A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dalam lima
tahun terakhir ini telah membawa dampak kepada tingkat peradaban manusia yang
membawa suatu perubahan besar dalam membentuk pola dan perilaku masyarakat.
Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat tersebut antara lain terjadi pada bidang
telekomunikasi, informasi, dan komputer. Terlebih dengan terjadinya konvergensi antara
telekomunikasi, informasi, dan komputer. Dari fenomena konvergensi tersebut, saat ini
orang menyebutnya sebagai revolusi teknologi informasi. Istilah teknologi informasi
sebenarnya telah mulai dipergunakan secara luas pada awal tahun 1980-an. Teknologi
ini merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan
teknologi telekomunikasi. Teknologi informasi sendiri diartikan sebagai suatu teknologi
yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran
data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu.
Penggunaan teknologi informasi yang marak saat ini telah mengindikasikan
bahwa peradaban teknologi informasi yang merupakan ciri dari masyarakat gelombang
ketiga telah nampak. Dengan demikian wujud peradaban yang diuraikan oleh Alvin
Toffler sebagian telah dapat dilihat kenyataannya. Toffler menguraikan bahwa
peradaban yang pernah dan sedang dijalani oleh umat manusia terbagi dalam tiga
gelombang. Gelombang pertama terentang dari tahun 8000 sebelum Masehi sampai
sekitar tahun 1700. Pada tahapan ini kehidupan manusia ditandai oleh peradaban
agraris dan pemanfaatan energi yang terbarukan (renewable). Gelombang kedua
berlangsung antara tahun 1700 hingga 1970-an yang dimulai dengan munculnya
revolusi industri. Selanjutnya adalah peradaban gelombang ketiga yang kini mulai jelas
bentuknya. Peradaban ini ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi dan
Informasi (pengolahan data). Dampak yang ditimbulkan dari peradaban tersebut adalah
arus informasi dalam kehidupan manusia moderen tidak mungkin lagi dapat dibatasi.
Oleh Marshall MacLuhan disebut sebagaiGlobal Village. Disini terlihat bahwa ungkapan
Latin yang mengatakan "tempora mutantur, nos et mutamur in Illis (artinya zaman
berubah dan kita juga berubah bersamanya)" terasa sangat relevan dalam era teknologi
informasi global ini. Gambaran tentang fenomena yang sama juga dilukiskan oleh John
Naisbitt yang dikatakan bahwa kita telah menapaki zaman baru yang dicirikan oleh
1
Dengan lahirnya UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
tidak semata-mata UU ini bisa diketahui oleh masyarakat pengguna teknologi informasi
dan praktisi hukum.
2.
dan jasa baru harus dapat diidentifikasikan dalam rangka antisipasi terhadap
pemecahan berbagai persoalan teknis yang dianggap baru sehingga dapat dijadikan
bahan untuk penyusunan berbagai Peraturan Pelaksana.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) hadir untuk melindungi kepentingan masyarakat baik secara perorangan,
properti/bisnis, maupun pemerintahan. Demikian juga Undang-undang No. 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang memberikan keleluasaan
masyarakat untuk memperoleh informasi publik sesuai yang dibutuhkan untuk
kepentingan masing-masing. Peran pemerintah adalah untuk memfasilitasi
implementasi kedua undang-undang tersebut. Menteri Komunikasi dan Informatika, M.
Nuh, mengatakan
bahwa :
... UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE adalah wujud dari tanggung jawab yang harus
diemban oleh negara untuk memberikan perlindungan maksimal pada seluruh
aktivitas pemanfaatan TIK dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepastian
hukum yang kuat akan membuat seluruh aktivitas pemanfaatan TIK di dalam negeri
2
Tetapi dalam Undang-Undang ITE pihak yang bertanggung jawab atas segala
akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a)
jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
B. Tujuan
Mengetahui rambu-rambu
hukum
yang
tertuang
dalam
Undang-undang
C. Rumusan Masalah
Dari latar masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
menjadi Relevansi Undang-Undang dan Transaksi Elektronik di Masa Kini dan Akan
Datang di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian UUD ITE
Sebelum memahami Undang-Undang ITE yang kemudian disingkat menjadi
UUITE ini, ada beberapa pengertian yang perlu dipahami bersama. Beberapa
pengertian tersebut antara lain tentang pengertian Informasi Elektronik.
Informasi Elektronik adalah sekumpulan data elektronik, tetapi tidak terbatas
pada suara, peta, gambar, tulisan, foto, rancangan data interchange elektronik, surat
elektronik, teleks, telecopy dan telegram serta yang sejenisnya, angka, tanda, huruf,
kode akses, simbol atau perforasi yang telah diolah sedemikian rupa sehingga memiliki
arti atau dapat dimengerti oleh orang yang mampu memahaminya.
jaringan
komputer
dan
atau
media
elektronik
lainnya
yang
Hal ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada bentuk suara, tulisan, peta,
rancangan, gambar, foto, huruf, angka, kode akses, tanda, symbol atau perforasi yang
memiliki makna dan dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
menganalisa,
menampilkan,
menyimpan,
mengirimkan,
Undang-Undang ITE
Adapun
yang
dimaksud
dengan
penyelenggaraan
sistem
elektronik
adalah
pemanfaatan sistem elektronik oleh penyelenggara negara, badan usaha, orang dan
atau masyarakat. Jaringan sistem elektronik adalah terhubungnya dua sistem elektronik
atau lebih baik yang bersifat terbuka maupun bersifat tertutup. Lalu, apa yang dimaksud
dengan agen elektronik ? Agen elektronik adalah perangkat dari suatu sistem elektronik
yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu informasi elektronik secara
otomatis yang dilakukan oleh seseorang.
Dampak dari pelanggaran atau perbuatan melawan hukum terhadap UndangUndang ITE ini diatur pula segala bentuk ancaman hukum. Dengan demikian, pelaku
bisnis
yang
memanfaatkan
media
internet
maupun
masyarakat
luas
yang
Indonesia yang ditunjuk oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan tim
Universitas Padjajaran yang ditunjuk oleh Departemen Komunikasi dan Informasi.
C.
D.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ruang lingkup dan definisi-definisi teknis seperti terangkum dalam sub
bab pengertian.
Pasal 2
Undang-undang berlaku untuk semua orang baik di wilayah hukum
Indonesia, maupun di luar wilayah hukum Indonesia.
Pasal 3
Berisi tentang ruang lingkup pemanfaatan teknologi dan transaksi
elektronik.
Pasal 4
Tujuan pemanfaatan teknologi dan transaksi elektronik.
Pasal 5
Ketentuan-ketentuan mengenai informasi dan dokumen elektronik.
Pasal 6
Dokumen elektronik merupakan bukti sah.
Pasal 7
Pernyataan kepemilikan dokumen elektronik.
Pasal 8
Hal-hal yang berkaitan dengan proses pengirim informasi elektronik.
Pasal 9
Persyaratan produk yang ditawarkan dalam sistem elektronik.
Pasal 10
9
Pasal 11
Ketentuan tentang tanda tangan elektronik.
Pasal 12
Pengamanan tanda tangan elektronik dan ketentuan teknisnya.
BAB IV PENYELENGGARAAN
SERTIFIKASI
ELEKTRONIK
DAN
SISTEM
ELEKTRONIK
Bab IV ini dibagi ke dalam dua bagian dan dimulai dari Pasal 13 sampai dengan Pasal
16. Beberapa hal penting pada BAB IV ini antara lain tentang penyelenggaraan
sertifikasi elektronik dan penyelenggaraaan sistem elektronik.
Memuat Pasal 17 sampai dengan Pasal 22. Beberapa hal penting yang terangkum
dalam Bab V ini antara lain tentang penyelenggaraan transaksi elektronik, sistem
elektronik dan agen elektronik.
Memuat Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 yang berisi tentang perbuatan elektronik,
pelanggaran, dan dampak hukum.
10
BAB VIII
PENYELESAIAN SENGKETA
BAB X PENYIDIKAN
Memuat Pasal 53 sampai dengan Pasal 54 : Undang-undang ITE ini ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia dan disahkan di Jakarta pada 21 April 2008 dan
ditanda tangani oleh Presiden Republik Indonesia,
E.
locus delicti yang berkaitan mengenai wilayah, barang bukti, tempat atau fisik kejadian,
serta tindakan fisik yang terjadi atas suatu kejahatan atau pelanggaran hukum. Namun
perlu dipahami bahwa situasi dan kondisi pelanggaran hukum yang terjadi atas
cybercrime berbeda dengan hukum positif tersebut. Salah satu faktanya kejahatan
11
dilakukan di benua Amerika tetapi akibat kejahatan berada di benua Eropa. Cyberspace
menjadi ruang kejahatan dunia maya. Kejahatan yang pada awalnya dilakukan dalam
ruang lingkup kecil kini mudah sekali untuk dilakukan melalui dunia maya hingga
ketingkat internasional. Polisi Republik Indonesia (Polri) sebagai salah satu alat
kelengkapan negara dalam menegakkan keadilan kini tidak bisa lagi tinggal diam.
Pemerintah sudah bergerak dengan melahirkan UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE.
Polri harus bergerak secara aktif untuk bertindak sebagai penegak keadilan dan aparat
hukum didunia nyata dan juga dunia maya.. Cyberpolice harus bergerak menjadi polisi
yang mampu menangani kasus-kasus di dalam segala tindakan kriminal yang dilakukan
di dunia maya. Beberapa kasus cybercrime yang pernah ditangani Polri adalah :
a. Cyber Smuggling
Laporan pengaduan dari US Custom (Pabean AS) adanya tindak penyelundupan via
internet yang dilakukan oleh beberapa orang Indonesia, dimana oknum-oknum tersebut
telah mendapat keuntungan dengan melakukan Webhosting gambar-gambar porno di
beberapa perusahaan Webhosting yanga ada di Amerika Serikat.
b. Pemalsuan Kartu Kredit
Laporan pengaduan dari warga negara Jepang dan Perancis tentang tindak pemalsuan
kartu kredit yang mereka miliki untuk keperluan transaksi di Internet.
c. Hacking Situs
Hacking beberapa situs, termasuk situs Polri, yang pelakunya diidentifikasikan ada di
wilayah RI.
Meski memang sudah dilahirkan UU yang mengatur mengenai kejahatan dunia
maya. Namun pada umumnya belum mampu membatasi setiap tingkah laku
masyarakat dalam menggunakan manfaat dunia maya. Cybercrime law mau tidak mau
harus tetap mengikuti langkah kejahatan dunia maya satu langkah dibelakang.
UU ITE menganut asas extra territorial jurisdiction. Hal ini termaktub dalam pasal
2 UU ITE. UU ITE berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan melawan
hukum sebagaimana diatur dalam UU ITE ini, baik yang berada di wilayah hukum
Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia (umumnya juga melarang
penyalahgunaan/kejahatan dengan menggunakan kartu kredit), yang memiliki akibat
12
hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan
merugikan kepentingan Indonesia. Dengan demikian, perbuatan hukum yang dilakukan
baik oleh WNI maupun WNA di luar wilayah Indonesia; atau baik oleh badan hukum
Indonesia maupun badan hukum asing, sepanjang memiliki akibat hukum di Indonesia,
dapat ditindak sesuai dengan UU ITE.
Melengkapi Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang telah
ada, UU ITE juga mengatur mengenai hukum acara terkait penyidikan yang dilakukan
aparat penegak hukum (kepolisian dan kejaksaan) yang memberi paradigma baru
terhadap upaya penegakkan hukum dalam rangka meminimalkan potensi abuse of
power penegak hukum sehingga sangat bermanfaat dalam rangka memberikan jaminan
dan kepastian hukum. Penyidikan di bidang teknologi informasi dan transaksi
elektronik dilakukan dengan memperhatikan perlindungan terhadap privasi,
kerahasiaan, kelancaran layanan publik, integritas data atau keutuhan data, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 42 ayat (2)). Sedangkan
Penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap sistem elektronik yang terkait dengan
dugaan tindak pidana harus dilakukan atas izin ketua pengadilan negeri setempat dan
wajib menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum (Pasal 42 ayat (3)).
F.
Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
UU ITE yang diberlakukan sejak April 2008 lalu ini memang merupakan
terobosan bagi dunia hukum di Indonesia, karena untuk pertama kalinya dunia maya di
Indonesia mempunyai perangkat. Karena sifatnya yang berisi aturan main di dunia
maya, UU ITE ini juga dikenal sebagai Cyber Law. Sebagaimana layaknya Cyber Law
di negara-negara lain, UU ITE ini juga bersifat ekstraterritorial, jadi tidak hanya
mengatur perbuatan orang yang berdomisili di Indonesia tapi juga berlaku untuk setiap
orang yang berada di wilayah hukum di luar Indonesia, yang perbuatannya memiliki
akibat hukum di Indonesia atau di luar wilayah Indonesia dan merugikan kepentingan
Indonesia.
13
Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa bila ada blogger di Belanda yang menghina
Presiden SBY melalui blognya yang domainnya Belanda, bisa terkena keberlakuan UU
ITE ini. Pasal dalam Undang-undang ITE Pada awalnya kebutuhan akan Cyber Law di
Indonesia berangkat dari mulai banyaknya transaksi-transaksi perdagangan yang
terjadi lewat dunia maya. Atas transaksi-transaksi tersebut, sudah sewajarnya
konsumen, terutama konsumen akhir (end-user) diberikan perlindungan hukum yang
kuat agar tidak dirugikan, mengingat transaksi perdagangan yang dilakukan di dunia
maya sangat rawan penipuan.
Dan dalam perkembangannya, UU ITE yang rancangannya sudah masuk dalam
agenda DPR sejak hampir sepuluh tahun yang lalu, terus mengalami penambahan
disana-sini, termasuk perlindungan dari serangan hacker, pelarangan penayangan
content yang memuat unsur-unsur pornografi, pelanggaran kesusilaan, pencemaran
nama baik, penghinaan dan lain sebagainya. Terdapat sekitar 11 pasal yang mengatur
tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam UU ITE, yang mencakup hampir 22
jenis perbuatan yang dilarang. Dari 11 Pasal tersebut ada 3 pasal yang dicurigai akan
membahayakan blogger, pasal-pasal yang mengatur larangan-larangan tertentu di
dunia maya, yang bisa saja dilakukan oleh seorang blogger tanpa dia sadari. PasalPasal tersebut adalah Pasal 27 ayat (1) dan (3), Pasal 28 ayat (2), serta Pasal 45 ayat
(1) dan (2).
Pasal 27 ayat (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Pasal
27 ayat (3)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik. Pasal 28 ayat (2)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).
Atas pelanggaran pasal-pasal tersebut, UU ITE memberikan sanksi yang cukup
berat sebagaimana di atur dalam Pasal 45 ayat (1) dan (2). Pasal 45 ayat (1)
14
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal 45
ayat (2)Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
G.
15
Selain memiliki sisi positif UU ITE ternyata juga terdapat sisi negatifnya. Contoh
kasus Prita Mulyasari yang berurusan dengan Rumah Sakit Omni Internasional juga
sempat dijerat dengan undang-undang ini. Prita dituduh mencemarkan nama baik lewat
internet. Padahal dalam undang-undang konsumen dijelaskan bahwa hak dari onsumen
untuk menyampaikan keluh kesah mengenai pelayanan publik. Dalam hal ini seolaholah terjadi tumpang tindih antara UU ITE dengan UU konsumen. UU ITE juga
dianggap banyak oleh pihak bahwa undang-undang tersebut membatasi hak
kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat, dan menghambat kreativitas dalam
berinternet. Padahal sudah jelas bahwa negara menjamin kebebasan setiap warga
negara untuk mengeluarkan pendapat.
Undang-undang ini menimbulkan suatu polemik yang cukup panjang. Maka dari
itu
muncul
suatu
gagasan
untuk
merevisi
undang-undang
tersebut.
16
Casey Cybercrime is used throughout this text to refer to any crime that involves
computer and networks, including crimes that do not rely heavily on computer.
Jenis-jenis Katagori CyberCrime
Eoghan Casey mengkategorikan cybercrime dalam 4 kategori yaitu:
1. A computer can be the object of Crime.
2. A computer can be a subject of crime.
3. The computer can be used as the tool for conducting or planning a crime.
4. The symbol of the computer itself can be used to intimidate or deceive.
Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
a. Unauthorized Access
Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup
ke dalam suatu system jaringan secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan
dari pemilik sistem jaringan computer yang dimasukinya. Probing dan post merupakan
contoh kejahatan ini.
b. Illegal Contents
Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi
ke internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap
melanggar hukum atau menggangu ketertiban umum, contohnya adalah penyebaran
pornografi.
c. Penyebaran virus secara sengaja
Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Sering
kali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini
kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya.
d. Data Forgery
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumendokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh
17
18
hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah Carding, yaitu
pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi
perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list)
untuk menyebarkan material bajakan.
H.
Transaksi Elektronik
kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Maka selain
menciptakan UU dan memaksimalkan fungsi aparat hukum, sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi. Untuk menjaga
ketahanan dan keamanan dari ancaman cybercrime baik dari Indonesia sendiri maupun
dari luar negeri. Selain itu kesadaran masyarakat menjadi poin yang sangat penting
dalam meminimalisir cybercrime.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
UU ITE ini memang ada positif dan negatifnya. Contoh dampak positif yang mungkin
muncul di masa datang mungkin seperti ini:
21
Jika kita melakukan transaksi perbankan (misalnya melalui Klik BCA) dan
dirugikan karena (misalnya) ketekan tombol submit 2 kali, dan ini tidak
diantisipasi oleh pengelola transaksi, maka kita berhak secara hukum menuntut
pengelola transaksi tersebut. Tuntutan ini juga bisa berlaku untuk mereka yang
menjadi merchant egold, PayPal, dsb.
Semua yang tertulis dalam sebuah blog menjadi resmi hak cipta penulisnya dan
dilindungi hak kekayaan intelektualnya. Makanya, berhati-hatilah menulis dalam
blog, karena tulisan negatif yang merugikan pihak lain, juga ikut resmi menjadi
hak cipta penulisnya, dan itu bisa dituntut oleh pihak yang dirugikan.
Bila ada yang melakukan transaksi kartu kredit tanpa sepengetahuan pemilik
kartu (alias carding), secara jelas bisa dituntut melalui hukum.
Hati-hati yang suka nge-hack situs untuk mendapatkan database situs tersebut.
Apalagi dengan tujuan menggunakannya untuk transaksi ilegal, misal: menjual
alamat email tanpa sepengetahuan pemilik email. Hal ini juga berlaku untuk para
pemilik situs yang harus menjamin kerahasiaan anggotanya, dan tidak menjual
database tersebut ke pihak lain. Ini juga termasuk kasus jual-menjual database
pengguna telepon genggam ke bank untuk penawaran kartu kredit.
Untuk pemilik blog atau forum bisa dengan lebih leluasa menghapus semua
komentar yang berhubungan dengan makian, kata-kata kotor, menyinggung
SARA (menjelekkan orang lain (termasuk nama pemilik blog), dan itu dilindungi
hukum.
Isi sebuah situs tidak boleh ada muatan yang melanggar kesusilaan. Kesusilaan
kan bersifat normatif. Mungkin situs yang menampilkan foto-foto porno secara
vulgar bisa jelas dianggap melanggar kesusilaan. Namun, apakah situs-situs
edukasi AIDS dan alat-alat kesehatan yang juga ditujukan untuk orang dewasa
22
dilarang? Lalu, apakah forum-forum komunitas gay atau lesbian yang (hampir)
tidak ada pornonya juga dianggap melanggar kesusilaan? Lalu, apakah foto
seorang masyarakat Papua bugil yang ditampilkan dalam sebuah blog juga
dianggap melanggar kesusilaan?
Seperti biasa, yang lebih mengkhawatirkan bukan UU-nya, tapi lebih kepada
pelaksanaannya. Semoga saja UU ini tidak menjadi alat bagi aparat untuk
melakukan investigasi berlebihan sehingga menyentuh ranah pribadi. Karena
seperti Pak Nuh bilang, UU ini tidak akan menyentuh wilayah pribadi. Hanya
menyentuh wilayah yang bersifat publik. Itu kan kata Pak Nuh. Kata orang di
bawahnya (yang mungkin nggak mengerti konteks) bisa diinterpretasi macammacam.
B. SARAN
Masyarakat sebagai subjek hukum yang akan menjalankan setiap ketentuan hukum
positif di Indonesia. Tidak seharusnya hanya bisa menuntut kepada pemerintah dan
juga aparat tetapi harus memiliki kesadaran untuk taat hukum. Masyarakat juga dalam
memakai internet dan menikmati fasilitas dunia maya harus mampu bertindak preventif.
Agar tidak menjadi korban dari cybercrime.
23
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah RI Tahun 2012 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
1
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Depkominfo, Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika, Cetakan kedua : September 2008,
hal. iv.
https://angelinasinaga.wordpress.com/tag/analisa-uu-ite/
http://bolmerhutasoit.wordpress.com/2012/01/15/eksistensi-cybercrime-di-indonesia/
24
http://greatandre.blogspot.com/2012/02/implementasi-uu-ite-dalam-era.html
25