Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADITS TARBAWI
(Pekerjaan yang Terbaik, Larangan Meminta-minta
dan Mukmin yang Kuat dapat Ujian)

Disusun Oleh :

SRI LESTARI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


IAI AG US SALIM
METRO LAMPUNG
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad. Serta sahabat
dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama
Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hadits Tarbawi pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam IAI Agus Salim Metro dengan ini penulis
mengangkat judul “Pekerjaan yang terbaik, Larangan meminta-minta dan
Mukmin yang kuat dapat ujian”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, September 2019


Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2


A. Etos kerja dalam Pandangan Islam ....................................... 2
B. Larangan Meminta-minta dalam Pandangan Syariat ............ 4
C. Mukmin yang Kuat Dapat Ujian ........................................... 6

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 8


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dengan kitab sucinya “Al Qur-an nur
karrim” yang memberikan tuntunan yang jelas sejelas jelasnya sesuai syariah
Islam. Didalam Al Qur-an dan Hadis telah memuliakan orang orang yang giat
bekerja dan bersodaqoh daripada meminta minta karena hal tersebut diharamkan.
Namun kini meminta minta adalah yang biasa kita lihat diperkotaan
terutama menjelang hari hari besar (Idul Fitri dan Idul Adha). Oleh karena itu
,kami mencoba mempersembahkan beberapa hadis yang menyatakan dengan jelas
mana yang diperbolehkan dan mana yang diharamkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bunyi hadis yang meharuskan etos kerja dan penjelasannya !
2. Apa yang dimaksud larangan meminta-minta?
3. Bagaimana mukmin yang kuat mendapat pujian?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etos kerja dalam pandangan Islam


Dalam salah satu riwayat shahih Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
pernah bersabda,

‫ي بِ ُح ْز أم ِة ْال أح أ‬ ْ ْ
َّ ‫ف‬
‫َّللاُ ِب أها‬ ‫علأى أ‬
َّ ‫ظ ْه ِر ِه فأيأ ِبي أع أها فأيأ ُك‬ ‫ب أ‬ ِ ‫ط‬ ‫أَل أ ْن يأأ ُخذأ أأ أحد ُ ُك ْم أح ْبلأهُ أفيأأتِ أ‬
.ُ‫ط ْوهُ أ أ ْو أمنأعُوه‬
‫اس أ أ ْع أ‬
‫أو ْج أههُ أخي ٌْر لأهُ ِم ْن أ أ ْن يأسْأ أ أل النَّ أ‬
“Sesungguhnya apabila seseorang di antara kalian mengambil tambang
kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah
lebih baik baginya dari pada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunai
keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian meminta-minta padanya,
adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak.” (HR. Bukhari, 5/320 dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan tentang betapa pentingnya “bekerja” bagi seorang


Muslim, walau hanya dengan mencari kayu bakar.
Rasulullah sebagai seorang teladan selalu memberikan motivasi kepada
semua sahabatnya untuk selalu giat dan bekerja dengan benar, seperti dalam
penuturan beliau,
Bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad, jika seseorang konsisten
terhadap hukum Allah, suci niatnya, serta dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
diri, keluarga bahkan masyarakat dan negara. Disabdakan,

‫لى‬
‫ع أ‬ ‫س ِب ْي ِل هللاِ أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج أي ْس أعى أ‬ ‫أارا فأ ُه أو فِي أ‬ً ‫صغ‬ ِ ‫لى أو أل ِد ِه‬
‫ع أ‬‫ِإ ْن أكانأ أي ْس أعى أ‬
‫لى نأ ْف ِس ِه ِل أي ِعفَّ أها فأ ِفي‬
‫ع أ‬‫هللا أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج أي ْس أعى أ‬ ‫أ أ أب أوي ِْن أ‬
‫ش ْي أخي ِْن أك ِبي أْري ِْن فأ ِفي أ‬
ِ ‫س ِب ْي ِل‬
‫س ِب ْي ِل هللاِ أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج يأ ْس أعى‬
‫ى أهله فأ ِفي أ‬ ‫س ِب ْي ِل هللاِ أو ِإ ْن أكانأ خ أأر أج يأ ْس أعى أ‬
‫عل أ‬ ‫أ‬
‫ت‬ َّ ‫س ِب ْي ِل‬
ُ ‫الطا‬
ِ ‫غ ْو‬ ‫تأفأا ُخ ًرا أوتأ أكاث ُ ًرا فأ ِفي أ‬
“…kalau ada seseorang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiayai
anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha Fisabilillah. Jikalau ia keluar
bekerja untuk kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia Fisabilillah. Jikalau
ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang
lain, itupun Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk keluarganya, maka ia
Fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja untuk pamer atau untuk bermegah-
megahan, maka itulah Fisabili Syaithan atau karena mengikutu jalan Syaithan.”
(HR. Thabrani 2/148).

Di samping itu seorang Muslim juga harus senantiasa menjaga amanah


serta melakukannya dengan profesional.

ُ‫ع ِم أل أ أحدُ ُك ْم أع أمالً أ أ ْن يُتْ ِقنأه‬


‫ِإ َّن هللا ي ُِحبُّ ِإذأا أ‬
“Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat
sebaik-baiknya (profesional) ” (HR. Baihaqi 5312)
Sudah amat jelas bahwa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seseorang
untuk bekerja. Lantas kenapa seseorang diharuskan untuk bekerja?
Pertama, Seorang Muslim diperintahkan bekerja, untuk memenuhi
kebutuhan pribadi dengan harta yang halal, mencegahnya dari kehinaan meminta-
minta, dan menjaga tangannya agar tetap berada di atas.
Kedua, Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga yang sejahtera.
Tanggung jawab seorang suami sebagai kepala keluarga adalah memberikan
nafkah yang halal dan thayib bagi istri serta anak-anaknya. Dalam hadits di atas
digambarkan bahwa seorang yang mencari nafkah untuk anaknya yang kecil itu
sama dengan fisabilillah.
Ketiga, Walaupun seseorang tidak membutuhkan pekerjaan, karena
kebutuhan diri dan keluargannya telah terpenuhui, ia tetap wajib bekerja untuk
masyarakat sekitarnya. Suatu ketika ada seorang tua renta bernama Abu Darda
sedang menanam pohon kenari. Saat itulah lewat seseorang dan bertanya
kepadanya, “Untuk apa kamu menananm pohon itu? Kamu sudah tua, sedangkan
pohon itu tidak akan berbuah kecuali sesudah sekian tahun” Abu Darda
menjawab,”alangkah senangnya hatiku bila mendapatkan pahala darinya, karena
orang lain yang akan makan hasilnya.” Inilah pemahaman seorang Muslim
tentang kehidupannya.
Keempat, Dalam Islam bekerja diharapkan dapat memakmurkan bumi.
Sedangkan memakmurkan bumi adalah bagian dari maqasidus syari’ah ajaran
islam. Apa yang kita kerjakan seyogianya juga untuk kemanfaatan seluruh
makhluk hidup, termasuk hewan. Nabi bersabda,
‫ان أ أ ْو بأ ِهي أمةٌ إِ ََّّل‬
ٌ ‫س‬ ‫عا فأيأأ ْ ُك ُل ِم ْنهُ أ‬
‫ط ْي ٌر أ أ ْو إِ ْن أ‬ ً ‫سا أ أ ْو يأ ْز أرعُ زأ ْر‬ ُ ‫أما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم أي ْغ ِر‬
ً ‫س غ ْأر‬
ٌ‫صدأقأة‬ ‫أكانأ لأهُ بِ ِه أ‬
“Siapakah dari kaum Muslimin yang menanam tananam atau tumbuhan lalu
dimakan oleh burung, manusia atau hewan, kecuali baginya sedekah,.”
(Muttaffaqqun ‘alaih, Bukhari, No. 2/5 dan Muslim, No. 1552, 1553)
Kelima, Bekerja untuk kerja. Pada hakikatnya setiap Muslim diminta
untuk bekerja meskipun hasil pekerjaanya belum dapat dimanfaatkan satupun
makhluk Allah, termasuk hewan. Ia tetap wajib bekerja karena bekerja merupakan
salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Anas dikatakan,

B. Larangan Meminta-minta Dalam Pandangan Syariat


Banyak dalil yang menjelaskan haramnya meminta-minta. Diantara ialah
sebagai berikut.

Hadits Pertama:
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.‫عةُ أل ْح ٍم‬ ‫ي أي ْو أم ْال ِقيأا أم ِة لأي أ‬ ْ ‫الر ُج ُل يأسْأ أ ُل النَّ أ‬


‫ْس فِ ْي أو ْج ِه ِه ُم ْز أ‬ ‫ أحتَّى يأأ ِت أ‬،‫اس‬ َّ ‫أما زأ ا أل‬
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan
dating pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di
wajahnya”. (HR Bukhari [1474] dan Muslim [1040]).

Hadits Kedua:
Diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.‫سأ أ أل ِم ْن أغي ِْر فأ ْق ٍر فأ أكأأنَّ أما أيأ ْ ُك ُل ْال أج ْم أر‬


‫أم ْن أ‬

“Barang siapa meminta-minta kepada orang lain untuk memperbanyak hartanya,


maka seolah-olah ia memakan bara api” (HR Muslim [1041]).
.
Hadits Ketiga
Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫س ْل أ‬
َّ‫طانًا أ أ ْو فِ ْي أ أ ْم ٍر أَّل بُد‬ َّ ‫أَ ْالـ أمسْأألأةُ أكدٌّ أي ُكدُّ ِب أها‬
َّ ‫ ِإ ََّّل أ أ ْن أيسْأ أ أل‬،ُ‫الر ُج ُل أو ْج أهه‬
ُ ‫الر ُج ُل‬
.ُ‫ِم ْنه‬
“Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya
dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal
atau perkara yang sangat perlu”( Shahîh. At-Tirmidzi (no. 681), Abu Dawud (no.
1639), an-Nasâ`i (V/100) dan dalam as-Sunanul-Kubra (no. 2392), Ahmad (V/10,
19), Ibnu Hibbân (no. 3377 –at-Ta’lîqâtul Hisân), ath-Thabrâni dalam al-
Mu’jamul Kabîr (VII/182-183, no. 6766-6772), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul-
Auliyâ` (VII/418, no. 11076).
C. Mukmin Yang Kuat Dapat Ujian
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
َّ ‫ص أعلأى أما يأ ْنفأعُكأ أوا ْستأ ِع ْن ِب‬
‫اَّللِ أوَّلأ‬ ْ ‫يف أوفِى ُك ٍل أخي ٌْر احْ ِر‬ ِ ‫ض ِع‬َّ ‫َّللاِ ِمنأ ْال ُمؤْ ِم ِن ال‬
َّ ‫ى أخي ٌْر أوأ أ أحبُّ ِإلأى‬ ُّ ‫ْال ُمؤْ ِمنُ ْالقأ ِو‬
‫شا أء فأ أع أل فأإ ِ َّن لأ ْو ت أ ْفتأ ُح أع أم أل‬ َّ ‫ أولأ ِك ْن قُ ْل قأدأ ُر‬.‫ش ْى ٌء فأالأ تأقُ ْل لأ ْو أأنِى فأ أع ْلتُ أكانأ أكذأا أو أكذأا‬
‫َّللاِ أو أما أ‬ ‫صا أبكأ أ‬‫ت أ ْع ِج ْز أو ِإ ْن أ أ أ‬
‫ان‬
ِ ‫ط‬‫ش ْي أ‬
َّ ‫ال‬
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin
yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang
manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap
lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya
aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi
katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia
Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)

Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya, bukan
semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan
membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Setiap orang memiliki tingkat keimanan yang berbeda-beda. Ada
yang kuat keimanannya yang ditandai dengan selalu berusaha untuk
melakukan berbagai amal yang diperintahkan oleh Allah. ada pula yang
lemah keimanannya ia tidak mau mengrjakan kewajiban sebagai ornag
beriman. Hal ini karna orang yang kuat imannya akan selalu berusaha
menjadikan aktifitasnya dalam kebaikan. Kekuatan dalam hadis di atas
dapat juga dipahami dalam hal ekonomi atau kekayaan. Secara singkat
dapat dijelaskan bahwa Rasululloh. memerintahkan orang yang beriman
untuk menghiasi keimanannya dengn amal shaleh.
Banyak sekali aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupan seorang
mukmin, seperti cari ilmu, bekerja, dll. Oleh karena itu jangan
menghambur-hamburkan waktu untuk kegiatan yang tidak bermanfaat.
Dalam kehidupan di masyarakat, orang yang sukses adalah yang selalu
menggunakan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat. Mereka
mengganggap bahwa waktu adalah uang.
Manusia hanya diwajibkan untuk berikhtiar, sedangkan yang
memutuskan keberhasilannya adalah Allah. Seseoarang tidak akan
mencapai kesuksesan, tanpa danya kekuasaan dan kehendak Allah.
Namun Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan pekerjaan orang.
Oleh karena itu, bekerja dan berusaha dengan sebaik-baiknya disertai
permohonan atas pertolongan Allah swt
BAB III
KESIMPULAN

Sudah amat jelas bahwa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seseorang


untuk bekerja. Lantas kenapa seseorang diharuskan untuk bekerja?
Pertama, Seorang Muslim diperintahkan bekerja, untuk memenuhi
kebutuhan pribadi dengan harta yang halal, mencegahnya dari kehinaan meminta-
minta, dan menjaga tangannya agar tetap berada di atas.
Kedua, Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga yang sejahtera.
Ketiga, Walaupun seseorang tidak membutuhkan pekerjaan, karena
kebutuhan diri dan keluargannya telah terpenuhui, ia tetap wajib bekerja untuk
masyarakat sekitarnya.
Keempat, Dalam Islam bekerja diharapkan dapat memakmurkan bumi.
Sedangkan memakmurkan bumi adalah bagian dari maqasidus syari’ah ajaran
islam. Apa yang kita kerjakan seyogianya juga untuk kemanfaatan seluruh
makhluk hidup, termasuk hewan. Nabi bersabda,

‫ان أ أ ْو أب ِهي أمةٌ ِإ ََّّل‬


ٌ ‫س‬ ‫عا فأ أيأ ْ ُك ُل ِم ْنهُ أ‬
‫طي ٌْر أ أ ْو ِإ ْن أ‬ ُ ‫سا أ أ ْو أي ْز أر‬
ً ‫ع زأ ْر‬ ُ ‫أما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم أي ْغ ِر‬
ً ‫س غ ْأر‬
ٌ‫صدأقأة‬ ‫أكانأ لأهُ ِب ِه أ‬
“Siapakah dari kaum Muslimin yang menanam tananam atau tumbuhan lalu
dimakan oleh burung, manusia atau hewan, kecuali baginya sedekah,.”
(Muttaffaqqun ‘alaih, Bukhari, No. 2/5 dan Muslim, No. 1552, 1553)

Kelima, Bekerja untuk kerja. Pada hakikatnya setiap Muslim diminta


untuk bekerja meskipun hasil pekerjaanya belum dapat dimanfaatkan satupun
makhluk Allah, termasuk hewan. Ia tetap wajib bekerja karena bekerja merupakan
salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Anas dikatakan,
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hikmah. 2008. Al-Quran Dan Terjemahannya. Bandung: CV Diponegoro.

Rahmat syafe’i, Prof.DR.H. Buku Al-Hadis, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum :
pustaka setia.

Syafe’i, Rachmat.2000. Al-Hadits. Bandung: Setia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai