Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai suatu kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan
antar negara-negara. Definisi tradisional ini dapat dijumpai dalam sebagian besar karya standar hukum
internasional yang lebih tua usianya, tetapi mengingat perkembangan-perkembangan yang terjadi, definisi
tersebut tidak dapat bertahan sebagai suatu deskripsi komprehensif mengenai semua kaidah yang saat ini diakui
merupakan bagian dari hukum internasional. Perkembangan-perkembangan yang penting, salah satunya adalah
pembentukan sejumlah lembaga-lembaga atau organisasi internasional, yang dipandang memiliki personalitas
hukum internasional dan mampu menjalin hubungan satu sama lain dan dengan negara-negara.

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaidah yang sangat diperlukan untuk mengatur sebagian
besar hubungan antar negara mengenai persoalan dengan keperluan hubungan timbal balik antar negara. Dewasa ini
terlihat bahwa negara-negara modern telah mengakui hukum internasional sebagai bagian dari hukum nasional.
Pandangan ini dinamakan <doctrine of incorporation= yang pada mulanya berasal dari negara-negara Anglo Saxon.
Ajaran bahwa hukum internasional dipandang sebagai hukum nasional terlihat di dalam putusan Mahkamah Agung
Amerika Serikat di dalam kasus The Paquette Habana-The Loba.1 Terdapat hubungan yang erat antara hukum
internasional dengan masyarakat internasional. Menurut Mochtar Kusumaatmaja bahwa =untuk menyakini adanya
hukum internasional maka harus ada pula masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis=. Terdapat
dorongan yang besar bagi perkembangan hukum internasional dibanding dengan yang terjadi pada tahun sebelum
dari sejarah hukum internasional. Hal tersebut merupakan akibat dari berkembangnya interdependensi negara-negara
dan peningkatan pesat hubungan antar negara karena berbagai macam penemuan yang ditujukan guna
menanggulangi kesulitan menyangkut waktu, ruang dan komunikasi intelektual. Apabila sebelumnya masyarakat
internasional dapat menyandarkan diri pada proses kebiasaan yang reatif lambat untuk membentuk kaidah hukum
internasional, maka kebutuhan modern menuntut suatu metode pembuatan hukum yang lebih cepat. Oleh
karenanya hukum internasional telah mengalami perkembangan baik dilihat secara teori, sumber hukum dan
subyek hukum internasional sendiri. Sistem hukum internasional merupakan suatu produk dari empat ratus tahun
terakhir ini. Pada mulanya berupa adat istiadat dan praktek negara Eropa modern dalam hubungan dan komunikasi.
Lalu, hukum internasional masih diwarnai oleh konsep-konsep kedaulatan nasional, kedaulatan teritorial, konsep
kesamaan penuh dan kemerdekaan negara-negara yang meskipun memperoleh kekuatan dari teori-teori politik yang
mendasari sistem ketatanegaraan Eropa modern juga dianut oleh negara-negara non Eropa yang baru muncul. Dengan
demikian sejarah hukum internasional sama tuanya dengan adanya masyarakat internasional meskipun dalam taraf
tradisional yang berbeda dengan masyarakat internasional dalam arti modern.

Negara bagaikan suatu organism maksudnya adalah bahwa Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya
Negara lain. Keberlangsungan hidupnya ikut dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, terutama negara-negara
tetangganya atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Banyak faktor yang melatarbelakangi
Negara yang satu sangat bergantung atau memerlukan hubungan kerja sama dengan Negara lainnya. Salah
satunya adalah oleh karena faktor kebutuhan Negara itu sendiri. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya,
bahwa Negara bagaikan suatu organisme, maka dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan segala
kebutuhan itu dapat terpenuhi. Akibatnya nanti juga sangat berpengaruh terhadap hubungan antara negara-
lebih harmonis. Namun, terkadang dalam mencapai
negara tersebut kea rah yang lebih baik dan
suatu tujuan tersebut konflik juga tak dapat terhindarkan. Penyebabya adalah ada satu
negara yang lebih mementingkan kepentingan sepihak dari negaranya.

Hukum Internasional mengatur tentang syarat-syarat negara sebagai pribadi hukum yang
tertuang di dalam Konvensi Montevidio Tahun 1933 tentang Unsur-Unsur Berdirinya Sebuah
Negara. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi negara sebagai subyek hukum
internasional yaitu adanya penduduk tetap, wilayah tertentu, pemerintah dan kemampuan
untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

Dalam hukum internasional negara dianggap sebagai subjek hukum utama. Dalam suatu hubungan antar
subjek hukum internasional khususnya negara, sering terjadi pertentangan yang diakibatkan oleh
perbedaan kepentingan. Dan tidak selamanya pertentangan tersebut dapat diselesaikan melalui
penyelesaian damai. Pertentangan kepentingan inilah yang sering disebut dengan konflik. Konflik antar
negara ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti; politik, ekonomi, ideologi, strategi militer,
ataupun perpaduan antara kepentingankepentingan tersebut. Dalam kenyataannya yang paling ekstrim, konflik
antar negara hadir dalam bentuk konflik bersenjata .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja istilah Hukum Internasional?

2. Apa definisi dan pengertian Hukum Internasional?

3. Apa pengertian Hukum Internasional Umum, Hukum Internasional Regional dan Hukum Internasional Khusus?

4. Apa perbedaan Hukum Internasional dan Hukum Nasional?

5. Apa yang maksud masyarakat Internasional sebagai landasan Sosiologis Hukum Internasional?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui istilah Hukum Internasional.

2. Untuk mengetahui definisi dan pengertian Hukum Internasional

3. Untuk mengetahui pengertian Hukum Internasional Umum, Hukum Internasional Regional dan Hukum
Internasional.

4. Untuk mengetahui perbedaan Hukum Internasional dan Hukum Nasional.

5. Untuk mengetahui maksud masyarakat Internasional sebagai landasan Sosiologis Hukum Internasional.

PEMBAHASAN

2.1 Istilah Hukum Internasional


Terminologi Hukum Internasional yang digunakan di Indonesia merupakan padanan

dari istilah bahasa asing, di antaranya International Law (Inggris), Droit International

(Prancis), dan Internationaal Recht (Belanda). Sejumlah kepustakaan juga menggunakan

istilah-istilah berbeda yang memiliki makna yang mendekati atau relatif sama dengan Hukum

Internasional, yakni Hukum Antar Bangsa (The Law of Nations), Hukum Antar Negara
(Interstates Law), Hukum Dunia (World Law), dan Hukum Transnasional (Transnational

Law).

The Law of Nations, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi hukum

bangsa-bangsa,2 memiliki akar konseptual pada istilah yang dikenal di dalam bahasa

Romawi, Ius Gentium,3 yakni hukum yang berlaku antara bangsabangsa di jaman Romawi,

termasuk kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang Romawi dengan

orang bukan Romawi dan antara sesama bukan orang Romawi.4 Dalam perkembangannya,

dikenal pula istilah Ius Inter Gentes yang bermakna hukum antar bangsa yang menandakan

awal munculnya hukum internasional publik.5

2.2 Definisi dan Pengertian Hukum Internasional


Secara umum, Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II diartikan sebagai

keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur hubungan negara dengan negara. Menurut

Anzilotti, Hukum Internasional adalah tertib hukum dari masyarakat negara-negara. Definisi

Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II yang diberikan oleh para pakar umumnya

terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-

subjek hukum lainnya. Namun demikian, perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat telah

meningkatkan hubungan, kerjasama dan saling ketergantungan antar negara, munculnya

organisasi-organisasi internasional, negara-negara baru, menyebabkan ruang lingkup dan

pengertian Hukum Internasional mengalami perluasan.

F. Sugeng Istanto mengemukakan definisi hukum internasional dalam suatu rumusan

yang membedakannya dengan Hukum Perdata Internasional sekaligus menolak pandangan

bahwa Hukum Internasional hanyalah merupakan moral internasional saja.6 Berikut definisi

tersebut dinyatakan <Hukum Internasional adalah kumpulan ketentuan hukum yang

berlakunya dipertahankan oleh masyarakat internasional.

Pengertian hukum internasional sendiri menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah

keseluruhan kaedah-kaedah dan azas-azas yang mengatur hubungan atau persoalan yang

melintasi batas-batas Negara-negara antara Negara dengan Negara, Negara dengan subjek

hukum lain bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu sama lain.8

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-

peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara Negara-

negara dan subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional.9

2.3 Hukum Internasional Umum, Hukum Internasional Regional dan Hukum


1. Hukum Internasional umum

Hukum internasional umum yaitu hukum internasional yang berlaku untuk semua

masyarakat internasional tanpa melihat aliran pemerintahan, agama, ras, sistem

ekonominya, dan lain-lain

2. Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti

Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen

(Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of

the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga

menjadi hukum Internasional Umum.

3. Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara

tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan,

kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian

masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses

hukum kebiasaan.
2.4 Perbedaan Hukum Internasional dan Hukum Nasional
Dalam memahami berlakunya hukum internasional terdapat dua teori yang cukup

dikenal, yaitu monisme dan dualisme. Menurut teori monisme, hukum internasional dan

hukum nasional merupakan dua aspek yang sama dari satu sistem hukum umumnya. Menurut

teori dualisme hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua system yang sama

sekali berbeda, hukum internasional mempunyai suatu karakter yang berbeda secara intrinsic

(intrinsically) dari hukum nasional. Karena melibatkan melibatkan sejumlah besar system

hukum domestik, teori dualisme kadang-kadang dinamakan teori <pluralistik=, tetapi

sesungguhnyaistilah <dualisme= lebih tepat dan tidak membingungkan.10

Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua

sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional

merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas

atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam lingkungan hukum nasional memerlukan

ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya,

maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara. Sedangkan menurut teori

Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan satu sama lainnya.

Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari hukum nasional, yaitu

hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum nasional kedudukannya

lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum nasional tunduk dan harus

sesuai dengan hukum internasional

Hubungan hukum internasional dan hukum nasioanl berimplikasi pada berfokusnya

organisasi di atas negara-negara yang mengatur kehidupan negara-negara. Dasar hukum

internasional dapat mengatur hubungan antar negara terletak pada wewenang negara untuk

mengadakan perjanjianinternasional yang berasal dari kewenangan yang diberikan oleh

konstitusi masing-masing negara.

2.5 Masyarakat Internasional sebagai Landasan Sosiologis Hukum Internasional


Adagium Ubi Societas Ubi Jus, yang bermakna di mana ada masyarakat maka tentu ada

hukum, juga dapat berlaku dalam hubungan internasional.11 Masyarakat Internasional pada

hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks

kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat.

Tiga teori yang mempengaruhi masyarakat internasional, yaitu teori realis (doktrin yang

disitu persaingan dan konflik antara negara <melekat= di dalam hubungan mereka), teori

revolusionis (mereka para teoritisi yang menunjukkan dirinya dengan rasa kemanusiaan dan

yakin pada <persatuan moral= dari masyarakat dunia diluar negara), dan teori rasionalis

(mereka para teoritisi yang yakin bahwa manusia selalu memakai akal pikiran, dapat

mengenali hal yang benar untuk dilakukan, dan dapat belajar dari kesalahannya dan dari yang
lainnya).

Empat kunci yang ditekankan dalam teori masyarakat internasional.

a) ditekankan pada pemikiran operatif terkemuka yang terlihat membentuk pemikiran,

kebijakan dan aktifitas dari rakyat yang terlibat dalam hubungan internasional:

warganegara khususnya.

b) ditekankan pada dialog antara pemikiran, nilai dan keyakinan terkemuka yang turut

berperan dalam pelaksanaan kebijakan luar negri.

c) ditekankan pada dimensi sejarah dari hubungan internasioanal.

d) ditekankan pada aspek hubungan internasional yang paling mendasar dan yang paling

singkat: aspek normative seperti yang terlihat dalam keterangan sejarah.

tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan

terhadap hukum ini.

PENUTUP
Kesimpulan
F. Sugeng Istanto mengemukakan definisi hukum internasional dalam suatu rumusan

yang membedakannya dengan Hukum Perdata Internasional sekaligus menolak pandangan

bahwa Hukum Internasional hanyalah merupakan moral internasional saja.25 Berikut definisi

tersebut dinyatakan <Hukum Internasional adalah kumpulan ketentuan hukum yang

berlakunya dipertahankan oleh masyarakat internasional.

Hukum Internasional dapat dibedakan antara hukum internasional umum, hukum

internasional khusus dan hukum regional. Hukum internasional regional merupakan hukum

yang berlaku pada negara-negara yang ada pada region tertentu. Hukum internasional khusus

adalah hukum internasional yang berlaku antara negara-negara tertentu yang tidak terbatas

dengan region (kawasan).

Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua

sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Sedangkan menurut teori Monisme, hukum

internasional dan hukum nasional saling berkaitan satu sama lainnya.

Pendekatan masyarakat Internasional berasal dari filsafat, sejarah, dan hukum. Dan

dicirikan khususnya oleh ketergantungan secara nyata pada >pelaksanaan keputusan?. Tradisi

masyarakat Internasional merupakan salah satu pendekatan klasik hubungan internasional.

Tetapi pendekatan ini berupaya menghindari pilihan sulit antara: (1) egoisme dan konflik

negara (2) keinginan baik manusia dan kerjasama yang dimunculkan oleh perdebatan antara

realisme dan liberalisme. Perdebatan antara realisme dan liberalisme tersebut menganggap

hubungan Internasional sebagai suatu <masyarakat=. Negara dimana actor utamanya adalah

negarawan yang ahli dalam praktek ketatanegaraan.

Nalar yang berangkat dari pemahaman bahwa Hukum Internasional mengikat negara-

negara dalam hubungannya satu dengan yang lain tentu menjadi terganggu apabila
kedaulatan negara harus dimaknai secara sempit dalam konsepsi tersebut.

Perkembangan hukum internasional pada awalnya hanya merupakan hukum yang

mengatur bangsa-bangsa yang berlaku dalam wilayah tertentu kemudian seiring waktu

berkembang menjadi hukum antar negara yang wilayah berlakunya menjadi semakin luas.

Sejarah perkembangan Hukum Internasional terbagi ke dalam tiga periode yaitu: periode

kuno, periode abad tengah dan periode modern. Meningkatnya hubungan, kerjasama dan

saling ketergantungan antar negara, muncul negara-negara merdeka baru dalam jumlah yang

banyak sebagai akibat dekolonisasi, berdirinya organisasi-organisasi internasional dalam

jumlah yang sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional menjadi

lebih luas.

Sejarah hukum internasional dalam perkembangannya mengalami beberapa periode

evolusi yaitu: zaman India Kuno, bangsa Yahudi, zaman Yunani, zaman Romawi, perjanjian

Westphalia dan abad kedelapan belas. Pada Zaman India Kuno terdapat pengaturan mengenai

perjanjian-perjanjian, hak dan kewajiban raja dan juga pengaturan hukum perang. Pada

zaman Yahudi telah dikenal ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian, perlakuan terhadap

orang asing dan cara melakukan perang. Pada zaman Yunani terdapat pembentukan kaidah-

kaidah kebiasaan hukum internasional dari adat-istiadat dan praktek-praktek yang ditaati oleh

negara-negara tersebut dalam hubungan mereka satu sama lain. Hukum Internasional tidak

mengalami perkembangan yang pesat pada Zaman Romawi, hal ini karena pada zaman ini

masyarakat dunia merupakan satu imperium yaitu imperium Roma yang menguasai seluruh

wilayah di dalam lingkungan kebudayaan Romawi. Perjanjian Westphalia merupakan

tonggak sejarah dari lahirnya negara-negara modern menurut hukum internasional. Pada

Abad ke-18 bermunculan ahli hukum internasional setelah Hugo Grotius yang terbagi dalam

2 (dua) aliran, yaitu aliran hukum alam dan aliran positivisme. Pada abad ke-20, Perserikatan

Bangsa-Bangsa sebagai organisasi internasional pertama pasca Perang Dunia II saat ini terasa

peran dan manfaatnya, terutama untuk mencegah perang yang berskala luas seperti Perang

Dunia I dan II.


HUKUM INTERNASIONAL
TUGAS
S
HUKUM BAHASA INDONESIA

OLEH

HENDRIK ANDRE TETELEPTA


NIM.2022021014102

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS CENDRAWASIH

Anda mungkin juga menyukai