Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : AGUNGPAMBUDI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030690296

Tanggal Lahir : 05 Oktober 1997

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP 4213 / SISTEM POLITIK INDONESIA

Kode/Nama Program Studi : 71/ ILMU PEMERINTAHAN

Kode/Nama UPBJJ : 42/ Semarang

Hari/Tanggal UAS THE : Minggu / 26 JUNI 2022

Tanda Tangan peserta ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : agung pambudi

NIM : 030690296

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP 4213 / SISTEM POLITIK INDONESIA

Fakultas : FHISIP

Program Studi : ILMUPEMERINTAHAN

UPBJJ-UT : SEMARANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

BATANG ., 26 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

Agung Pambudi
1. Analisis lah unsur-unsur yang terdapat dalam pendekatan sistem politik menurut Easton dengan
menggunakan contoh kasus pemberlakuan Undang-Undang no. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
atau Omnibus Law agar dapat memahami alur kerja sebuah sistem politik!

Jawab :
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendekatan sistem politik menurut Easton adalah input, konversi
(proses), output, feedback, dan lingkungan Undang-Undang no. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau
Omnibus Law
 BAB I KETENTUAN UMUM (Halaman 3)
 BAB II ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP (Halaman 4)
 BAB III PENINGKATAN EKOSISTEM INVESTASI DAN KEGIATAN (Halaman 6)
 BAB IXA BADAN PERCEPATAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN (Halaman 318)
 BAB IV KETENAGAKERJAAN (Halaman 533)
 BAB V KEMUDAHAN, PERLINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL,
DAN MENENGAH (Halaman 572)
 BAB VI KEMUDAHAN BERUSAHA (Halaman 589)
 BAB VIIA KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL YANG BERKAITAN DENGAN PAJAK DAN RETRIBUSI
(Halaman 669)
 BAB VII DUKUNGAN RISET DAN INOVASI (Halaman 687)
 BAB V KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM, RISET, DAN INOVASI (Halaman 688)
 BAB VIII PENGADAAN TANAH (Halaman 689)
 BAB IX KAWASAN EKONOMI (Halaman 710)
 BAB X INVESTASI PEMERINTAH PUSAT DAN KEMUDAHAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL
(Halaman 734
 BAB XI PELAKSANAAN ADMINISTRASI PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG CIPTA KERJA (Halaman
749)
 BAB XII PENGAWASAN DAN PEMBINAAN (Halaman 764)
 BAB XIII KETENTUAN LAIN-LAIN (Halaman 766)
 BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN (Halaman 768)
 BAB XV KETENTUAN PENUTUP (Halaman 768)

Adanya input berupa tuntutan dan dukungan, dilanjutkan dengan konversi dan ada akhirnya menjadi
output berupa keputusan atau kebijakan. Setelah menjadi output, ada umpan balik melalui
lingkungan yang kemudian akan kembali lagi mempengaruhi input.

Dalam skema sistem politiknya, David Easton menyebutkan input sebagai salah satu komponen
dalam sistem kerjanya. Input ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: (1) Input tuntutan, dan (2) Input
dukungan. Mengenai input tuntutan Profesor Easton menyebutkan bahwa ada alasan mengapa
suatu sistem politik terbentuk dalam suatu masyarakat-yaitu, mengapa orang melibatkan diri dalam
kegiatan politik adalah adanya tuntutan-tuntutan dari orang-orang atau kelompok-kelompok dalam
masyarakat tersebut yang tidak semuanya dapat dipenuhi dengan memuaskan. Menurutnya ada
satu fakta yang mendominasi kehidupan politik semua masyarakat: yaitu kelangkaan akan sebagian
besar hal-hal atau benda-benda yang bernilai tinggi. Tuntutan-tuntutan oleh masyarakat ini bisa
memengaruhi pemerintah dalam menghasilkan output.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem politik Easton ini akan bekerja dengan mengandalkan dua
input, yaitu tuntutan dan dukungan. Jika kedua input itu sudah ada, maka sistem akanberjalan sesuai
skema dan akhirnya menghasilkan output. Output ini berupa keputusan dari pemerintah atau biasa
disebut kebijakan.
Untuk mengaplikasikan skema sistem politik David Easton ini saya akan mengambil contoh kasus
pemberlakuan UU no. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja atau Omnibus Law Input tuntutan yang
akan tedapat di dalam kasus ini adalah tuntutan untuk tidak mengesahkan UU Omnibus Law yang
disampaikan hampir seluruh lapisan masyarakat. Tentu sangat jelas mengapa banyak masyarakat
yang menolak UU Omnibus tersebut. Yang menjadi penyebab utama adalah efek domino/ banyak
kerugian bagi para buruh yang akan ditimbulkan oleh UU Omnibus Law.

2. Soal !
Dinamika Partai politik di Indonesia mengalami pasang surut. Setelah kuat di era parlementer dan
dilemahkan di era demokrasi terpimpin dan Orde Baru, partai politik kembali menguat di era
reformasi dan memiliki peranan signifikan dalam menentukan arah demokrasi. Analisislah kekuatan
partai politik di Indonesia era reformasi yang menghadirkan fenomena supremasi partai ini!

Jawab :
Kekuatan parpol di Indonesia pada masa era reformasi yang merepresentasikan fenomena
supremasi akan menjadi poin bagus bagi parpol untuk meningkatkan kualitasnya. Sebagai
lembaga pro-demokrasi yang strategis, pengembangan kelembagaan partai politik di doi moi
Indonesia masih kurang. Selain banyak dipengaruhi oleh kasus korupsi dan perilaku kader
parlemen, baik di pusat maupun di daerah, partai politik seringkali dipandang sebagai instrumen
demokrasi yang paling bermasalah.
Kecenderungan ini harus dikoreksi agar partai tidak terjebak dalam situasi dekonstitusional,
yang akan berdampak negatif pada perkembangan demokrasi dan kepercayaan pemilih
terhadap partai dan demokrasi. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah membenahi
organisasi partai. Strategi perbaikan yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan
rekrutmen intra partai sehingga parpol memiliki sumber kader yang berkualitas. Selain itu,
partai politik, suka tidak suka, harus memiliki sumber yang jelas dan legal. Toh, memiliki
pemimpin, kehadirannya tidak “mengosongkan” mobil kelembagaan partai, tetapi proses
pengisian jabatan strategis lebih bertumpu pada kapasitas kader. Artinya, proses kaderisasi
harus berkembang sedemikian rupa sehingga institusi dan struktur partai tidak terkooptasi oleh
kepentingan individu atau pemimpinnya, apalagi dipengaruhi oleh kekuatan politik, manfaat
kekerabatan politik.

3. Soal !
Lembaga legislatif memiliki fungsi legislasi dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif. Namun
demikian, fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan maksimal karena kuatnya dominasi lembaga eksekutif.
Analisislah hal tersebut dengan disertai contoh yang relevan!

Jawab :
Analisislah hal tersebut dengan disertai contoh yang relevan

a. Efektifitas fungsi legislasi

UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, menempatkan Badan Legislasi sebagai
elemen kunci dalam pelaksanaan fungsi DPR sebagai legislator. Sebagai pemain kunci
dalam menjalankan fungsi legislasi, Badan Legislatif memiliki tiga kekuatan besar.
Pertama, menyusun dan mengkoordinasikan Rencana Program Legislatif Nasional.
Kedua, siapkan faktur. Ketiga, menciptakan harmoni, mengumpulkan dan menstabilkan
tagihan yang diajukan oleh anggota, komISI, atau DPD. Dengan kewenangan ini sejauh
ini Badan Legislatif dapat bertindak sebagai wali kualitas dan pengawasan politik
lembaga legislatif DPR. Terutama tentang otoritas harmonisasi, kelengkapan, dan
kematangan konsep, karena didasarkan pada praktik yang baik Dalam prosesnya,
seringkali usulan RUU yang dibuat oleh delegasi atau panitia seringkali tidak konsisten.

antara bahan dan tujuannya. Seperti perlengkapan lainnya, semua fraksi menempatkan
anggotanya di Baleg. Kelompok memainkan peran penting dalam mengendalikan
kegiatan anggota mereka dan mempengaruhi mereka pada strategi Baleg sebagai
sebuah organisasi. Peran strategis fraksi tidak hanya melekat wewenang dalam
membuat keputusan yang secara langsung mempengaruhi kinerja Baleg. Hasil evaluasi
anggota Baleg akan dipantau oleh seluruh fraksi. Mengingat fungsi yang terbatas ini,
Badan Legislatif harus diganti dengan: Komisi Legislatif saja. Karena fungsi utamanya
dapat dilimpahkan kepada KPU dan harmonisasi dan sinkronisasi dapat dilakukan oleh
unit khusus.

b. Efektifitas fungsi pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan fungsi yang memegang peranan kunci dalam mendorong
pertanggungjawaban operasi pemerintah. Fungsi ini berjalan sesuai dengan siklus
legislatif dan fungsi penganggaran. Hasil pemantauan dapat dikumpulkan kapan saja dan
dipantau selama pemantauan juga setiap saat. Namun, pelacakan Pengawasan itu
mengikuti proses legislasi dan anggaran DPR. Jadi Dengan demikian, fungsi pengawasan
menempati posisi yang agak sentral dan strategis.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Tim Peningkatan Kinerja DPR RI,
teridentifikasi dua hal pada fungsi monitoring khususnya di satu sisi efektivitas
monitoring melalui rapat masih rendah. Efektivitas pengawasan yang rendah bisa
diartikan pengawasan DPR telah gagal mungkin sudah cukup diikuti karena DPR dalam
rapat panitia tidak memberikan data dan indikator apa yang harus dicapai pemerintah
setelah pemantauan mengadakan. Untuk kesepakatan yang akan dibuat dalam rapat
pengawasan
dijelaskan secara sepihak oleh pemerintah. Jadi check and balance juga berfungsi
belum efektif dilaksanakan.

Kedua, aspirasi masyarakat/pemilih ketika anggota melakukan pengawasan di daerah


Kegiatan tertentu (kunjungan kerja) seringkali tidak diikuti dengan benar. Itu penting Hal
ini dimungkinkan karena program pengawasan tidak menjadi prioritas bagi fraksi. Sampai
sekarang Fraksi mengutamakan masalah yang berkaitan dengan fungsi legislasi dan
fungsi anggaran. Kecuali masalah menjadi perhatian media atau melibatkan persaingan
antar pihak Politik.

Fungsi pemantauan ini digunakan dalam praktik untuk kebijakan transaksi untuk
menguntungkan kelompok tertentu untuk menutupi praktik korupsi dan bukan
mewujudkan pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih. Misalnya
penangkapan Lumpur Lapindo, Kuesioner BBM dan terakhir bank century
anggota DPRRI. Aspirasi masyarakat berdasarkan hasil kunjungan bisnis seringkali tidak
terpenuhi. Oleh karena itu, di awal rapat kerja perlu ada program serah terima
selanjutnya.

kesimpulan rapat terakhir yang dipimpin oleh pemerintah. Demikian pula untuk DPR
mampu melakukan checks and balances yang efektif, DPR harus melakukan kunjungan
individu, antar fraksi dan antar panitia dalam pengawasan sektoral dan daerah
Persoalan yang muncul dalam fungsi legislasi juga sering muncul dalam fungsi fungsi
legislasi. pemantauan. Misalnya, perencanaan yang buruk, diskusi yang berulang dan
terhapus, serta partisipasi anggota yang minim. Beberapa masalah ini dapat diselesaikan
dengan menyederhanakan sistem kepartaian di parlemen.

fungsi pengawasan DPR semakin tumpul mengingat mayoritas fraksi di DPR merupakan
pendukung pemerintah

Karena kualitas oposisi yang lemah dan tak objektif serta komposisi oposisi yang tidak
sebanding dengan koalisi hal ini membuat mereka tak mampu mengimbangi kekuatan
pendukung pemerintah atau koalisi di parlemen. Oposisi juga terlalu sibuk dengan
urusan mereka sendiri sehingga abai mengontrol dan mengkritik kerja pemerintah
sehingga tidak adanya kestabilan atau control terhadap pemerintah yang mengakibatkan
cek and balance tidak berlangsung secara optimal secara konstruktif,perhatian DPR yang
sempat sibuk menyasar PKPU Nomor 20 Tahun 2018 yang memuat larangan mantan
narapidana korupsi, kekerasan seksual pada anak dan bandar narkoba menjadi calon
anggota legislatif. Padahal, DPR seharusnya waktu itu memiliki motivasi yang positif
untuk mendukung pemilihan yang berintegritas serta mewujudkan parlemen yang bersih
ke depannya.Padahal, DPR seharusnya waktu itu memiliki motivasi yang positif untuk
mendukung pemilihan yang berintegritas serta mewujudkan parlemen yang bersih ke
depannya. Contoh lainnya adalah ketika pengambilan sebuah ketetapan perancangan
aturan Perundang-undangan Omnibus law atau undang-undang cipta kerja ada 2 fraksi
yang menolak atas halt sb yakni pihak oposisi akan tetapi dengan kekuatan yang tak
sebanding membuat kekuatan atau pihak yang kontra akan tetap mengalami kekalahan
suara untuk memperjuangkan penolakan terhadap pihak yang mayoritas.

Anggota DPR sibuk memanfaatkan fungsi pengawasannya untuk memperjuangkan


kepentingan mereka sendiri dibandingkan kepentingan masyarakat luas. DPR juga
dinilainya tak maksimal dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN. Padahal,
peran tersebut diharapkan mendukung harapan masyarakat agar anggaran negara yang
digunakan tepat sasaran. Serta peran DPR seharusnya menjadi ujung aspirasi dan
perjuangan suara rakyat yang nantinya akan membawa perubahan yang baik akan tetapi
malah anggota dewan atau parpol ini menjadikan suara rakyat dengan
memanfaatkannya atau kendaraan bagi parpol atau anggota dewan untuk menuju
kepentingan yang terselebung yakni dengan kepentingan pribadi atau golongan bahkan
menjadi tameng atau alat para pengusaha besar untuk alat pesanan peraturan
perundang-undangan yang dimana akan menguntungkan pihak pengusaha besar
tersebut.
4. Soal !
Konsep kebijakan luar negeri bebas aktif yang dianut oleh Indonesia memiliki makna tidak memihak
salah satu blok mana pun dan aktif menggalang kerjasama internasional dalam mengupayakan
perdamaian dunia. Analisislah latar belakang yang melandasi lahirnya prinsip bebas aktif dalam politik
luar negeri Indonesia ini!

Jawab :
Politik Indonesia Bebas Aktif dapat diartikan sebagai berikut :
 Bebas, artinya Bangsa Indonesia bebas untuk memilih negara mana yang akan diajak bekerja sama
serta tidak mencampuri urusan blok barat atau timur.
 Aktif, artinya Indonesia aktif dalam bekerjasama dan tanggap dengan keadaan dunia.

Latar Belakang Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia

Keinginan Indonesia pada awal kemerdekaannya untuk tidak memihak dalam perang dingin
tersebut selain untuk meredakan ketegangan yang ada juga dilatarbelakangi oleh Kepentingan
nasional Indonesia saat itu, yaitu mencari dukungan dunia Internasional terhadap perjuangan
kemerdekaannya.politik bebas aktif mulai munculSejak Munculnya du blok besar yaitu blok
barat dan blok timur.Blok barat dipimpin oleh Amerika dengan ide demokrasi dan blok timr
dipimpin oleh Uni Soviet dengan ide komunis Beberapa negara yang memiliki kerjasama baik
dengan Amerika atau Rusia mulai Memilih blok Sedangkan Indonesia sendiri memilih tidak
condong baik ke blok barat ataupun blok timur.

Bersama dengan negara lain yang baru saja terbebas dari penjajahan, Indonesia tergabung dan
ikut andil dalam GNB (Gerakan Non - Blok) dan ASEAN, serta perjanjian wilayah anti nuklir.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia telah tercatat bahwa Mohammad Hatta menawarkan
konsep politik luar negeri bebas aktif dalam pidatonya yang berjudul “Mendayung diantara Dua
Karang” yang disampaikannya pada tanggal 2 September 1948 di depan KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat) bahwa Indonesia seharusnya menentukan sikap tersendiri terhadap
pertarungan internasional (dalam hal ini dimaknai pertarungan internasional yang dimaksud
adalah perang yang terjadi antara blok barat dan blok timur) dan bukan menjadi objek politik
internasional.

Kenetralan bangsa Indonesia terhadap kedua kubu didukung dengan disusunnya Pancasila
sebagai dasar negara dan UUD (Undang-Undang Dasar) 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia. Pada tahun 1960 Soekarno menyampaikan kembali bahwa Indonesia menganut
politik luar negeri bebas aktif dalam pidatonya yang berjudul “Revolusi Kita” yang berbunyi
“Pendirian kita yang Bebas-Aktif itu, secara setapak demi setapak harus dicerminkan dalam
hubungan ekonomi dengan luar negeri, agar supaya tidak berat sebelah ke Barat atau ke Timur”

Pelaksaan politik luar negeri bebas aktif oleh negara Indonesia dilandasi oleh 3 (tiga) hal yang meliputi:
 Landasan idill
 Landasan konstitusional
 Landasan operasinal
1. Landasan Idill
Landasan idill merupakan suatu prinsip yang di dasarkan pada dasar negara yang mana Indonesia
memiliki Pancasila sebagai dasar negaranya. Pancasila memuat seluruh pedoman dasar tentang
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara oleh dan untuk bangsa Indonesia seperti yang
tertuang dalam sila-silanya yang berbunyi:
 Sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”
 Sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
 Sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia”
 Sila ke-4 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”
 Sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2. Landasan Konstitusional Landasan konstutisonal yang dimaksud disini adalah suatu dasar politik
luar negeri bebas aktif yang termuat di dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD 1945,
adapun diantaranya adalah:

 Pembukaan UUD 1945 Alinea I, dalam alinea I yang berbunyi “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan” telah jelas bahwa
negara Indonesia menentang adanya penjajahan.

 Pembukaan UUD 1945 Alinea IV, dalam alinea IV tertuang tujuan nasional negara Indonesia
yang mencerminkan bahwa indonesia mendukung adanya politik luar negeri bebas aktif yang
berbunyi “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial…”

 UUD 1945 Pasal 11, pada pasal 11 yang telah diamandemen berbunyi “Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain”.

 UUD 1945 Pasal 13, pasal 13 memuat tentang duta dan konsul negara Indonesia dan selama ini
sempat mengalami perubahan/amandemen, dalam :

ayat (1) berbunyi “Presiden mengangkat duta dan konsul”,


ayat (2) berbunyi “Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat”
ayat (3) berbunyi “Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”.

3. Landasan Operasional Sesuai dengan namanya, operasional berarti pelaksanaan sehingga


landasan operasional merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam melaksanakan politik luar
negeri oleh negara Indonesia yang meliputi:

 UU (Undang-Undang) No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri


 Tap MPR (Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat) tentang GBHN (Garis-garis Besar
Haluan Negara), namun setelah dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945 GBHN tidak
berlaku lagi karena presiden tidak bertanggung jawab lagi terhadap MPR melainkan kepada
konstitusi demi kedaulatan rakyat (Baca juga : Fungsi GBHN)
 Kebijakan presiden
 Kebijakan menteri luar negeri

Landasan operasional ini selalu berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pada suatu periode
pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai