Anda di halaman 1dari 5

HUKUM INTERNASIONAL

OLEH
SYAMSUL MUJTAHIDIN. SH., MH.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL

A. PENGERTIAN
Pengertian hukum internasional disini adalah hukum internasional publik. Penggunaan
nama hukum internasional juga ditemukan dalam hukum internasional privat/ hukum
perdata internasional. Kata “Publik” dalam hukum internasional publik, sering dikaitkan
dengan kepentingan negara-negara. Namun perkembangan hukum internasional hari ini,
kepentingan yang bersifat publik tersebut juga berhubungan dengan kepentingan
organisasi internasional, vatikan, Transnational Corporation (TnC) dan bahkan
kepentingan individu, seiring dengan perkembangan subyek hukum internasional. Prof.
Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa kata ‘publik’ disini sangat terbatas bila
diartikan hubungan atau persoalan antar negara saja, atau dengan kata lain, kata publik
disini lebih dari sekedar bersifat kenegeraan.
Hal ini karena suatu negara (atau institusi internasional publik lainnya) ada kalanya
melakukan hubungan perdata, kemudian orang perorangan menurut hukum internasional
modern juga ada kalanya dianggap mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum
internasional publik, misalnya, Asylum (suaka) yang diajukan oleh individu atau
kelompok. Hubungan atau persoalan internasional pada masa sekarang tidak semunya
disebut persoalan hubungan antar negara. Misalnya kedudukan para pejabat organisasi
internasional dan hubungan mereka dengan organisasi internasional tempat mereka
bekerja merupakan bukan persoalan hubungan antar negara, tetapi hubungan tersebut
mencakup bagian dari hukum internasional publik. Demikian pula, pelanggaran-
pelanggaran ketentuan pidana dari konvensi-konvensi Jenewa 1949 (Konvensi ttg
Pelanggaran HAM berat) juga bukan termasuk pelanggaran hubungan antar negara,
melainkan individu.
Sehingga Prof. Mochtar mendefinisikan hukum internasional publik berbeda dengan
hukum perdata internasional. Hukum Internasional Publik ialah keseluruhan kaidah dan
asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara/
hubungan internasional (yaitu hubungan negara dengan negara, negara dengan subjek
hukum lain yang bukan negara dan hubungan subjek hukum bukan negara satu sama lain)
yang bukan bersifat perdata. Sedangkan hukum perdata internasional ialah keseluruhan
kaidah atau asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara.
Atau dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan hukum perdata (hubungan
perkawinan, waris, kontrak, hak milik, hak kebendaan, dll) antara para pelaku hukum yang
masing-masing tunduk pada hukum perdata nasional yang berlainan. (Pembahasan lebih
lanjut mengenai hukum perdata internasional akan dikemukakan pada mata kuliah hukum
perdata internasional selanjutnya..)
Untuk memperjelas pengertian hukum internasional sekarang kita akan meninjau istilah-
istilah hukum internasional yang digunakan dalam berbagai literatur.
B. ISTILAH
Isitilah hukum internasional yang digunakan di indonesia sebenarnya dambil dari bahasa
asing yaitu International Law (Inggris), Droit International (Prancis), dan
Internationaal Recht (Belanda). Selain istilah hukum internasional, orang juga
menggunakan istilah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum
antarnegara. Sebenarnya istilah-istilah tersebut tidak menjadi soal atau masalah mana
yang akan digunakan, yang terpenting kita mengetahui apa yang dimaksud istilah itu dan
kita mempergunakannya secara tetap apabila salah satu kita sudah pilih.
Istilah hukum bangsa-bangsa (law of nations, droit de gens, voelkerrecht) berasal dari
istilah hukum Romawi yaitu Ius Gentium, yaitu kaidah atau asas hukum yang mengatur
hubungan antara orang romawi dengan orang yang bukan romawi dan hubungan anatra
orang yang bukan romawi satu sama lain. Dalam perkembangannya, dikenal pula istilah
Ius Inter Gentes yang bermakna hukum antar bangsa yang menandakan awal
munculnya hukum internasional publik. Istilah hukum antarbangsa sebenarnya sama
dengan istilah hukum antar negara.
Istilah hukum bangsa-bangsa lebih dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan
aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu (sebelum
terbentuknya negara-negara). Sedangkan hukum antarbangsa atau antar negara ini
dipergunakan untuk menunjukan asas atau kaidah yang mengatur hubungan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara-negara yang kita kenal sejak munculnya
negara modern atau negara nasional (nation-state).
C. DEFINISI
Hukum internasional mempunyai beragam definisi yang dikemukakan oleh para sarjana/
ahli hukum internasional. Ragam tersebut didasarkan pada cara pandang para sarjana akan
batasan hukum internasional.
Para pakar hukum internasional di masa lalu mengartikan hukum internasional terbatas
pada negara satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek hukum lainnya,
diantaranya:
1. Emerich de Vattel dan Hackworth, sebagaimana dikutip oleh Chairil Anwar
mendefinisikan hukum internasional sebagai ilmu pengetahuan tentang hak-hak
yang terdapat di antara bangsa-bangsa atau negara-negara atau
kewajibankewajiban yang bertalian dengan hak-hak tersebut (Vattel). Sementara
itu, Hackworth mendefinisikan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan
aturan-aturan yang mengatur hubungan antara negara-negara.
2. John O’brien mengatakan bahwa hukum internasional tidak lain merupakan
sistem hukum antar negara. Batasan O’brien mengenai hukum internasional ini
berdasarkan pemikirannya yang menganggap negaralah aktor utama dari praktik
hukum internasional.
3. Brierly, yang menggunakan istilah Hukum Internasional atau Hukum Bangsa-
Bangsa, mendefinisikannya sebagai sekumpulan aturan-aturan dan prinsip tindakan
yang mengikat atas negara-negara yang beradab dalam hubungan mereka satu
dengan lainnya.
4. Oppenheim mendefinisikan hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional
sebagai suatu sebutan untuk sekumpulan aturan-aturan kebiasaan dan traktat yang
secara hukum mengikat negara-negara dalam hubungan mereka satu dengan yang
lain.
5. Wiryono Projodikoro, seorang penulis hukum yang cukup produktif,
menggunakan istilah Hukum Publik Internasional yang didefinisikan sebagai
hukum yang mengatur perhubungan hukum antara pelbagai bangsa di pelbagai
negara.
Namun, perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan praktik-praktik hubungan
internasional serta bertambahnya jumlah negara-negara berdaulat pasca kolonialisasi
negara eropa memaksa hukum internasional harus memayungi subjek yang lebih luas
seperti, organisasi internasional, kelompok-kelompok supranasional, kelompok-kelompok
pemberontak, bahkan individu yang memiliki kepentingan lintas negara. Meski demikian
lahirnya subjek-subjek baru hukum internasional tersebut tidak melunturkan peran utama
dari negara dalam sistem hukum internasional. Hal ini kemudian memunculkan pemikiran
baru tentang definisi dari hukum internasional, diantaranya:
1. Rebecca Wallace, mendefinisikan hukum internasional sekarang mengacu pada
peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan negara-negara dan
kesatuan lain yang pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional,
seperti misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu
dengan lainnya.
2. J. G. Starke, Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum
yang untuk sebagian besar terdiri dari prinsipprinsip dan kaidah-kaidah perilaku
yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk mentaati dan
karenanya, benarbenar ditaati secara umum dalam hubunganhubungan mereka satu
sama lain, dan yang meliputi juga: 1) kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan
berfungsinya lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-
hubungan mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan negaranegara dan
individu-individu; dan 2) kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan
individu-individu dan badan-badan non-negara sejauh hak-hak dan kewajiban
individu dan badan non-negara tersebut penting bagi masyarakat internasional.
3. Prof. F. Sugeng Istanto mengemukakan definisi hukum internasional yaitu
kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya dipertahankan oleh masyarakat
internasional. Prof. Sugeng mengemukakan definisi hukum internasional dalam
suatu rumusan yang membedakannya dengan Hukum Perdata Internasional
sekaligus menolak pandangan bahwa Hukum Internasional hanyalah merupakan
moral internasional saja.
4. Prof. Jawahir Thontowi memberikan ulasan mengenai ruang lingkup Hukum
Internasional sebagai berikut. “Sebagai suatu peraturan hukum yang memiliki
cakupan yang cukup luas, hukum internasional terdiri dari prinsip-prinsip,
peraturan-peraturan, dan kebiasaan internasional tentang tingkah laku negara-
negara dalam hubungan internasional yang terikat untuk mematuhinya dan
melaksanakannya. Selain itu, hukum internasional mencakup peraturanperaturan
hukum tertentu terkait antara individu-individu dengan subyek hukum non-negara
(non-State entities) dan aktor-aktor negara yang baru (new State actors)”.
5. Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Hukum Internasional
merupakan seperangkat prinsip dan norma hukum yang melandasi hubungan antara
subyek-subyek Hukum Internasional dan mengatur persoalan-persoalan hukum
publik yang bersifat lintas batas negara. Dengan demikian, terdapat 3 (tiga) unsur
dari batasan tersebut, yakni:
a. Terdapat prinsip (asas) hukum dan norma (kaidah) hukum;
b. Berfungsi untuk melandasi hubungan antara subyek-subyek Hukum
Internasional dan mengatur persoalan-persoalan hukum publik yang
bersifat lintas batas negara;
c. Bersifat publik.
D. TUJUAN
Ketentuan-ketentuan hukum internasional bertujuan untuk:
1. Mewujudkan keadilan dalam hubungan internasional. Ini terbukti dengan adanya
lembaga/mahkamah pengadilan, yaitu:
a. Mahkamah Tetap Pengadilan Internasional, yang ada semasa Liga Bangsa-
Bangsa;
b. Mahkamah Pengadilan Internasional (International Court of Justice) dan
Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) diatur di
dalam Piagam PBB maupun secara khusus diatur didalam Statuta
Mahkamah Internasional.
c. Pengadilan-Pengadilan khusus yang ada didalam organisasi internasional
dibawah PBB, seperti, Dispute Sattlement Body WTO,
International Tribunal for the Law of the Sea, dll.
2. Menciptakan hubungan internasional yang teratur.

Menurut Dr. Harry Purwanto, Dosen Hukum Internasional FH UGM, merangkum


beberapa tujuan pokok dari Hukum Internasional:

1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Hukum atau hukum


internasional tidak menciptakan perdamaian, melainkan hanya memelihara atau
menjadaga perdamaian. Sebagai pencipta perdamaian adalah manusia atau negara
sebagai anggota masyarakat internasional.
2. Memajukan kepentingan umum bagi warga masyarakat internasional dan
mengembangkan kesejahteraan umum umat manusia.
3. Mengembangkan hubungan-hubungan bersahabat dan kerjasama di segala bidang
antar bangsa.
4. Mengembangkan penghormatan atas hak-hak dan kebebasan asasi manusia dan
penghormatan “rule of law” dan keadilan.
5. Menyelenggarakan tata kehidupan masyarakat internasional yang sedemikian rupa
sehingga memberikan kemungkinan bagi umat manusia untuk menyempurnakan
kepribadiannya dan memajukan derajat kehidupannya di segala bidang, sebagai
bangsa yang berdab dan berbudaya.
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang dimaksud disini adalah bidang kajian dari hukum internasional.
Seperti bidang hukum yang lain seperti Hukum Pidana, Perdata, Hukum Tata Negara,
Hukum Bisnis atau Hukum Islama, maka Hukum Internasional juga mempunyai bidang
kajian dalam memahami dan mengkaji hukum internasional. Bidang kajian ini akan
diperdalam apabila para mahasiswa mengambil konsentrasi hukum internasional. Bidang
kajian tersebut adalah:
1. Hukum Hak Asasi Manusia dan Humaniter Internasional (International Human
Rights and Humanitarian Law);
2. Hukum Laut Internasional (The Law of the Sea);
3. Hukum Diplomatik (Diplomatics Law) yaitu Vienna Convention on Diplomatic
Relations (1961), Vienna Convention on Consular Relations (1963), dan Convention
on Special Missions (1969);
4. Hukum Perjanjian Internasional (The Law of Treaties);
5. Hukum Organisasi Internasional (Law of International Organization);
6. Hukum Udara dan Angkasa (Air and Outer Space Law);
7. Hukum Lingkungan Internasional (International Environmental Law);
8. Hukum Ekonomi Internasional (International Economics Law);
9. Hukum Pidana Internasional (International Criminal Law);
10. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (International Dispute Settlement).

Anda mungkin juga menyukai