Anda di halaman 1dari 2

HUKUM PERDATA 2

DISKUSI

Indri baru saja menikah dengan Erick seorang warga negara asing di kantor
catatan sipil di Amerika, alasan mereka menikah  disana selain karena berbeda
agama juga karena Indri sudah lama menetap dan bekerja di Amerika. Menurut
Anda, apakah pernikahan Indri dengan Erick tersebut sah di mata hukum
Indonesia!

JAWAB

Sebelumnya, makna perkawinan itu sendiri menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor


1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan), adalah sebagai berikut,
“perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”.

UU Perkawinan tidak memperhatikan mengenai motif perkawinan, unsur agama,


sosial, keadaan biologis suami istri yang akan melangsungkan perkawinan dan
lainnya, sepanjag sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang maka
perkawinan dianggap sah.

UU Perkawinan tidak mencampuri upacara-upacara yang mendahului adanya suatu


perkawinan atau aturan-aturan lainnya. Prosedur, syarat, dan tata cara perkawinan
baik menurut agama dan adat istiadat tertentu sepanjang tidak diatur dalam undang-
undang tidak mempengaruhi keabsahan dari perkawinan. Sebelum berlaku UU
Perkawinan, ketentuan mengenai perkawinan diatur secara beragam/berbeda-beda.
Misalnya, BW untuk orang eropa dan turunan asing, dan HOCI/Ordonansi
Perkawinan Indonesi Kristen Stb 1933 No. 74 yang berlaku untuk golongan Kristen
Jawa, Madura, dan Minahasa. UU Perkawinan berhasil melenyapkan arti yang
terkandung dalam Pasal 131 IS dan Pasal 163 IS terkait dengan pembagian
golongan dan hukum sebagai hasil ciptaan pemerintahan Hindia Belanda dulu.

Selain itu, UU Perkawinan tidak memperhatikan larangan untuk kawin seperti yang
ditentukan dalam peraturan agama. Agama menentukan beberapa larangan
perkawinan, diantaranya seperti larangan untuk perkawinan bagi yang berbeda
keyakinan, larangan perkawinan untuk jangka waktu tertentu, larangan perkawinan
untuk yang memiliki hubungan sepersusuan, dsb. Dalam undang-undang ini
dinyatakan bahwa selama larangan tersebut tidak dilarang, maka perkawinan
tersebut dibenarkan.

Selanjutnya, UU Perkawinan juga tidak memperhatikan faktor bioogis calon atau


pasangan suami istri, misalkan kemandulan atau gangguan fungsi biologis lainnya
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat memiliki keturunan. Sehingga, hal ini
tidak dapat dijadikan dasar untuk terjadinya perceraian.

Undang-undang ini juga tidak mempedulikan motif-motif atau tujuan-tujuan yang


mendorong para pihak untuk melangsungkan suatu perkawinan.

Berdasarkan penjelasan singkat mengenai UU Perkawinan di atas, terhadap kasus


Indri dan Erick yang melangsungkan pernikahan di luar negeri dan sudah tercatat di
catatan sipil Amerika, dalam hukum di Indonesia perkawinan tersebut dibenarkan,
artinya sah di mata hukum. Selain itu, hal ini juga diperjelas dengan adanya Pasal
56 Bab XII Ketentuan-Ketentuan Lain Bagian Kedua Perkawinan di Luar Indonesia
UU Perkawinan, yang berbunyi:

(1) Perkawinan yang dilangsungkan diluar Indonesia antara dua orang warga
negara Indonesia atau seorang warga negara Indonesia dengan warga
negara Asing adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang berlaku di
negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warga negara
Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
(2) Dalam waktu 1 (satu) tahun setelah suami isteri itu kembali di wilayah
Indonesia, surat bukti perkawinan mereka harus didaftarkan di Kantor
Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan yang dilangsungkan di


luar Indonesia oleh Indri dan Erick dapat dikatakan sah, karena perkawinan mereka
juga sudah dianggap sah menurut hukum yang berlaku di Amerika (sudah tercatat
pada catatan sipil Amerika.

Namun, selanjutnya dijelaskan pada Pasal 58 UU Perkawinan, konsekuensi atau


akibat hukum dari pernikahan antara dua orang berbeda kewarganegaraan yang
tidak dilakukan dengan kehatia-hatian dapat menyebabkan diperolehnya
kewarganegaraan dari suami/isterinya dan dapat pula kehilangan
kewarganegaraannya. Hal ini dapat berlaku sesuai dengan cara-cara yang sudah
ditentukan menurut undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai