Anda di halaman 1dari 35

Pasca Sarjana Univ Andalas

HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK


NARZIF SH.MH
Beberapa pendapat sarjana:

 Hackworth:International Law consist of a body


of rules governing the relations between states
(sekumpulan aturan –aturan yang mengatur
hubungan antara negara-negara).
 Emmerich de Vettel:The law of nation is the
science of the rights which exist between nations
or states and of the obligations corresponding
(ilmu pengetahuan ttg hak-hak yang terdapat
diantara bangsa-bangsa atau negara-negara dan
kewajiban –kewajiban yang bertalian de ngan
hak-hak tersebut.)
Lanjutan.

 Phillip C Jessup:International Law or the law


of nations,is a term which has been used for
over three hundred years to record certain
observations of the conduct of human beings
grouped together in what we call
states.(hukum internasional atau hukum
bangsa-bangsa adalah istilah yang telah
dipergunakan selama tiga ratus tahun untuk
mencatat peyanderaan tertentu dari tingkah
laku manusia yang dikelompokkan didalam
apa yang disebut negara.
Lanjutan

 J.L.Brierly:The law of nations or interna tional


law may be defined as the body of rules and
principles of actions which are binding upon
civilized states in their rela tions with one
another(sekumpulan aturan-aturan dan asas
–asas untuk berbuat sesuatu yang mengikat
negara-negara beradab didalam hubungan
mereka satu sama yang lain.
Lanjutan.

 Dapat dikemukakan dari beberapa penger


tian diatas hukum internasional adalah:
sekumpulan asas-asas kebiasaan dan aturan-
aturan yang dipatuhi sbg kewaji ban yang
mengikat oleh negara-negara berdaulat dan
badan- badan internasional di dalam
hubungan mereka satu sama lain dlm
pergaulan masyarakat bangsa-bangsa yg
beradab.
Perkembangan hukum/hakikat dan
dasar hukum berlakunya H.I
 Perkembangan hukum internasional modern
diawali dengan lahirnya Perjanjian Wesphalia
1648 dalam perjanjian tsb telah dicapai
kesepakatan diakhirinya perang 30 tahun
sehingga terjadi perubahan peta politik di Eropa
dgn dmk diakhirinya usaha kaisar Romawi yang
suci utk menegakkan kembali imperium
Romawi.Dan juga hubungan kenegaraan
dipisah dengan kegerejaan sehingga hubungan
kenegaraan didasarkan pada “national interest”
Lanjutan.

 Perjanjian wesphalia ini mengakibatkan


beberapa perubahan yang mendasar dlm
tatanan masyarakat internasional dan ini
ditandai dengan ciri-ciri sbb:
 Negara mrpk suatu territorial yg berdaulat.
 Hubungan antar negara didasarkan pd per
samaan derajat.
 Masyarakat negara2(internasional)tidak
mengakui kekuasaan diatas mereka seperti
kaisar,dan Paus sbg kepala gereja.
Lanjutan.

 Hubungan antar negara berdasarkan pada hukum yang


banyak mengadopsi pengertian lembaga hukum perdata
Romawi.
 Negara mengakui adanya hukum internasional sbg
hukum yg mengatur hubungan antar negara tetapi mene
kankan peran yg besar yg dimainkan negara dlm kepatu
han hukum internasional.
 Tidak adanya polisi internasional dan mahkamah interna
sional utk memaksakan ditaatinya hukum internasional.
 Anggapan bahwa perang adl salah satu sarana penye
lesaian sengketa antar bangsa dan lunturnya anggapan
ajaran perang suci(bellum iustum)
Lanjutan.

 Berdasarkan ciri-ciri tsb dpt dilihat bahwa negara


mengakui adanya hukum interna sional sbg sarana
pengatur hubungan antar bangsa akan tetapi
kenyataannya sampai sekarang hukum internasional
sering dilanggar oleh subjek hukum inter nasional dan
sanksipun kurang jelas.
 Kurang efektifnya dan kurang tegasnya sanksi dalam
hukum internasional karena ada anggapan masyarakat
internasional tdk mempunyai polisi internasional yg dpt
menegakkan hukum,dan juga tdk punya lembaga
eksekutif,legislatif yg permanen dan dpt bertindak tegas
seperti dlm negara.
Lanjutan.

 Masyarakat internasional mrpk koordinasi


(gabungan) dari sejumlah negara yang
merdeka dan berdaulat.
 Berdasarkan asumsi diatas menimbulkan
pertanyaan APAKAH HUKUM INTERNA
SIONAL MRPK SUATU HUKUM ATAU
MORAL SAJA?
Hukum internasional bukan
merupakan MORAL?
 Jhon Austin tokoh yang menyatakan hukum
internasional bukan hukum.
 Austin berpendapat hukum internasional
bukan hukum tetapi hanya moralitas
internasional posi tif karena tidak ditetapkan
oleh badan yang ber daulat atas negara-
negara.Maksudnya adalah hukum adl
kumpulan ketetapan/ketentuan yg mengatur
orangyg ditetapkan dan dipaksakan oleh
penguasa politik yang berdaulat.
Lanjutan.

 Pendapat Austin tersebut juga didukung oleh


Thomas Hobbes dan Jeremy Bentham.
 Apabila pendapat ini diterapkan pada hukum
kebiasaan dan hukum adat di Indonesia tentu
nya tidak cocok karena walau hukum
kebiasaan dan hukum adat secara “in
concreto” tidak ada lembaga khusus yang
membuat dan memaksa kan tapi masyarakat
MEMATUHINYA.
Lanjutan.

 Dengan dmk dapat disimpulkan bahwa


hukum internasional adalah sistem hukum
dan bukan moral internasional walau orang
menyatakan hukum internasional adalah
WEAK LAW (hukum yang lemah).
 Kelemahan ini disebabkan oleh bbrp faktor:
 J.G.Starke mengatakan Hukum internasional
tidak bisa hanya dikaji berdasarkan
pendekatan yuridis saja dan perlu adanya
analisa tajam dari segi politik nasional suatu
negara dan bahkan politik internasional
Lanjutan.

 Apabila pengertian sanksi seperti disebut diatas maka


memang bbrp pasal dari Piagam PBB tidak atau belum
memuat sanksi hukum internasional.
 Namun bukan berarti tidak ada sanksi sama sekali hal ini
dpt terlihat baik secara jelas/tersamar.DK PBB telah bbrp
kali mengeluarkan resolusi kpd negara-negara agresor
dan bahkan dengan embargo ekonomi
 Sanksi yang jelas dikeluarkan Mahkamah internasional
adalah persengketaan wilayah, penjahat perang (Lihat
juga kasus Yugoslavia, Rwanda,Jerman,Jepang dll.
Sanksi dalam hukum
internasional.
 Pengertian sanksi secara sedehana
diidentikkan dengan hukuman dan ini
diartikan penderitaan atau siksaan yang
dijatuhkan oleh negara thd seseorang yang
melakukan perbuatan melanggar UU.
 Sanksi dalam Hukum internasional tentu
mem berikan pengertian langkah-
langkah,prosedur atau sarana-sarana khusus
yang dipakai untuk memaksa suatu subjek
agar mematuhi hukum internasional.
Subjek hukum internasional

 Pengertian:pemegang(segala)hak dan ke
wajiban menurut hukum internasional. (Prof
Muchtar Kusumaatmaja).
 Secara umum dikatakan juga sebagai
pemegang hak dan kewajiban menurut
hukum.
 Dari pengertian tsb setiap pendukung atau
pemegang hak dan kewajiban menurut
hukum internasional adalah subjek hukum
internasional.
Lanjutan

 Siapakah yang dapat menjadi pendukung hak


dan kewajiban menurut hukum internasional?
 Pada mulanya hukum internasional hanya
menyebut Negara lah satu-satunya dipan
dang sbg SUBJEK HK INTERNASIONAL.
 Tetapi sesuai dengan perkembangan hukum
internasional terutama setelah perang dunia
ke 2 pelaku dalam pergaulan dan hubungan
hukum internasional tidak lagi dimonopoli
oleh negara saja.
Lanjutan.

 Hal tersebut dikarenakan munculnya pribadi-


pribadi hukum baru seperti: Organisasi
Internasional,dan pribadi hu kum
internasional lainnya.
 Hukum internasional tidak saja terbatas pada
hukum antar negara melainkan ber kembang
menjadi lebih luas,hal ini tidak lepas dari
pertambahan jumlah dan ma cam subjeknya
itu.
Lanjutan.

 Sekarang yang menjadi subjek hukum


internasional tersebut adalah sbb:
 Negara.
 Organisasi internasional.
 Palang merah internasional.
 Tahta suci atau Vatikan.
 Organisasi pembebasan atau sejenisnya.
 Wilayah-wilayah perwalian,kaum beligerensi
dan individu.
Kontroversi ttg subjek hukum
internasional.
 Faham klasik menganggap bahwa negara
satu-satunya subjek hukum internasional.
 Menurut paham ini yang wajib mengikuti
aturan hukum internasional hanya negara
saja.
 Hal ini dikarenakan hanya negara yang mela
kukan suatu ratifikasi atau mengikuti suatu
kon vensi.
 Anggapan tersebut tidak salah karena
hubungan antara negara sering diidentikan
hubungan inter nasional atau bukankah hk
antar negara sering digunakan orang untuk
menyebut hk internasio nal.
Lanjutan.

 Contoh kasus yang pernah ada dapat dilihat


setelah perang dunia ke 2 dimana negara sbg
subjek hukum internasional terlihat pada
konvensi Jenewa 1949 ten tang perlindungan
korban perang yang di beri hak dan
kewajiban adalah individu te tapi melalui
negaranya hanya karena NEGARA lah
peserta konvensi.
Lanjutan.

 Pandangan berbeda juga ada dari para ahli


yang lain yang menyatakan bahwa
individulah yang sebenarnya merupakan
subjek hukum internasional.
 Mereka beranggapan bahwa walaupun
negara yang diberi hak dan kewajiban oleh
hukum internasional tetapi pada analisis
akhir membukti kan bahwa individulah yang
memikul hak dan tanggung jawab tersebut.
Lanjutan.

 Pendapat ini juga menyatakan negara


hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak
dan tidak lebih dari suatu konstruksi juridis
yang tidak akan mungkin ada tanpa adanya
individu didalamnya.
 Pendapat tersebut dikemukakan oleh Hans
Kelsen dan ini memang sulit untuk dibantah
tetapi bukan selalu benar,dapat ditelaah
kedua pendapat tersebut pertentangan nya
sangat ekstrem. Apalagi keduanya hanya
melalui pende katan teoritis padahal secara
praktis tidak seru mit yang dibayangkan
Negara sbg subjek hukum
internasional.
 Pengertian negara adl suatu organisasi yang
ber anggotakan orang-orang dalam suatu
wilayah tertentu dengan dipimpin oleh
penguasa yang berdaulat Menurut Bellefroid
negara adalah suatu masyara kat
hukum,suatu masyarakat persekutuan
hukum yang menempati suatu wilayah ter
tentu dan yang dilengkapi dengan kekua saan
tertinggi untuk urusan kepentingan umum.
Lanjutan

 Menurut Prof Muchtar Kusumaatmaja negara


yang dikategorikan sbg subjek hukum
internasi onal adl yang menjadi pengemban
hak dan ke wajiban kalau negara federal
maka yang men jadi subjek adl pemerintahan
federal.Dulu pada waktu masih ada negara
Uni Sovyet negara ini memberikan
kebebasan kepada negara bagian nya untuk
menjadi subjek hukum interna sional secara
mandiri walau dalam batas-batas terten tu
misalnya Belorusia dan Ukraina diper boleh
kan mengadakan hubungan internasional di
samping Uni Soyet sendiri.
Lanjutan.

 Dalam negara persemakmuran (British


Commen wealth)seperti Australia
mempunyai kekeluasan mengadakan
hubungan internasional seperti negara-
negara yang berkedaulatan penuh walau pun
negara –negara persemakmuran secara
organisatoris dikepalai oleh Gubernur
Jenderal (sebagai wakil Ratu/Raja Inggris).Hal
ini menjadi indikasi bahwa negara bekas
jajahan Inggris yang tergabung kedalam
negara persemakmuran tapi boleh
menghadiri suatu konvensi dan mereka lepas
Lanjutan.

 Vatikan:meskipun Vatikan(tahta suci) bukan


merupa kan suatu negara akan tetapi sejak
dulu telah diakui sbg subjek hukum
internasional dan terbukti dengan adanya
perwakilan diplomatik Vatikan diberbagai
negara termasuk di Indonesia.Sejarah ini
bermula pada waktu Paus yang memiliki
kekuasaan meme rintah/ kekuasaan duniawi
tetapi juga sebagai kepala gereja.Kesetaraan
antara Vatikan dengan negara dalam subjek
hukum internasional dalam arti penuh
Lanjutan.

 1.pengembalian sebidang tanah kepada tahta


suci.
 2. berdasarkan hal tsb memungkinkan
didirikannya negara Vatikan. Dengan
perjanjian inilah eksistensi negara Vatikan
diakui dan dibentuk secara sah.
Lanjutan.

 Palang merah internasional (ICRC).


 Sejak konvensi Jenewa 1949 tentang
perlindungan korban perang ICRC telah
dianggap sbg subjek hukum internasional
meskipun dengan ruang lingkup yang
terbatas.Sejarah ICRC memang mempunyai
karakterristik yang unik, karena lahirnya ICRC
didorong oleh tuntutan keadaan suasana
perang. Hingga sekarang ICRC diakui
keberadaannya baik pada waktu damai
maupun perang.Dan posisi ICRC dalam
Lanjutan.

 Dan tugasnnya hanya dalam misi


kemanusiaan saja serta negara yang
berperang tidak boleh menganggu
keberadaannya / aktivitasnya apalagi
melukainya personil ICRC tersebut.
Lanjutan.

 Organisasi Internasional: Pada mulanya


organisasi diragukan keberadaanya sbg
subjek hukum internasional akan tetapi
setelah banyak konvensi yang mengatur
organisasi tsb sehingga otomatis
menimbulkan hak dan kewajiban serta
kewenangan maka saat ini keberadaan
organisasi internasional semakin diakui
kedudukannya sbg subjek hukum
internasional. Organisasi Internasional yang
menjadi subjek hukum internasional misalnya
Lanjutan.

 Individu sbg Subjek hukum Internasional:


Secara yuridis individu telah dapat dijadikan
subjek hukum internasional sehingga secara
perseorangan dapat diadili dalam Mahkamah
Internasional misalnya tuduhan terhadap
penjahat perang. Hal ini dapat dilihat didalam
pasal pasal Perjanjian Versailles tahun 1919 (
perjanjian yang mengakhiri PD I antara
Jerman melawan Inggris,Perancis,dan sekutu
lainnya.) Demikian pula dalam perjanjian
Silesia Atas ( Upper Silesia) yang
Lanjutan.

 Hasil keputusan Danzig Railway Official Case,


Mah kamah Kejahatan Perang di Nurenberg
dan Tokyo Genocide Convention, European
Convention for the Protection of Human and
Fundamental Freedoms dan bbrp dasar
hukum yang nyata menempatkan individu
sbg subjek hukum internasional.
Lanjutan.

 Belligerensi ( Pemberontak dan pihak dalam


sengketa)
 Menurut bbrp ahli seperti Oppenheim dan
Lauterpacht dijelaskan bahwa menurut
hukum perang pemberontak dapat
memperoleh kedudukan dan hak sbg pihak
yang bersengketa atau belligerensi dalam
bbrp keadaan tertentu contoh PLO sebelum
menjadi negara Palestina keberadaannya
telah diakui oleh hukum internasional
sebagai subjek hukum internasional.
Lanjutan.

 Menganggap bahwa bangsa-bangsa


mempunyai hak yaitu : hak menentukan
nasib sendiri,hak secara bebas memilih
sistem sosial,ekonomi,politik sesuai dengan
keinginannya , hak bebas menguasai dan
mengelola sumberdaya yang ada pada
wilayah yang diduduki. Anggapan ini
merupakan reaksi terhadap kolonialisme dan
imperialisme. Setelah melihat bbrp subjek
hukum internasional diatas dapat
disimpulkan bahwa NEGARA lah yang

Anda mungkin juga menyukai