NIM : 201910110311273
1
J. G. Starke. Introduction To International Law (Tenth Edition), London: Butterworths, 1989, hlm:
3
institusi politik legislative, eksekutif dan yudikatif, kaum positivis
memandang Hukum Internasional mengikat karena ada kesepakatan antara
kehendak negara (State Will). Karena itu, menurut David J. Bedermen
seluruh bangunan teori dan praktek hukum internasional sangat tergantung
pada beberapa penjelasan yang koheren mengapa aktor-aktor harus
mematuhi sekumpulan aturan hukum yang boleh jadi menyimpang dari
kepentingan negara-negara. Secara lebih eksplisit alasan-alasan negara
patuh pada hukum internasional karena para ahli hukum memerlukan
gambaran suatu kesimpulan yang penting terkait sumbersumber, proses-
proses, dan doktrin-doktrin hukum internasional.2
Menurut John O‟Brien, di awal abad kedua puluh, yang mengacu
pada Hersch Lauterpacht Oppenheim, hukum internasional publik (Public
International Law) terlibat dengan pengaturan hubungan antara negara-
negara saja. Namun, saat ini telah terjadi perluasan cakupan hukum
internasional terkait dengan (1) hubungan antara hak-hak dan kewajiban-
kewajiban negara-negara, dan diperluas kepada hubugan antara hak-hak
dan kewajiban-kewajiban dari organisasi-organisasi internasional, (3) serta
perusahaan-perusahaan (corporate), dan individuindividu.3
Tentu saja hubungan yang terjadi antara negara-negara sesamanya,
dan atau organisasi, atau antara organisasi sesama organisasi internasional,
juga peran individu dalam pergaulan internasional berada dalam wilayah
hukum publik yang bereda dari hukum internasional privat, bersifat
keperdataan. Misalnya, hubungan antara individu dengan individu dalam
bidang perkawinan karena berbeda bangsa dan agama. Kontrak mengenai
pendirian usaha antara subyek hukum non manusia seperti perusahaan di
suatu negara juga tergolong ke dalam wilayah hukum keperdataan
internasional. Indikator tersebut diatas menunjukkan adanya perbedaan
yang tidak dibahas dalam kajian hukum internasional publik.
Di negara-negara Common Law, seperti di Inggris Britania, aspek-
aspek hubungan keperdataan masuk pada wilayah “conflict of laws”. Sama
halnya dengan di Amerika Serikat, Hukum Perdata Internasional jauh
lebih banyak digunakan sebagai conflict of laws”. Dengan kata lain,
hukum internasional sebagai digariskan organisasi internasional PBB,
berfungsi sebagai instrumen hukum antara bangsa-bangsa dengan maksud
dan tujuan untuk memperjuangkan terciptanya perdamaian dunia (world
peace), ketertiban dunia (world order) dan berusaha mencegah negara-
negara menggunakan kekerasan senjata dalam penyelesaian sengketa
internasional, melainkan cara-cara damai (peaceful mechanism) harus
2
David J. Bederman, The Spirit of International Law, Athen London. The University of George
Press, 2002. Hal 4
3
John O‟ Brien, International Law, London- Sydney: Cavendish Publishing Limited, 2001, hlm: 1.
dikedepankan agar tercipta keadilan dunia untuk semua (world justice for
all).4
4
Lihat secara umum tentang tujuan didirikannya organisasi internasional PBB, yang salah satunya
adalah untuk mendukung dan memfasilitasi lahirnya kesepakatan-kesepatan internasional yang
mengikat negara-negara. www.scribd.com/doc/65118478/Tujuan-organisasi-PBB