan instrumen untuk mengatur dan
mengawasi perilaku masyarakat, bukan sebaliknya untuk mengatur pemerintah dalam tugasnya
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Jawaban

Mengenai kewenangan legislasi, sesungguhnya lembaga yang diberikan kewenangan untuk


mengajukan, membentuk dan mengesahkan undang-undang di bawah Undang-Undang Dasar
jelas tertulis di dalam Konstitusi Republik Indonesia adalah DPR sebagaimana telah dijelaskan
pada Pasal 20A, di mana tertulis DPR memiliki beberapa fungsi kelembagaan, yaitu fungsi
legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi budgeting (anggaran). Di sisi lain, Indonesia sendiri
mengenal pemisahan dan pembagian kekuasaan antara Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif yang
secara langsung diperintah oleh UUD Republik Indonesia Tahun 1945.
Contohnya DPR dinilai kurang sungguh-sungguh dalam upaya menyelesaikan target pembahasan
RUU, upaya lobi DPR ke pemerintah belum maksimal, dan dinamika politik di DPR. Kinerja
legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terus mendapat sorotan publik. Sebab, kinerja legislasi
DPR terutama target penyusunan dan pembahasan Rancangan UU (RUU) dinilai semakin
menurun. Sebanyak 50 RUU yang ditetapkan dalam daftar Program Legislasi Nasional
(Prolegnas). Namun, hingga masa persidangan V dibuka sejak 16 Mei lalu hingga 26 Juli 2018
hanya mampu merampungkan 4 RUU Prolegnas dan 2 RUU kumulatif terbuka.
Penyebabnya adalah DPR dinilai kurang bekerja sungguh-sungguh dalam upaya menyelesaikan
target pembahasan RUU, upaya lobi DPR ke pemerintah sebagai mitra pembahasan RUU juga
belum maksimal serta dinamika politik di parlemen menjadi bagian penyebab molornya
pembahasan RUU, seperti fenomena pembelahan partai oposisi dan pemerintah di parlemen yang
pada kenyataannya menghambat produktivitas DPR.

4. Jawaban
Setelah proklamasi kemerdekaan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, maka Republik Indonesia
harus menentukan arah kebijakan luar negeri negara. Hal ini dilakukan untuk membangun
hubungan dengan negara lain. Konsep yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
(UUD) 1945 dan berkembangnya Perang Dingin/perang Dunia II menjadi dasar pemikiran politik
bebas aktif yang diterapkan Indonesia.
Pada dasarnya, politik luar negeri sendiri merupakan seperangkat kebijakan yang diterapkan oleh
suatu negara dalam hubungan dengan negara lain, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
negara yang bersangkutan maupun kepentingan negara yang bersangkutan.
Adapun landasan utama politik luar negeri ideal bagi Indonesia adalah dasar negara, yaitu
Pancasila. Selain itu, ada landasan konstitusional dimana dalam pelaksanaan politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif harus sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Dimana, tujuan dari politik bebas aktif NKRI sendiri adalah untuk taat dan patuh kepada tujuan
awal nasional bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945.
Dalam pasal 3 UU Nomor 37 tahun 1999, bebas aktif artinya adalah Indonesia bebas menentukan
sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional serta tidak mengikatkan diri secara
a priori pada kekuatan dunia manapun.
Tidak Memihak
Saat Perang Dingin/ Perang Dunia II berlangsung, Amerika dan blok Rusia saling berlomba
dalam senjata dan saling menyerang satu sama lain. Akan tetapi Indonesia memilih jalur yang
berbeda yaitu tidak memihak kepada blok manapun. Indonesia dalam hal ini menjadi bukti bahwa
selain tidak memihak, juga menjadi negara yang bebas dari pengaruh bangsa lain.
Dalam hal ini Indonesia juga tidak ikut campur tangan dalam masalah kedua blok. Dalam kasus
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia tidak ingin mengimbangi blok besar dunia akan
tetapi Indonesia ingin tujuan perdamaian dunia tercapai. Sikap yang diterapkan oleh bangsa
Indonesia kepada bangsa-bangsa lain kemudian menjadi pondasi yang kuat dalam politik luar
negeri Indonesia. Maka politik luar negeri Indonesia ini sering disebut dengan politik bebas aktif.
Politik bebas aktif ini mempunyai maksud bahwa dalam menjalankannya, Indonesia tidak
memihak pada kepentingan suatu blok lain akan tetapi Indonesia juga aktif dalam kegiatan
memelihara tujuan perdamaian dunia dengan meredakan berbagai perseteruan yang ada diantara
dua blok besar. Selain itu Indonesia juga bebas untuk mengadakan persahabatan dengan negara-
negara yang ada di dunia tanpa adanya saling permusuhan tetapi lebih mengedepankan sikap
menghargai keberadaan negara itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai