Pertemuan 5
Masyarakat Internasional yang diatur oleh Hukuum Internasional adalah suatu aturan
ketertiban hukum yang terkoordinasi dari sejumlah negara-negara yang masing-masing telah
merdeka dan berdaulat. Sehingga, berbeda halnya dengan tertib hukum nasional (yang bersifat
subordinasi), dalam tertib hukum koordinasi (hukum internasional) tidak terdapat lembaga-
lembaga yang disangkutpautkan dengan hukum dan pelaksanaannya:
a. Dalam hukum internasional tidak terdapat kekuasaan eksekutif;
b. Dalam hukum internasional tidak terdapat lembaga legislatif;
c. Dalam hukum internasional tidak terdapat lembaga kehakiman;
d. Dalam hukum internasional tidak terdapat lembaga kepolisian.
Dari yang telah dikemukakan diatas, bahwa di dalam hukum internasional tersebut
tidak ada badan supranasional yang memaksakan dan membuat suatu aturan di rana
internasional. Dan tidak adanya sebuah aparat penegak hukum yang memiliki wewenang
untuk menindak lanjuti dan menindak langsung suatu negara yangtelah melanggar hukum
internasional, dan yang dilandasi atas hubungan yang koordinatif bukan yang subordinatif.
Dengan demikian, masyarakat internasional telah menerima hukum internasional sebagai
hukum yang real atau yang sebenernya. Dan dalam hal ini, apa yang telah menjadikan
masyarakat internasional sudah menerima hukum internasional dan dari mana hukum
internasional dapat memperoleh suatu dasar dari kekuatan yang mengikat? Adapun beberapa
aliran atau suatu teori yang akan dibahas, yaitu pertama adalah aliran atau teori hukum alam,
teori ini menjelaskan bahwa hukum internasional bersifat mengikat dikarenakan hukum
internasional merupakan bagian dari hukum alam yang sudah diterapkan dalam masyrakat
internasional. Hukum alam ini merupakan hukum yang didatangkan pada manusia melalui
akal atau rasionya. Teori ini masih abstrak, karena belum jelas. Akan tetapi, teori ini
memberikan perkembangan pada hukum internasional terutama nilai-nilai suatu keadilan.
Aliran atau teori kedua yaitu teori hukum positif, teori ini menjelaskan bahwa dasar
atas kekuatan terikatnya hukum internasional adalah kehendak dari negara. Teori ini lebih
konkret dari yang telah dikemukakan oleh teori alam, akan tetapi teori ini memiliki kelemahan
yaitu tidak semua hukum internasional dapat memperoleh kekuatannya atas kehendak negara.
Dan aliran atau teori ketiga yaitu teori pendekatan sosiologis. Teori ini menjelaskan bahwa
masyarakat internasional sebagai makhluk sosial yang memerlukan interkasi antara satu sama
lain untuk mencapai kebutuhannya. Teori ini menjadikan masyrakat transnasional ingin
mengikatkan diri pada hukum internasional.
Hukum Internasional dan Kedaulatan Negara
Jean Bordin adalah salah satu orang pertama yang memberikan suatu bentuk ilmiah pada
teori kedaulatan, sebelum itu teori kedaulatan sudah dikenal terlebih dahulu pada zaman
Aristoteles dan pada zaman hukum Romawi. Bordin beranggapan bahwa kedaulatan
merupakan atribut negara dan apabila tidak adanya kedaulatan maka tidak adanya negara dan
kedaulatan merupakan hal yang mutlak. Dan ia juga beranggapan bahwa kedaulatan itu
merupakan kekuasaan tertinggi yang menjadi sumber hukum yang tidak terikat atau dibatasi
oleh hukum-hukum lain. Menurut Bodin kedaulatan mengandung kekuasaan sebagai berikut:
1. Bersifat asli, yang dimana tidak diturunkan dari kekuasaan lain
2. Berada di tingkat tertinggi, diartikan bahwa tidak adanya kekuasaan yang lebih tinggi
dari kedaulatan yang dapat membatasi kekuasaanya
3. Bersifat kekal atau abadi
4. Hanya terdapat pada satu kekuasaan tertinggi atau tidakn dapat dibagi-bagi
5. Tidak dapat diserahkan dan dipindahkan kepada suatu badan atau lembaga lainnya