Anda di halaman 1dari 10

Tugas Rangkuman Hukum Internasional

“Hukum Internasional- Pendahuluan”

Oleh :

AMALIA RAHMA MAULIDIANA


18010000074
IV/ B

MARET 2020
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
TUGAS 2

HUKUM INTERNASIONAL- PENDAHULUAN

1. Pengertian dan Batasan Hukum Internasional

Hukum internasional merupakan hukum yang mengatur hubungan lintas Negara.

 Pengertian hukum internasional publik.

Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan batas Negara (hubungan internasional) yang bukan
bersifat perdata bukan bersifat perdata artinya mengatur hubungan antar Negara
bukan mengatur hubungan antar orang-perorangan.

Hukum publik internasional atau yang lazim disebut "hukum internasional" adalah


himpunan peraturan yang mengatur hubungan antara negara-negara yang merdeka
dan berdaulat. Menurut pasal 38 ayat (1) Piagam Mahkama Internasional, sumber
hukum internasional adalah sebagai berikut :
1) Perjanjian internasional (traktat);
2) Kebiasaan internasional;
3) Asas-asas hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab;
4) Yurisprudensi internasional; dan
5) doktrin (pendapat para ahli/sarjana hukum) internasional.

Subyek hukum internasional adalah badan atau manusia (pribadi) yang memiliki hak
dan kewajiban dalam hubungan internasional. Adapun yang dapat menjadi subyek
hukum internasional sebagai berikut :

a. Negara yang merdeka dan berdaulat;


b. Organisasi internasional, seperti PBB yang bertindak dengan perantara Majelis
Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Sekretariat, dan
Mahkamah Internasional.
c. Tahta (kursi) suci, yaitu Gereja Katholik Roma yang diwakili oleh paus di Vetikan
; dan
d. Manusia sebagai pribadi.pada dasarnya hukum internasional meliputi tentang :
1) hukum damai,yang antara lain mengatur :
- wilayah serta warga sesuatu negara.
- badan-badan yang bertidak sebagai perwakilan negara, yaitu kepala negara,
duta, dan konsul;
- cara membentuk, memberlakukan dan menghapus/menghari traktat;
- kerjasama innternasional dibidang sosial,ekonomi, kebudayaan dan lain-lain.;
- delik atau kejahatan yang bersifat internasional; dan
- penyesalan damai suatu perselisihan intrnasional.

2) Hukum perang, antara lain meliputi:

Hukum peperangan, yang mengatur hubungan antar negara-negara yang sedang


berperang, antara lain tentang perlakuan terhadap tawanan perang, perlakuan
terhadap dokter dan juru-rawat. perwakilan, mata-mata dan larangan pemakaian
senjata tertentu.

3) Hukum Netral

Mengatur hak dan kewaajiban negara-negara yang berperang dan negara-negara


netral. pada asasnya terdapat suatu ketentuan, bahwa negara netral tidak boleh
turut campur memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang berperang, dan
sebaliknya kepentingannya harus dihormati oleh pihak-pihak yang berperang.

 Pengertian hukum perdata internasional

Hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan azas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara (hukum yang mengatur
hub.hukum perdata antara pelaku-pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada
hukum perdata (nasional) yang berlainan. Timbulnya hukum perdata internasional
didarkan pada kenyataan bahwa di dunia ini terdapat sejumlah negara yang
mempunyai hukum perdata masing-masing.

Dari kedua hal di atas tentang hukum internasional publik dan hukum perdata
internasional memiliki persamaan dan perbedaan. Yakni, antara lain :
- Persamaan dari hukum internasional publik dan hukum perdata internasional
adalah bahwa keduanya mengatur hubungan-hubungan atau persoalan yang
melintasi batas-batas negara-negara (internasional).
- Sedangkan perbedaannya adalah terletak dalam sifat hukum dari pada
hubungan atau persoalan yang diaturnya (obyeknya).

2. Rumusan Hukum Internasional (HI)

Hukum internasional memiliki rumusan yang mana rumusan itu ada karena hukum
internasional merupakan keseluruhan kaidah-kaidah dan azas-azas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara. Pengaturannya
mengatur hubungan antara :

1) Negara dengan negara


Pengaturan hubungan negara dengan negara misalnya adalah adanya hubungan
kerjasama antara Indonesia dengan China. Kedua subjeknya adalah negara.

2) Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara


Pengaturan hubungan antara negara dengan subjek hukum lain bukan negara
adalah hubungan suatu negara dengan subjek hukum internasional lain seperti
Organisasi internasional, seperti PBB yang bertindak dengan perantara Majelis
Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Sekretariat, dan
Mahkamah Internasional.

3) Subjek hukum bukan negara satu sama lain


Pengaturan hubungan anatara subjek hukum yang sama-sama bukan negara.
Misalkan organisasi internasional yang bergerak di dalam bidang Hak Asasi
Manusia bekerja sama dengan organisasi internasional yang sama-sama pejuang
kemanusiaan.
3. Istilah Hukum Internasional dan Alasan Penggunaan Istilah Hukum Internasional

Selain istilah hukum internasional orang juga mempergunakan beberapa istilah :

1) Hukum bangsa-bangsa
2) Hukum antar bangsa
3) Hukum antar negara

Istilah hukum bangsa-bangsa (law of nations,droit de gens,voelkerrecht) berasal dari


istilah hukum romawi “ius gentium”

Terminologi Hukum Internasional yang digunakan di Indonesia merupakan padanan


dari istilah bahasa asing, di antaranya International Law(Inggris), Droit
International(Prancis), dan Internationaal Recht(Belanda).

Istilah Hukum Internasional saat ini telah diterima secara umum untuk
menggambarkan pranata hukum yang berlaku dalam hubungan internasional.
Sejumlah kepustakaan juga menggunakan istilah-istilah berbeda yang memiliki
makna yang mendekati atau relatif sama dengan Hukum Internasional, yakni Hukum
Antar Bangsa (The Law of Nations), Hukum Antar Negara (Interstates Law), Hukum
Dunia (World Law), dan Hukum Transnasional (Transnational Law).

The Law of Nations, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi hukum
bangsa-bangsa, memiliki akar konseptual pada istilah yang dikenal di dalam bahasa
Romawi, Ius Gentium,yakni hukum yang berlaku antara bangsa-bangsa di jaman
Romawi, termasuk kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang
Romawi dengan orang bukan Romawi dan antara sesama bukan orang Romawi.

Dalam perkembangannya, dikenal pula istilah Ius Inter Gentesyang bermakna hukum
antar bangsa yang menandakan awal munculnya hukum internasional publik.

Istilah Law of Nations juga sering dimaknai serupa dengan istilah Law among
Nations. Di masa menjelang berakhirnya
Perang Dunia II, seorang Hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat bernama Robert
H. Jackson melakukan refleksi terhadap situasi peperangan saat itu dengan
mengemukakan pentingnya hukum antar bangsa. Ia menyatakannya sebagai berikut,

“Kesadaran akan dampak perang terhadap hukum dasar kita harus membawa pulang
kepada orang-orang kita sifat penting dan praktis dari perjuangan kita untuk sebuah
peraturan hukum di antara bangsa-bangsa”

Sejumlah pakar juga seakan masih menegaskan bahwa Law among Nations
merupakan esensi dari hukum internasional publik yang dipahami saat ini.

Istilah hukum antarnegara (interstates law) juga digunakan untuk merujuk hukum
yang mengatur hubungan antara satu negara dengan negara lainnya. Dalam konteks
Hukum Internasional kontemporer, istilah ini tentu mengandung suatu kelemahan
bahwa subjek hukum internasional hanyalah negara-negara.

Faktanya, kendatipun negara merupakan subyek utama dalam hukum internasional,


sejumlah entitas yang memiliki kapasitas hukum internasional terbatas juga telah
diakui sebagai subyek hukum internasional.

Perlu untuk diklarifikasi bahwa istilah “interstate‟ juga dapat memiliki makna lain,
yaitu hukum antar negara bagian di suatu negara Federasi, seperti misalnya Amerika
Serikat.Para sarjana hukum internasional nampaknya tidak terlalu banyak
menggunakan istilah ini karena cenderung lebih tepat digunakan untuk isu-isu hukum

internasional yang bersifat tematik.

Alasan mengapa menggunakan istilah Hukum Internsional antara lain :

 Hukum bangsa-bangsa menunjuk pada kebiasaan dan aturan hukum yang


berlaku dalam hubungan raja-raja zaman dahulu.
 Hukum antar bangsa mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa
atau negara sejak munculnya negara sebagai negara nasional (national state)
 Hukum internasional (publik) modern mengatur hubungan antar negara
dengan negara, negara dengan subjek hukum lainnya bukan negara dan antar
subjek hukum bukan negara satu sama lain

4. Hukum Internasional Khusus

 Hukum Internasional umum sumber-sumber hukum internasional secara


general
 Hukum Internasional regional ketentuan hi yang berlaku untuk wilayah
tertentu , spesial berlaku untuk negara-negara tertentu.Contoh : Hukum
Internasional amerika/ Hukum Internasional amerika latin , konsep
perlindungan kekayaan hayati laut ‘conservation of the living resources of the
sea’ yang mula-mula timbul dan tumbuh di benua amerika)

Hukum Internasional yang berlaku secara khusus tidak boleh bertentangan dengan
yang berlaku umum.

5. Teori Dasar Mengikat Hukum Internasional

a. Teori hukum alam (natural law)


Hukum Internasional mengikat karena Hukum Internasional tidak lain daripada
hukum alam yang diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa-bangsa.

b. Teori kehendak negara


Hukum Internasional mengikat karena negara itu atas kemauan sendiri mau tunduk
pada HI.kelemahan teori ini: bagaimana kalau suatu negara secara sepihak
membatalkan niatnya untuk mau terikat pada HI?

c. Teori kehendak bersama


Hukum internasional mengikat bukan karena kehendak mereka sendiri-sendiri tetapi
atas kehendak mereka bersama.

d. Teori norma hukum


Norma hukum yang merupakan dasar terakhir dari pada kekuatan mengikat dari pada
Hukum Internasional.
Dasar kekuatan mengikatnya hukum (Internasional) terdapat dalam kenyataan sosial
bahwa mengikatnya hukum itu mutlak perlu untuk dapat terpenuhinya kebutuhan
manusia (bangsa) untuk hidup bermasyarakat.

6. Masyarakat Internasional Sebagai Landasan Sosiologis

Masyarakat Internasional landasan sosiologis bagi hukum internasional (merupakan


kehidupan bersama daripada negara-negara yang merdeka dan sederajat)

Disebut sebagai masyarakat (internasional) apabila ada interaksi dan hubungan tetap,
yang menyebabkan hubungan tetap , seperti adanya perbedaan kebutuhan.

Indikator adanya masyarakat internasional:


1) Adanya sejumlah negara
2) Adanya hubungan yang tetap antara anggota masyarakat Internasional.
3) Saling membutuhkan antara bangsa-bangsa/ adanya kepentingan bersama.

Dalam masyarakat Internasional semua negara merdeka & berdaulat


mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam Hukum internasional.

7. Asas Hukum Landasan Materiil Hukum Internasional

 Asas hukum yang bersamaan

Sebagai dasar landasan materiil , wujudnya sebagai hukum positiif yang


berlaku di tiap-tiap negara dan berlaku universal (pacta sun servanda, asas
legalitas).

 Asas-asas dalam Hukum Internasional

Prinsip-prinsip hukum umum sebagai salah satu sumber utama hukum


internasional adalah asas-asas hukum yang mendasari sistem hukum positif yang
sudah melembaga. Ketentuan Konvensi Wina mengakui beberapa prinsip-prinsip
hukum umum tentunya terutama terkait dengan perjanjian internasional, yaitu:

a) pacta sun servanda : setiap perjanjian berlaku mengikat terhadap pihak-pihak


pada perjanjian dan harus dilaksanakan dengan itikat baik
b) free consent : setiap pihak mempunyai kebebasan untuk melakukan
kesepakatan dengan pihak manapun
c) good faith : setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikat baik oleh para
pihak
d) non retroactive : konvensi hanya berlaku terhadap perjanjian yang ditutup
sesudah berlakunya konvensi
e) pactaterties nee nosunnenprosunt : perjanjian hanya berlaku pada pihak
yang membuat perjanjian
f) rebus sic stantibus/fundamental change of circumstances : perjanjian
internasional akan batal bilamana ada perubahan yang mendasar apa yang
menjadi obyek perjanjian
g) et equo et bono : prinsip kepatutan dan kewajaran menjadi dasar setiap
penerapan perjanjian internasional
h) jus cogen : perjanjian batal bilamana muncul noma imperatif baru
menggantikan norma lama yang mendasari perjanjian

Disamping prinsip-prinsip di atas masih ada prinsip hukum umum yang termuat dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Charter) yang harus dipatuhi para pihak
dalam menutup dan melaksanakan perjanjian internasional seperti:

a) Prinsip persamaan hak (equality rights),


b) Penentuan nasib sendiri (self determination),
c) Prinsip persamaan kedaulatan dan kemerdekaan semua negara,
d) Prinsip tak mencampuri urusan dalam negeri (non-interference),
e) Prinsip larangan mengancam atau menggunakan kekerasan (refrain of the threat
and use of force) dan
f) Prinsip penghormatan universal dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
(respecting for human rights) dan kebebasan dasar manusia bagi semua orang
(fundamental freedom).
8. Hakikat Dan Fungsi Kedaulatan Negara Dalam Hukum Internasional

Kedaulatan negara merupakan kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh negara


‘souvereignity’ namun kedaulatan tersebut ‘tidak tak terbatas’. Suatu negara
kedaultannya di batasi oleh :

1. Wilayah negara tersebut/ batas-batas wilayah negara


2. Dibatasi oleh hukum internasional

Fungsi dari kedaulatan negara dalam hukum internasional adalah bertujuan untuk
memberikan batasan negara lain untuk bertindak sewenang-wenang dengan alasan
didasari oleh hukum nasional yang ada di negaranya.

Dalam hal ini Hukum Internasional juga bertujuan untuk melindungi negara-negara
dari benturan kepentingan, karena setiap memiliki mahzab, dan pandangan hukum
yang berbeda, sehingga dipertemukan hukumnya dalam hukum Internasional agar
berjalan serasi dan seimbang.

Dengan adanya kedaultan dan pengakuan, suatu negara memiliki kedudukan yang
sama di mata internasional. Sehingga ketika suatu negara merdeka dan memiliki
kedaulatan, maka di anggap mampu mengemban kewajiban dan hak dalam membuat
perjanjian internasional.

Sumber :
1) Catatan kuliah google classroom dosen pengajar matakuliah Hukum Internasional
2) Hardjowohono, Bayu Seto.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata
Internasional.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
3) Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum
Internasional PT. Alumni, Bandung.
4) Kholis Roisah. Hukum Perjanjian Internasional Teori dan Praktik. Malang: Setara Press.
2015. Hal 16

Anda mungkin juga menyukai