Asal muasal munculnya gabungan kata hukum dan intenasional. Hal ini perlu diperhatikan
karena kata hukum internasional sendiri berasal dari bahasa inggris International law, common
law, law of nations, transnational law dan dalam bahasa Perancis dikenal dengan droit
international. Perbedaan terdapat pada kata terjemahan law dan droit, yang memiliki makna
identik hukum atau aturan. Dalam kamus bahasa indonesia diterjemahkan menjadi hukum
bangsa-bangsa, hukum antara negara, dan hukum antara negara
Kata internasional menunjukan bahwasanya kajian hukum tidaklah bersifat lokal (internal)
atau nasional, melainkan hukum yang berlaku bagi negara-negara di dunia, baik sudah tergabung
maupun belum menjadi anggota PBB.
Oleh karena itu, mempelajari hukum internasional tidak terlepas dari badan organisasi
internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations, serta piagam kesepakatan
internasional United Charter. Hal ini dikarenakan PBB merupakan badan internasional yang
mendukung terciptanya ketentuan-ketentuan intenasional dan keberlakuan yang mengikat
anggotanya.
Hubungan antara subjek hukum tidak saja bersekala nasional, namun sudah sejak lama
meluas manjadi hubungan diluar wilayah kedaulatan suatu negara atau dikenal dengan hubungan
internasional. Untuk menciptakan suatu keteraturan dalam berhubungan antara subjek hukum
tersebut, terciptalah pengaturan transnasional, hukum antara negara, melewati batas dari satu
negara dengan negara lain. Istilah yang digunakan yaitu hukum internasional. Selanjutnya
makalah ini akan membahas pengertian, subyek dan obyek, sumber-sumber serta Asas-asas
Hukum Internasional.
3.
4.
5.
1.3 Tujuan
1.
2.
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan hukum internasional dengan hukum perdata
internasioanl.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara, dan negara dengan subjek
hukum lain yang bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.
Definisi oleh Rebecca M Wallace
Hukum Internasional merupakan peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur
tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian
internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu
dengan lainnya.
Hugo de Groot
Mengemukakan bahwa hokum dan hubungan internasional didasarkan pada kemauan
bebas atau hokum alam dan persetujuan beberapa atau semua Negara. Ini ditujukan demi
kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya.
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara antara Negara dengan Negara, Negara dengan
subjek hukum internasional lainnya yang bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu
sama lain.2[2]
Definisi oleh Wirjono Prodjodikoro
Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antar berbagai
bangsa di berbagai Negara.
Wirjono Prodjodikoro
Hukum yang mengatur hubungan hukum antarberbagai bangsa di berbagai Negara.
Ivan A.Shearer.
Sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar mengatur tentang prinsip-prinsip dan
aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara dan hubungannya satu sama lain meliputi:
a. Aturan-aturan hukum yang berhubungan dengan fungsi institusi atau organisasi tersebut,
serta hubungan antara institusi dan organisasi-organisasi tersebut dengan negara dan individu.
b. Aturan-aturan hukum tertentu yang berhubungan dengan individu-individu yang menjadi
2.2 perbedaan dan persamaan hukum internasional dengan hukum perdata internasional
Hukum internasional dapat dibagi ke dalam dua ketegori : hukum internasional publik
dan hukum internasional privat, yang mengatur mengenai hubungan antara individu yang
memiliki kewarganegaraan yang berbeda.
Berbeda dalam definisi, HPI merupakan keseluruhan kaedah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas Negara atau hukum yang mengatur hubungan
hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata
(nasional) yang berlainan. Sedangkan hukum internasional merupakan keseluruhan kaidah dan
asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan
internasional) yang bukan bersifat perdata.3[3]
Antara HI dan HPI terdapat titik taut, atau persamaan yaitu, keduanya mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara , yang biasa disebut dengan
internasional , namun sifat hukum atau persoalan yang diaturnya atau objeknya berbeda.
Perbedaan yang sangat menonjol antara HI dan HPI terletak pada sumber hukumnya.
Sumber HI, sesuai Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu Perjanjian Internasional
(traktat), Kebiasaan-kebiasaan intenasional, asas umum hukum yang diakui bangsa-bangsa
beradab, kuputusan hakim (yurisprudensi) dan doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan
3
HPI menggunakan sumber hukum nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan
permasalahan.
2.3 subyek dan obyek hukum internasional
Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak
dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari kelahiran dan
pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum
internasional. Namuan, seiring perkembangan zaman telah terjadi perubahan pelaku-pelaku
subyek hokum internasional itu sendiri. Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang
diakui oleh masyarakat internasional, adalah:
1.
Negara
Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi
suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional adalah:
penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang sah dan
kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
2.
Organisasi Internasional
Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan
yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB);
b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang
bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International Monetary Fund,
International Labor Organization, dan lain-lain;
.c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global,
antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.
3.
4.
5.
bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti
perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain,
maka salah satu sikap yang dapat diambil adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum
pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai
tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan
pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum
pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional. Karena mereka
memiliki hak yang sama untuk:
Menentukan nasibnya sendiri;
memilih sistem ekonomi, politik, sosial sendiri;
menguasai sumber kekayaan alam diwilayah yang didudukinya.
6.
Individu
Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak
asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu adalah sebagai subyek hukum
internasional yang mandiri.
7.
internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang
lingkup hukum internasional itu sendiri.
Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat dibebani
hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap negara, badan hokum
(internasional) atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam hubungan internasional.
Sedangkan objek hukum internasional adalah pokok-pokok permasalahan yang
dibicarakan atau dibahas dalam hukum internasional. Namun, kawasan geografis suatu Negara
(difined territory) juga dapat dikatakan sebagai objek hukum internasional dikarenakan sifat
objek hukum internasional hanya bisa dikenai kewajiban tanpa bisa menuntuk haknya. Objek
hukum merupakan sesuatu yang dapat berguna bagi subyek hukum dan dapat menjadi suatu
pokok hubungan hukum yang dilakukan oleh subyek-subyek hukum, biasanya dinamakan benda
atau hak yang dapat dimiliki dan dikuasai oleh subyek hukum.
Contoh-contoh objek hukum internasional adalah:
Istilah ini dikeluakan oleh pengadilan Nurenberg untuk perbuatan kejam Nazi Jerman terhadap
warga negaranya sendiri. Namun, dewasa ini genosida (pembunuhan massal dilatar belakangi
kebencian terhadap etnis, suku tertentu) juga termasuk dalam hukum ini.4[4]
Subyek dan Objek hokum internasional dapat berubah. Seperti apa yang terjadi pada
perang Serbia-Bosnia (perang Balkan), dimana Mahkamah Internasional (ICJ) akhirnya
menjatuhkan hukuman secara individu terhadap petinggi militer Serbia karena dianggap sebagai
orang-orang yang paling bertanggung jawab terhadap pembantaian kaum muslim Bosnia.
Mantan petinggi militer Serbia yang diadili antara lain, Kepala Staff militer Serbia, Ljubisa
Beara; Vujadin Popovic, pejabat militer yang bertanggung jawab atas pengerahan polisi militer,
Ljubomir Borovcanon, Deputi Komandan Polisi Khusus Serbia; Vinko Pandurevic, Komandan
Brigade yang melakukan serangan dan Drago Nikolic, Kepala Brigade Keamanan militer Serbia.
Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan status subyek hukum internasional
itu sendiri yaitu, perang ini melibatkan negara (Serbia), namun pada akhirnya mahkamah
menjatuhkan hukuman terhadap individu.
Objek hukum internasional dapat berubah disebabkan dunia global dan internasional
yang bersifat dinamis (selalu berubah). Sehingga tindak lanjut dari hukum internasional itu
sendiri akan berubah mengikuti arus perkembangan zaman dan permasalahan baru yang akan
timbul dalam hubungan internasional kedepannya. Seperti permasalahan yang terbaru saya baca
di internet yakni kasus perompakan kapal-kapal laut di Somalia. Kasus ini menyebabkan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengeluarkan resolusi agar kejadian ini tidak terulang kembali.
Objek hukum internasional dapat hilang. Dalam kaitan ini, kami mencoba
menghubungkan dengan kepulauan yang berada di sebelah timur laut Australia. Pulau-pulau
4
yang kebanyakan tak berpenghuni ini dijadikan Prancis (pulau ini dibawah kekuasaan Prancis)
dijadikan sebagai ajang uji coba Nuklir mereka. Sehingga, dampak dari uji coba ini adalah
hilangnya (tenggelam) pulau tersebut. Dalam hal lain, kasus perebutan pulau Malvinas/Falkland
(Inggris-Argentina) juga dapat dijadikan referensi sebagai hilangnya objek internasional. Pulau
Malvinas (penyebutan oleh orang Argentina dan Falkland oleh orang Inggris) adalah pada
mulanya milik Argentina. Namun, Inggris mengklaim pulau tersebut sehingga menyebabkan
tejadi perang dimana Argentina kalah dan harus merelakan hilang nya pulau tersebut dari peta
geografis wilayah Argentina.
Kebiasaan;
Traktat;
Keputusan Pengadilan atau badan-badan Arbitrase;
Karya-karya Hukum;
Keputusan atau Ketetapan Organ-organ atau lembaga Internasional.5[5]
Sedangkan menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber
hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:
1. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum, maupun
khusus;
2. Kebiasaan internasional (international custom);
3. Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh negara-negara
beradab;
4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah diakui
kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan. (Phartiana, 2003;
197).6[6]
1. Perjanjian Internasional atau Traktat
Traktat menurut Harmaily, dkk, adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara (bilateral)
atau banyak negara (multilateral).
Traktat adalah perjanjian yang dibuat antara negara, 2 negara atau lebih
Perjanjian terjadi karena adanya kata sepakat dari kedua belah pihak (negara) yang
mengakibatkan pihak-pihak tersebut terikat pada isi perjanjian yang dibuat.
Dapat dijadikan hukum formal jika memenuhi syarat formal tertentu, misalnya dengan
proses ratifikasi.
Asas Perjanjian Pacta Sun Servanda = perjanjian harus dihormati dan ditaati
Ucapan lisan
Kontrak dengan traktat, yaitu traktat yg menetapkan hak dan kewajiban yang hanya berlaku
bagai peserta traktat tersebut. yang perlu diperhatikan dalam treatycontract :
1. sederatan treatycontract yang dapat merupakan proses lahirnya kebiasaan internasional;
2. ada kalanya traktat semula diadakan beberapa negara saja, tapi kemudian diterima secara
umum;
3. traktat dapat memiliki nilai yang jelas yang menggambarkan hukum yang bersifat umum
Proses pembuatan traktat menurut utrecht :
1. Penetapan, (sluiting). Pada tahap ini diadakan perundingan, atau pembicaraan tentang
masyalah yang mnyangkut kepentingan masing-masing negara. Hasilnya berupa concept
verdrag, yakni penetapan isi perjanjian.
2. Persetujuan. Penetapan-penetapan pokok dari hasil perundingan itu diparaf sebagai tanda
persetujuan sementara, karena naskah tersebut masih memerlukan persetujuan lebih
lanjut dari DPR negara masing-masing. Kemungkinan terjadi bahwa masing-masing DPR
masih mengadakan perubahan-perubahan terhadap naskah tersebut.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diakhirinya traktat secara sepihak dan diterima pengakhirannya oleh pihak lain .
2. Hukum Kebiasaan Internasional
Menurut Bellefroid
"semua peraturan-peraturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh negara, tetapi ditaati oleh
seluruh rakyat, kerena mereka yakin bahwa peraturan itu berlaku sebagai hukum."
2.
ASAS TERITORIAL
Menurut azas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang
ada di wilayahnya dan terhadap semua barang atau orang yang berada diwilayah tersebut,
1.
2.
3.
Asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar atau fundamentalis dalam
keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Hukum Internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Pada awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan
antarnegara. Namun, dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin meluas,
hukum internasional juga mengurus struktur dan perilaku organisasi internasional, individu, dan
perusahaan multinasional.
Perbedaan antara HI dan HPI terletak pada sumber hukumnya. Sumber HI, sesuai Pasal
38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu Perjanjian Internasional (traktat), Kebiasaankebiasaan intenasional, asas umum hukum yang diakui bangsa-bangsa beradab, kuputusan hakim
(yurisprudensi) dan doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan HPI menggunakan sumber
hukum nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan. Sedangkan persamaan
yaitu, keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara , yang biasa
disebut dengan internasional , namun sifat hukum atau persoalan yang diaturnya atau
objeknya berbeda.
Para sarjana Hukum Internasional menggolongkan sumber hukum internasional yaitu,
meliputi: Kebiasaan, Traktat, Keputusan Pengadilan atau badan-badan Arbitrase, Karya-karya
Hukum, Keputusan atau Ketetapan Organ-organ atau lembaga Internasional. Sedangkan
Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional
yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah: Perjanjian internasional
(international conventions), baik yang bersifat umum, maupun khusus. Kebiasaan internasional
(international custom). Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh
negara-negara beradab. dan Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli
yang telah diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan.
(Phartiana, 2003; 197).
Asas asas Hukum Internasional dalam menjalin hubungan antar bangsa :
1.
2.
3.
ASAS TERITORIAL
ASAS KEBANGSAAN
ASAS KEPENTINGAN UMUM.
Namun dalam pelaksanaan hukum Internasional sebagai bagian dari hubungan
internasional, dikenal ada beberapa asas, antara lain :
6.
7.
8.