Dalam kepustakaan Belanda perkataan Staatsrecht, dalam bahasa istilah inggris dikenal
dengan “constitusional law” bahasa prancis droit constitusionnel (hukum Tata Negara)
mempunyai dua macam arti, Pertama sebagai staatsrechtswetenschap (Ilmu Hukum Tata Negara)
kedua sebagai Positif staatsrecht (hukum tata Negara posistif).
Sebagai ilmu HTN ; HTN mempunyai obyek penyelidikan dan mempunyai metode penyelidikan,
sebagaimana dikatakan Burkens; bahwa obyek penyelidikan Ilmu HTN adalah system
pengambilan keputusan dalam Negara sebagaimana distrukturkan dalam hukum (tata) positif.
Seperti UUD (konstitusi), UU, peraturan tata tertib berbagai lembaga-lembaga negara.
Kedua, positif staatsrecht (hukum tata Negara positif) yaitu ada berbagai sumber hukum yang
dapat kita kaji, HTN positif mempunyai beberapa sumber hukum ; 1) hk. Tertulis, 2) Hk. Tak
tertulis, 3) yurispridensi 4) Pendapat Pakar Hukum
Sedangkan Hukum tata negara adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengatur
dari pada Negara.Menurut A.M. Donner (guru besar belanda; bahwa obyek penyelidikan ilmu
HTN yaitu penerobosan Negara dengan HUkum “ de doordringing van de staat met het recht”
artinya Negara sebagai organisasi kekuasaan/jabatan/rakyat) diterobos oleh aneka ragam Hukum.
Dalam membagi HTN dalam arti luas itu dibagi atas dua golongan hukum, yaitu :
1. Hukum tata Negara dalam arti sempit
2. hukum tata usaha Negara( administrative recht)
menurut Van Volenhoven membagi HTN atas golongan
1. hukum pemerintahan (berstuurecht)
2. hukum peradilan (justitierecht ) :peradilan ketatanegaraan , peradilan perdata. ,Peradilan
tata usaha, peradilan pidana
3. Hukum kepolisian (politierecht)
4. hukum perundang-undangan (regelaarecht)
ilmu Negara
“ilmu negara” diambil dari istilah bahasa Belanda Staatler yang berasal dari istilah bahasa
Jerman Staatslehre dalam bahasa inggeris disebut teory of state dalam bahasa Perancis Theorie
d’etat. Ilmu Negara adalah menyelidiki asas –asas pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang
Negara dan hukum tata Negara. George Jellinek dikenal sebagai Bapak Ilmu Negara. Membagi
ilmu kenegaraan menjadi dua bagian, yaitu : a) ilmu Negara dalam arti sempit
staatswissenschaften b) ilmu pengetahuan hukum rechtwissenschaften
ilmu pengetahuan hukum rechtwissenschaften menurut Jellinek adalah Hukum public yang
menyangkut soal kenegaraan, misalnya Hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, hukum
pidana, dan sebagainya.
Ilmu Politik
Menurut Hoetink bahwa ilmu politik adalah semacam sosiologi Negara. Ilmu Negara dan
hukum tata Negara meyelidiki kerangka yuridis dari Negara, sedangkan ilmu politik
menyelidiki bagiannya yang ada di sekitar kerangka itu. Maka kedua-duanya menggambarkan
bahwa masing-masing menyelidiki obyek yang sama yaitu Negara, perbedaan hanya pada
metode yang digunakan. Dimana ilmu Negara metodenya adalah yuridis sedangkan ilmu
politik adalah sosiologis
Sedangkan menurut Barents menggambarkan bahwa hukum tata Negara adalah kerangkanya
sedangkan ilmu politik merupakan daging yang disekitarnya. Perbedaannya adalah Ilmu
Negara menitip beratkan pada sifat-sifat teoritis tentang asas pokok dan pengertian-pengertian
pokok tentang Negara, makanya ilmu Negara kurang dinamis. Sementara ilmu politik lebih
menitip beratkan pada kejalah-gejalah kekuasaan, baik mengenai organisasi Negara maupun
yang mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas Negara, oleh karena itu ilmu politik dinamis dan
hidup.
Sumber hukum bermacam-macam pengetian adalah tergantung pada sudat mana kita
melihanya. Namun demikian sebagai gambaran berikut dua pakar hukum dibawah ini sebagai
gambaran tentang sumber hukum
sumber hukum formal diartikan sebagai tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Atau menurut Utrecht sumber hukum formil adalah sumber hukum
yang dikenal dari bentuknya.
Sedangkan hukum materiil adalah sumber hukum yang mentukan isi hukum.Dengan demikian
bahwa sumber hukum formal ini sebagai bentuk pernyataan berlakuknya hukum materiil
Hukum tata Negara tidak terlepas dari pada sumber hukum formil dan materil
pertama, sumber hukum materil tata Negara adalah sumber hukum yang menentukan isi
kaidah hukum tata Negara, yaitu:
• dasar dan pandangan hidup bernegara sepeti pancasila
• kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan kaidah hukum tata Negara. Sepeti
halnya denga kekuatan dalam proses perumusan dan perancangan perundang-undangan yang tidak
lepas dari pada kepentingan kelompok partai dalam merumuskan hukum.
Hirarki Perundang Undangan Menurut TAP MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
Obyek asas HTN sebagaimna obyek yang dipelajari dalam HTN, sebagai tambahan
menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas HTN sesuatu Negara tidak luput dari
penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD karena dari situlah kemudian ditentunkan tipe
Negara dan asaa kenegaraan bersangkutan.
sebelum perubahan UUD 1945, RI menganut prinsip supremasi MPR sebagai salah satu
bentuk varian system supremasi MPR parlemen yangdikenal didunia. Maka paham kedaulatan
rakyat diorganisasikan melalui pelembagaan MPR sebagai lembaga penjelmaan rakyat Indonesia
yang berdaulat yang disalurkan melalui prosedur perwakilan politik (political representation)
melalui DPR, perwakilan daerah (regional representation) melalui utusan daerah, dan perwakilan
fungsional (fungcional representation) melalui utusan golongan. Ketiga-tiganya dimaksudkan
untuk menjamin agar kepentingan seluruh rakyat yang berdaulat benar-benar tercermin dalam
keanggotaan MPR, sehingga menjadi lembaga tertinggi yang say sebagai penjelmaan rakyat.
Sebagaimana dalam pasal I ayat (2) UUD 1945 “kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”
setelah amandemen ketiga UUD 1945 sebagaimana pasal 1 ayat (2) bahwa “kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan undang undang dasar. dengan demikian
dengan berdasar pada UUD 1945 pasca amandemen ke-empat tersebut, maka terdapat delapan
buah organ Negara yang mempunyai kedudukan sederajat yang langsung menerima kewenangan
konstitusi dari UUD, kedelapan organ tersebut adalah;
1. DPRD (dewan perwakilan rakyat daerah)
2. DPD (dewan perwakilan daerah)
3. MPR (majelis permusyawaratan rakyat.)
4. BPK (badan pemeriksa keuangan)
5. presiden dan wakil presiden
6. mahkamah agung
7. mahkama konstitusi
8. komisi yudicial
Juga terdapat lembaga atau institusi yang juga diatur kewenangannya dalam UUD, yaitu
1. TNI
2. keplisian Negara RI
3. pemerintah daerah
4. Partai politik
Adapun lembaga yang tidak disebut namanya namun disebut fungsinya, namun kewenangannya
dinyatakan akan diatur dalam UU yaitu BANK indonesai (BI) dan komisi pemilihan umum yang
juga bukan nama karena ditulis dalam huruf kecil. Sedangkan lembaga yang berdasarkan perintah
menurut UUD yang kewenangannya diatur dalam UU seperti; KOMNAS HAM, KPI, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan lain sebagainya.
• Lembaga independent
dalam menjamin kepentingan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif maka dibentuk
beberapa lembaga-lembaga independent, seperti
1. Tentara NAsional Indonesia (TNI)
2. Kepolisian Negara (polri)
3. Bank Indonesia
4. kejaksaan agung
5. KOMNAS HAM
6. KPU
7. Komisi Ombusdman
8. Komisi Pengawasan dan persaingan Usaha (KPPU)
9. Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggaraan Negara (KPKPN)
10. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
11. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) dan lain sebagainya
GOOD GOVERNANCE
Good governance diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-
nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan dan memperngaruhi masalah public untuk
mewujudkan nilai-nilai dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari .
Good govermant adalah suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan
bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Indicator pemerintah yang baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indicator
kemampuan ekonomi rakyat meningkat baik dalam aspek produktifitas maupun dalam daya
belinya, kesejahteraan spiritualnya terus meningkat, dengan indicator rasa aman, tenang dan
bahagia serta sense of nationality yang baik.
good governance merupakan factor kunci dalam otonomi daerah karena penyelenggaraan
otonomi daerah pada dasarnya betul-betul akan terealisasi dengan baik apabila dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip good governance.
PEMILIHAN UMUM
1. Pengertian dan asas pemilu
pemilihan Umum (pemilu) merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat
prinsipil sebagai perwujudan kedaulatan rakyat.
Morissan (2005:17) Pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat
mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Paling tidak ada tiga maca tujuan pemilihan
umum, yaitu
1. memungkinkan peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
2. untuk melaksanakan kedaualatan rakyat
3. dalam rangka melaksanakan hak asasi warga Negara.
Jadi pemilihan umum adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat sebagai ciri dari
negara demokrasi.
Pasal 22E ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945 disebutkan pemilihan umum dilaksankan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Ayat (2) Pemilihan
Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Daerah Ayat (5) Pemilihan
umum diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.
Ayat (6) bahwa ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undan-undang.
Pasal 1 (1) Undang undang nomor 22 tahun 2007 bahwa pemilihan umum selanjutnya disebut
dengan pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adildalam NKRI berdasarkan pancasila dan undang-
undang dasar NRI 1945
Bahwasanya pemilihan umum dimaksudkan: pertama, pemilihan anggota DPR, DPRD, DPD..
Kedua, juga pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Ketiga, pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah
3. Penyelenggaraan Pemilu
pasal 1 UU no 22 tahun 2007 ayat :
(5). Penyelenggara Pemilihan Umum adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dan Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah
secara langsung oleh rakyat.
(6). Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
(7) Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya
disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu di provinsi dan
kabupaten/kota.
(8) Panitia Pemilihan Kecamatan, selanjutnya disebut PPK, adalah panitia yang dibentuk oleh
KPU Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan atau nama lain.
(9) Panitia Pemungutan Suara, selanjutnya disebut PPS, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa atau nama lain/kelurahan.
(10) Panitia Pemilihan Luar Negeri, selanjutnya disebut PPLN, adalah panitia yang dibentuk oleh
KPU untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri.
(11) Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya disebut KPPS, adalah kelompok
yang dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara.
(12) Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disebut KPPSLN,
adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara luar negeri.
(13) Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS, adalah tempat dilaksanakannya
pemungutan suara.
(14) Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disebut TPSLN, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara di luar negeri.
(15) Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(16) Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya
disebut Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah Panitia yang dibentuk oleh
Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
(17) Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan, adalah
panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu
di wilayah kecamatan atau nama lain.
(18) Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan untuk
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa atau nama lain/kelurahan.
(19) Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.
(20) Dewan Kehormatan adalah alat kelengkapan KPU, KPU Provinsi, dan Bawaslu yang
dibentuk untuk menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu.
HAK ASASI MANUSIA
Sebelum lebih memahami tentang HAM terlebih dahulu di pahami bahwa HAK dalam
kamus Bahasa Indonesia diartika sebagai A) yang benar. B) milik,kepunyaan. C) kewenangan. D)
kekuasaan untuk berbuat sesuatu. E) kekuasaan untuk berbuat sesuatu atan menuntut sesuatu, dan
E) derajat atau martabat.
Oleh Eleonor Roosevelt HAM dikenal di Barat dengan Istilah right of man yang
menggantikan istilah natural right ternyata tidak secara otomatis mengakomodasi pengertian Yg
mencakup right of woman. Karena itu istilah right of man diganti dgn istilah Human rigt .
Prof. Dardji Darmodihardjo mengemukakan bahwa HAM adalah hak-hak dasar atau hak-
hak pokok yang di bawa manusia sejak lahir sebagai anugera Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi
dasar dan hak-hak dan kewajiban yang lain
Prof. Padmo Wahyono hak asasi manusia adalah hak yang memungkinkan orang hidup
berdasarkan suatu harkat dan martabat tertentu.
HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan
fundamentatal sebagai suatu anugerah Allah, yang harus di jaga, dihormati, dan dilindungi,
oleh setiap individu, masyarakat, dan negara.
Dalam pasal 1 UU No.39 Tahun 1999 bahwa HAM seperangkat hak yang melekat pada
hakikatdan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh nagara, hukum, pemerintahan dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Bentuk-bentuk HAM
1. HAk sispil
2. hak politik
3. hak ekonomi
4. hak social budaya
Sejarah HAM
Pertama, magna Charta yang pada awalnya menghilangkan hak absolutisme raja dengan
praktinya kalau raja melanggar hukum maka raja harus diadili dan mempertanggungjawabkan
pemerintahanya di depan parlemen. Sebagaimana pasal 21 Magna Charta menggariskan bahwa
“para pangeran dan Baron akan dihukum (didenda) berdasarkan atas kesamaan dan sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukannya. magna charta diikuti oleh Bill of rights di Inggeris Tahun 1689
yang intinya bahwa manusia sama di depan hukum equality befor the law.
Ketiga, the French declaration (deklarasi Perancis) bahwa tidak boleh ada penangkapan
dan penahanan yang semena-mena, termasuk penangkapan tanpa alasan yang sah dan penahanan
tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Selanjutnya berangkat dari itu maka
dipertegas lagi oleh prinsip freedom of expression (kebebasan mengeluarkan pendapat), Freedom
of religion (kebebasan memeluk agama), the right of property (perlindungan hak milik),
Keempat, The four Freedoms memuat empat inti yaitu; hak kebebasan berbicara dan
menyatakan pendapat, hak kebebasan beragama dan memeluk sesuai dengan ajaran yang
dipeluknya, hak kebebasan dari kemiskinan artinya hak berusaha mencapai kehidupan untuk
kesejahteraan, hak kebebasan dari rasa ketakutan.