Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ISU DASAR DALAM PERKEMBANGAN REMAJA

Dosen Pengampu :
Srikandi Octaviani, M.Pd

Disusun Oleh :
BINTANG SAGESTI

Prodi : PBSI
Semester : II

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
METRO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang "Isu Dasar Dalam Perkembangan Remaja". Pada
mata kuliah Psikologi Umum dan Perkembangan.

Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca


terutama diri kami pribadi dan dapat menambah wawasan tentang materi yang
kami bahas dalam makalah ini.

Metro, Juni 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

2.1. Pengertian Isu-isu Penting dalam Psikologi Perkembangan .................... 3


2.2. Konsep Transisi Perkembangan Remaja .................................................. 5
2.3. Konsep Storm And Stress Pada Remaja ................................................... 10

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi perkembangan merupakan bagian dari disiplin ilmu psikologi yang


menitikberatkan studi pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur
fisik, perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap
perkembangannya. Mempelajari psikologi perkembangan tidak hanya berguna
bagi orang tua dan guru dalam memberikan konseling kepada anak sesuai
dengan tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri
kita sendiri. Psikologi perkembangan akan memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang sejarah perjalanan kita sendiri. Lebih dari itu, psikologi
perkembangan juga berguna sekali bagi pengambilan keputusan dalam
merumuskan program-program bantuan bagi anak-anak remaja.

Seiring dengan perkembangan masyarakat kontemporer yang ditandai


dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi
kehidupan individu, psikologi pekembangan semakin dirasakan kegunaannya
oleh masyarakat. Masyarakat semakin menyadari betapa individu (anak-anak,
remaja, dan dewasa) di zaman modern ini berkembang dengan pesat serta
masalah-masalah yang dihadapi di era kini. Perkembangan dan permasalahan-
permasalahan ini perlu dipelajari dan dicari penyelesaiannya dengan suatu ilmu
yang tepat.

Dalam studi psikologi perkembangan terdapat berbagai teori yang berbeda-


beda, baik dari segi isi atau pokok pembahasan, metode penelitian maupun sifat
formalnya. Adanya suatu studi tentunya memiliki isu-isu penting yang dibahas.
Begitu juga dengan psikologi perkembangan, ada beberapa isu-isu penting yang
krusial dalam perkembangan manusia dari lahir sampai meninggal dunia yang
dibahas dari sisi psikologis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan isu-isu penting dalam psikologi
perkembangan?
2. Bagaimana Konsep Transisi Perkembangan Remaja?
3. Seperti apa Konsep Storm And Stress Pada Remaja?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
2. Untuk mengetahui Konsep Transisi Perkembangan Remaja?
3. Untuk mengetahui Konsep Storm And Stress Pada Remaja?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isu-isu Penting dalam Psikologi Perkembangan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, isu diartikan sebagai masalah yang
dikedepankan untuk ditanggapi. Sementara penting berarti utama, pokok, dan sangat
berharga. Dengan demikian, isu-isu penting dalam psikologi perkembangan berarti
masalah-masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi yang bersifat pokok dalam dunia
psikologi perkembangan.
Psikologi perkembangan mempelajari proses penuaan. Pertanyaan tentang
pengaruh nature dan nurture, periode kritis dan sensitif, kontinuitas dan diskontinuitas,
stabilitas dan perubahan telah membimbing banyak penelitian tentang perkembangan.
Dalam studi psikologi perkembangan terdapat berbagai teori yang berbeda-beda,
baik dari segi isi atau pokok bahasan, metode penelitian maupun sifat formalnya.
Meskipun terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, namun studi psikologi
perkembangan yang dilakukan pada dasarnya mengacu pada empat isu utama (Desmita,
2013:28), yaitu:
a) Sifat dasar manusia
b) Sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan
c) Kontribusi nature dan nurture pada perkembangan
d) Esensi perkembangan
Untuk lebih memahami keempat isu dasar dalam studi psikologi perkembangan
tersebut, penguraiannya adalah sebagai berikut.
a) Sifat dasar manusia
Perkembangan erat kaitannya dengan sifat dasar manusia. Sementara sifat dasar
manusia berkaitan pula dengan bagaimana alam semesta berproses.
b) Sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan
Perkembangan kualitatif dapat diartikan sebagai perkembangan dalam jenis
atau tipe, (misalnya perubahan telur menjadi ulat, kepompong, kemudian menjadi
kupu-kupu). Munculnya karakteristik baru, tidak dapat direduksi ke elemen
sebelumnya. Perkembangan ini biasanya melibatkan perubahan strukutur atau
organisasi.

3
Sementara itu, perkembangan kuantitatif adalah perkembangan yang
menyangkut jumlah, frekuensi atau derajat, antara lain menyangkut peningkatan
efisiensi dan konsistensi. Perkembangan ini bersifat gradual, terjadi dalam bentuk
penambahan sedikit demi sedikit, (misalnya penambahan bagian pengetahuan,
kebiasaan dan keterampilan yang diperoleh selama perkembangan).
Beberapa perilaku melibatkan perubahan-perubahan baik kualitatif maupun
kuantitatif. Dalam beberapa kasus, periode perubahan kualitatif dan kuantitatif
terjadi secara bergantian. Contohnya dalam penggunaan materi, seseorang mungkin
akan menemukan penambahan jumlah bahan yang diingat dengan cara menghafal
(perkembangan kuantitatif). Penambahan memori akhirnya akan diikuti dengan
perkembangan strategi (perkembangan kuantitatif), dengan menempatkan bahan-
bahan yang diingat dari kategori yang sama dalam suatu kelompok (misalnya
makanan, perabot rumah tangga, mainan anak-anak, dan sebagainya). Penambahan
berikutnya dalam kecepatan dan ketepatan pengelompokkan bahan yang diingat
dalam kategori merupakan perkembangan kuantitatif.
c) Kontribusi nature dan nurture bagi perkembangan
Nature (alam, sifat dasar) merupakan sifat khas seseorang yang dibawa sejak
kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan nurture
(pemeliharaan, pengasuhan) dapat diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Untuk
mengungkapkan kedua faktor yang mempengaruhi perkembangan ini, digunakan
banyak istilah, seperti nativisme-empirisme, endogen-eksogen, biologi-kultur,
diperoleh-memperoleh, serta bakat-pengalaman.
Interaksi saling mempengaruhi antara nature dan nurture meliputi dasar-
dasar sebagai berikut.
1) Nature dan nurture menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah
laku.
2) Nature dan nurture tidak bisa berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi
harus selalu saling berinteraksi dalam memberikan kontribusinya.
3) Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang
majemuk, yaitu suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-
hubungan lain yang akan terjadi.

4
d) Esensi perkembangan
Dalam hal ini terdapat beberapa unit analisis tentang apa yang berkembang,
di antaranya struktur kognitif, struktur psikis, strategi proses informasi, penentuan
pola tindakan, eksplorasi persepsi, dan perangkat kejiwaan. Pandangan mengenai
esensi perkembangan ini tergantung pada asumsi teoritis dan metode penelitian
dalam beberapa dimensi (Patricia Miller, 2011:24-25) sebagai berikut.
1) Level analisis dari molekular (lebih spesifik) ke molar (lebih luas).
2) Penekanan pada struktur (organisasi perilaku, pemikiran dan kepribadian) atau
pada proses (dinamika, fungsi aspek dari sistem).
3) Isi pembahasan yang dianggap penting (misalnya kepribadian atau kognisi).
4) Penekanan pada perilaku yang tampak atau pada pemikiran atau kepribadian
yang bersifat terselubung.
5) Metodologi yang dipergunakan untuk meneliti perkembangan.

2.2 Konsep Transisi Perkembangan Remaja

1. Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada


tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds,
2001).Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi.Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah
pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan.Perubahan
fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif
(Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk


memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka.Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.Remaja
sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide
lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut.

5
3. Perkembangan kepribadian dan social

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara


individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan
perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia
& Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah
pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses
menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam
Papalia & Olds, 2001).

Beberapa transisi yang dihadapi pada masa rema

1. Transisi emosi

Secara tradisional masa remajaa disebut masa “ badai dan tekanan” suatu masa
dimana ketegangan emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar.
Adapun meningginya emosi remaja terutama karena anak laki – laki dan perempuan
berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selam masa
kanak – kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan itu. Pola emosi
remaja sama dengan pola emosi kanak – kanak perbedaannya terdapat pada rangsangan
yang membangkitkan emosi dan drajat, dan khususnya pada pengendalian latihan
individu terhadap ungkapan emosi mereka. Misalnya, perlakuan sebagai “anak kecil”
atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal – hal
lain. Remaja tidak mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang
meledak – ledak, melainkan dengan cara menggrutu, tidak mau berbicara, atau dengan
suara keras mengkritik orang – orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati
terhadap orang yang mempunyai benda lebih banyak. Remaja dikatakan berhasil
melaluimasa transisi emosi apabila ia berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan
emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan
keperluan dirinya, dia mengungkapkan emosinya dengan menilai sesuatu dengan kritis
terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Dan jika tidak berhasil melaluinya
maka remaja itu akan terus terperangkap dalm emosi yang tidak menentu dan itu sangat
berpengaruh pada perkembangan selanjutnya.

6
2. Transisi sosial

Pada masa remaja hal yang terpenting dalam proses sosialisasinya adalah
hubungan dengan teman sebaya, baik dengan sejenis maupun lawan jenis. Untuk
mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat penyesuaian baru.
Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh
kelompok sebaya, perubahan perilaku social,pengelompokan social baru, nilai – nilai
baru dalam seleksi persahabatan, nilai – nilai baru dalam dukungan danpenolakan
social, dan nilai – nilai baru dalam seleksi pemimpin. Jika berhasil melalui transisi
social ini remaja akan memperoleh kebahagiaan, sedangkan jika tidak remaja tersebut
akan mendapat kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi pada masa selanjutnya seperti
menarik diri dari pergaulan, minder dan lain sebagainya.

3. Transisi dalam agama

Sering terjadi remaja yang kurang rajin melaksanakan ibadah seperti pada masa
kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena melunturnya kepercayaan terhadap agama,
tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat
perkembangan berfikirnya yang mulai kritis. Berdasarkan penilitian kritis terhadap
keyakinan masa kanak – kanak, remaja sering merasa skeptis pada pelbagai bentuk
religious dan mulai meragukan isi religious. Bagi beberapa remaja keraguan ini dapat
membuat mereka menjadi kurang taat beragama, sedangkan remaja yang lain berusaha
untuk mencari kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan daripada
kepercayaan yang dianiut keluarganya. Remaja berfikir skeptic karena mereka berfikir
kritis terhadap segala sesuatu yang mereka hadapi, jika hal tersebut mereka anggap
memenuhi kebutuhan mereka akan menjadikan sebagai asumsi dasar tetapi jika hal
tersebut bertentangan dengna pola fikir mereka, mereka akan menjadi ragu dan mencari
kebanaran lain.

4. Transisi dalam hubungan keluarga

Dalam satu keluarga yang terdapat anak remaja, sulit terjadi hubungan yang
harmonis dalam keluarga tersebut.Keadaan ini disebabkan remaja yang banyak
menentang orang tua dan biasanya cepat menjadi marah.Sedangkan orang tua biasanya
kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja. seringkali orang
tua tua menolak untuk memperbaiki konsep mereka tentang kemampuan anak – anak

7
mereka setelah anak mereka menjadi lebih besar. Akibatnya mereka memperlakukan
anak remaja seperti mereka masih kecil, hal itu yang membuat remaja memberntak,
karena kondisi psikologis mereka berkembang, mereka ingin di hargai dan dihormati
dan diberikan kepercayaan. Mereka ingin menunjukan bahwa mereka bias, mereka
mampu untuk melakukan sesuatu.

5. Transisi dalam Moralitas

Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas
remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan
konsep moralnya.Sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu
mengendalikan tingkah lakunya sendiri.ketika memasuki asa remaja, anak – anak tidak
begit saja menerima kode moral dari orang tua, guru atau bahkan teman sebayanya.
Sekarang ia sendiri ingin membentuk kode moralnya sendiri berdasarkan konsep benar
dan salah yang telah diubah dan diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat
perkembangan yang lebih matang dan telah dilengkapi dengan hukum – hokum dan
peratutan – peraturan yang telah dipelajari dari orang tua dan gurunya. Beberapa remaja
bahkan melengkapi kode moral mereka dengan bebrapa pengetahuan yang diperoleh
dari pelajaran agama. Pembentukan kode moral terasa sulit bagi remaja karena ketidak
konsitenannya dalam kehidupannya sehari – hari. Pembentukan moral ini sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya dimasa yang akan datang. Apabila
pembentukan moral berhasil dengan baik maka remaja itu akan mendapatkan
ketenangan jiwa dan di hormati oleh orang lain, tetapi jika tidak remaja tersebut akan
mendapatkan kesengsaraan karena perilakunya yang jelek.

6. Transisi dalam kognitif

Kognitif transisi adalah fase penting dalam perkembangan anak. Ini adalah tahap
di mana remaja belajar untuk berpikir dengan cara yang lebih maju, efisien dan
kompleks dibandingkan dengan cara anak-anak. Awalnya, ketika seorang anak bergerak
ke masa remaja, dia mampu berpikir lebih baik.Ia mampu berpikir tentang kemungkinan
yang berbeda dari pada membatasi diri untuk apa yang nyata seperti anak-anak lakukan.
Dengan kata lain, seorang remaja mampu berpikir hipotetis.

8
Tahap ke dua remaja mengembangkan kemampuan untuk berpikir tentang ide-ide
abstrak.Sebagai contoh, remaja dapat memahami makna abstrak dalam permainan kata-
kata, peribahasa, metafora dan analogi.Karena seorang remaja dapat berpikir tentang
hal-hal abstrak, hal itu juga memungkinkan dia untuk maju menerapkan penalaran dan
logika untuk isu-isu sosial dan ideologis.Hal ini jelas terlihat saat remaja menunjukkan
minat dalam hubungan interpersonal, politik, filsafat, agama, moralitas, persahabatan,
iman, demokrasi, kejujuran dan keadilan.

Tahap ketiga dari transisi kognitif pada masa remaja adalah tentang proses berpikir itu
sendiri, juga dikenal sebagai metacognition. Hal ini karena fase ini dalam transisi
kognitif menunjukkan bahwa remaja lebih introspeksi dan kesadaran diri.Metakognitif
menawarkan keuntungan intelektual remaja tetapi juga mempengaruhi mereka
negatif.Mereka cenderung lebih egosentris dan selalu sibuk dengan diri mereka sendiri.

7. Transisi biologis

Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat
nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta
kematangan sosial.Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang
dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).

Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi
panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan,
mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu
kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.

Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan
tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus,
dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu
kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum
setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu

9
ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan
tumbuh bulu dada.

2.3 Konsep Storm And Stress Pada Remaja

Storm and stress adalah suatu istilah yang merujuk kepada masa remaja, dimana
pada masa tersebut remaja sedang mencari jati dirinya. Mereka sedang masa
perkembangan pikiran menuju dewasa. Psikologi memandang periode remaja sebagai
periode yang penuh gejolak dengan menamakan period of storm and stress. Arnett
menarik tiga tantangan tipikal yang secara general biasa dihadapi oleh remaja; (1)
konflik dengan orangtua, (2) perubahan mood yang cepat, dan (3) perilaku beresiko
(dalam Laugesen, 2003)

Peran teman sebaya yang mulai ‘menggeser’ peran orangtua sebagai kelompok
referensi tidak jarang membuat tegang hubungan remaja dan orangtua. Teman sebaya
menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku.

Mood yang naik turun juga sering terdengar dari celetukan remaja. Ada dua mekanisme
di mana mood mempengaruhi memori kita. (1) Mood-dependent memory ,suatu
informasi atau realita yang menimbulkan mood tertentu, atau (2) Mood congruence
effects, kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif kala mood
sedang baik, dan sebaliknya informasi negatif lebih tertangkap atau diingat ketika mood
sedang jelek (Byrne & Baron, 2000). Bisa dibayangkan bagaimana perubahan mood
yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan yang mungkin terbentuk.

Remaja juga mempunyai reputasi berani mengambil resiko paling tinggi


dibandingkan periode lainnya. Hal ini pula yang mendorong remaja berpotensi
meningkatkan kecemasan karena kenekatannya sering mengiring pada suatu perilaku
atau tindakan dengan hasil yang tidak pasti. Keinginan yang besar untuk mencoba
banyak hal menjadi salah satu pemicu utama. Perilaku nekat dan hasil yang tidak selalu
jelas diasumsikan Arnett membuka peluang besar untuk meningkatnya kecemasan pada
remaja (dalam Laugesen, 2003)

Pencarian identitas menjadi salah satu aikon pada masa remaja. Hal ini membawa
kita untuk menelisik lebih jauh tentang self-concept yang ada maupun yang sedang

10
terbentuk. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya sendiri. Baron &
Byrne (2000) merumuskan sebagai berikut, “self concept is one’s self identity, a schema
consisting of an organized collection of beliefs and feelings about oneself.” Konsep diri
berkembang sejalan dengan usia, namun juga merespons umpan balik yang ada,
mengubah lingkungan seseorang atau status dan interaksi dengan orang lain. Pertanyaan
“Siapa Anda? Siapa saya?” menjadi inti studi psikologi tentang konsep diri. Rentsch &
Heffner (1994, dalam Byrne & Baron, 2000) menyimpulkan dari sekian ragam jawaban
atas pertanyaan tersebut dalam dua kategori; (1) aspek identitas sosial dan (2) atribusi
personal. Sebagian dari kita akan menjawab, Saya adalah arsitek, penulis, mahasiswa,
dan lain sebagainya yang mengacu pada identitas sosial seseorang. Sebagian dari kita
yang lain akan menjawab Saya periang, terbuka, pemalu, dan sebagainya yang lebih
merujuk pada atribusi diri.

Sementara Rogers (2001) membagi konsep diri dalam dua kategori yang sedikit
berbeda yakni (1) personal dan (2) sosial. Konsep diri personal adalah pandangan
seseorang tentang dirinya sendiri dari kacamata diri, Sedangkan konsep diri sosial
berangkat dari kacamata orang lain, Rogers menambahkan bahwa konsep diri individu
yang sehat adalah ketika konsiten dengan pikiran, pengalaman dan perilaku. Konsep diri
yang kuat bisa mendorong seseorang menjadi fleksibel dan memungkinkan ia untuk
berkonfrontasi dengan pengalaman atau ide baru tanpa merasa terancam.

Satu lagi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor budaya. Perbedaan budaya
memiliki pengaruh pada individu dalam menilai pengalaman emosi. Studi
menunjukkan, di masyarakat kolektif, self critical menjadi norma, sementara di
masyarakat individual, self enhancement yang berlaku (Baron & Byrne,2000). Hal ini
memberikan sedikit petunjuk tentang apa yang menjadi obyek perhatian individu dalam
berpikir, bersikap dan bertindak.

11
BAB III
KESIMPULAN

Dalam dunia psikologi perkembangan terdapat isu-isu penting yang sampai saat
ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Isu-isu penting di sini diartikan sebagai
peristiwa berpengaruh yang dapat diperkirakan pada masa mendatang untuk ditanggapi
dan bersifat pokok serta harus diselesaikan dalam kajian psikologi perkembangan.
Ada beberapa isu-isu penting yang dibahas, antara lain sifat dasar pada diri
manusia, sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan, kontribusi nature dan nurture
pada perkembangan manusia, esensi dari perkembangan, stabilitas dan perubahan,
kontinuitas dan diskontinuitas pada perkembangan, dan pengalaman usia dini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Gunarsa, Singgih. 2003. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan :


Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada
University Press.

Ratri, 2009. Period of Storm and Stress pada Remaja. http://dinieratri.blogspot.com.


diakses pada 18 juni 2019

13

Anda mungkin juga menyukai