Anda di halaman 1dari 6

Nama : Elisa Anugrah Atalie Lumban Raja

Kelas/NIM : 21.1A/2107350014

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Quiz Hukum Internasional

1. Definisi Hukum Internasional yang dikemukakan oleh Prof. Mochtar Kusumaatmaja

Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas-asas yang mengatur


hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara: antara negara dengan negara;
dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek bukan negara satu
sama lain.

Hal-hal yang dikemukakan dari definisi tersebut :

a. Negara

Negara menjadi subjek utama dalam hukum internasional. Dalam konteks hukum
internasional, negara yang dimaksud adalah negara yang berdaulat dan memiliki
pemerintahannya sendiri.

b. Organisasi Internasional

Organisasi nasional bertugas untuk turut serta menyelesaikan pelanggaran hukum


internasional. Klasifikasi organisasi internasional yang menjadi subjek hukum
internasional adalah organisasi yang memiliki keanggotaan secara global dengan
tujuan yang bersifat umum (contohnya: PBB), organisasi yang memiliki keanggotaan
secara global dengan tujuan spesifik (contohnya: IMF), organisasi dengan keanggotaan
regional dengan tujuan global (contohnya: ASEAN), dan organisasi dengan
keanggotaan regional dengan tujuan spesifik (contohnya: NAFTA).

c. Palang Merah Internasional

Palang Merah Internasional diakui sebagai subjek hukum internasional dalam ruang
lingkup terbatas. Kedudukannya diperkuat dengan adanya perjanjian dan konvensi
Palang Merah. Misi Palang Merah Internasional semata-mata hanya untuk
kemanusiaan. Oleh karena itu, organisasi ini harus independen dan tidak boleh
diintervensi oleh negara manapun.

d. Tahta Suci Vatikan


Tahta Suci Vatikan diakui sebagai subjek hukum internasional sejak ditandatanganinya
Pakta Lateran pada 1929. Pakta Lateran sendiri merupakan perjanjian antara Kerajaan
Italia dengan Tahta Suci Vatikan.

e. Pemberontak

Menurut hukum perang, kelompok pemberontak dapat menjadi subjek hukum


internasional jika telah terorganisir, menaati hukum perang, memiliki wilayah yang
dikuasai, memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain,
dapat menentukan nasibnya sendiri, menguasai sumber daya alam di wilayah yang
dikuasainya, dan memilih sistem (ekonomi, politik, dan sosial) sendiri.

f. Individu

Diterangkan Mochtar Kusumaatmadja, dalam Perjanjian Versailles 1919, terdapat


sejumlah pasal yang memungkinkan individu untuk mengajukan perkara secara
internasional ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Sehubungan dengan itu, individu
juga merupakan subjek hukum internasional dan bisa menjadi pihak di hadapan suatu
peradilan internasional.

2. Mengapa istilah Hukum Interasional pada masa sekarang lebih dapat diterima karena
istilah hukum internasional ini lebih mendekati pada kenyataan bahwa hukum
internasional mengatur hubungan tidak hanya hubungan antar negara tetapi
juga hubungan antara negara dan subyek hukum non negara dan hubungan antara
subyek hukum nonnegara satu sama lain.

3. Kedaulatan merupakan konsep yang sangat penting dalam tertib hukum domestik
maupun internasional, dan merupakan titik persinggungan antara kedua sistem tertib
hukum tersebut. Kedaulatan negara merupakan salah satu norma fondasional dalam
sistem hukum internasional. Konsekuensinya, konsep tentang negara yang berdaulat
sebagai kesatuan otoritas yang tidak tunduk pada pihak manapun merupakan penyangga
sistem tata hukum internasional yang menjunjung tinggi prinsip non-intervensi dan
kesepakatan (consent) negara. Dalam hukum internasional, kedaulatan negara (state
sovereignty) dan kesederajatan (equality) antar negara merupakan konsep yang diakui
dan menjadi dasar bekerjanya sistem hukum internasional itu. Huk um internasional
secara tradisional mengakui bahwa negara sebagai entitas yang merdeka dan berdaulat,
berarti negara itu tidak tunduk pada otoritas lain yang lebih. Kedaulatan dan kesederajatan
negara merupakan atribut yang melekat pada negara merdeka sebagai subyek hukum
internasional. Pengakuan terhadap kedaulatan negara dan kesederajatan antar negara
juga merupakan dasar bagi personalitas negara dalam sistem hukum internasional.

4. Hukum internasional tumbuh dan berkembang sesuai zamannya, yang diawali pada
masa klasik, seperti pada masa India kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno dan Romawi Kuno,
dalam bentuk kaidah-kaidah kebiasaan dan aturan-aturan yang dibuat oleh suatu bangsa
atau kerajaan yang mengatur hubungan diantara mereka dalam bentuk yang masih
sederhana dan bersifat terbatas untuk bidang-bidang tertentu saja. Pada masa kelasik dan
abad pertengahan, hukum internasional tidak banyak mengalami perkembangan. Baru
setelah masa itu, yaitu pada abad ke 16, 17, 18, 19, 20, dan dewasa ini, hukum
internasional moderen tumbuh dan berkembang sesuai zamannya, dari segi teori-teori,
azas-azas, lembaga-lembaga dalam hukum internasional. Demikian juga mengenai
subtansi dan sifat dati keputusan organisasi internasional serta putusan peradilan
internasioal.

5. Ketika peradaban-peradaban kuno mulai surut, dengan landasan ajaran Kristen Eropa
muncul sebagai peradaban baru pada Abad Pertengahan. Meski saat itu ada banyak
kerajaan di Eropa, Hukum Internasional justru tidak berkembang, karena:

• Kerajaan-kerajaan bersifat inward-looking.

• Kerajaan-kerajaan disatukan di bawah kekuasaan Paus dan Kaisar Romawi Suci

• Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak
pada kaisar sedangkan kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja
Katolik Roma.

•Masyarakat Eropa waktu itu merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari
beberapa negara yang berdaulat dan Tahta Suci, kemudian sebagai pewaris kebudayaan
Romawi dan Yunani.

6. Hugo Grotius adalah akademisi pada bidang hukum internasional yang berasal dari
Belanda. Sosok Hugo terkenal pada abad ke-17. Salah satu buku karyanya yang
terkenal adalah Mare Liberum dinyatakan bahwa laut adalah wilayah internasional dan
semua bangsa bebas menggunakannya untuk perdagangan.

Hugo Grotius merupakan seseorang yang mempunyai begitu banyak keahlian sampai
akhir hayatnya. Beliau menulis karya-karya tentang teologi, sejarah, dan khususnya,
topik-topik hukum. Pada awalnya, pengaruh akar Belanda dapat terlihat jelas dalam
tulisannya. Misalnya, menggunakan banyak contoh sejarah dan hukum untuk
membuktikan bahwa Belanda mempunyai bentuk pemerintahan yang ideal sejak masa
kaum Batavia, atau bahwa Belanda mempunyai kebebasan memanfaatkan laut karena
dianggap wilayah perairan internasional ( Mare Liberum ). Cara yang digunakannya
untuk mencapai kesimpulan tersebut sangat khas cendikiawan humanis seperti Grotius.
Menggunakan kepandaiannya yang mengagumkan, tujuan utama beliau adalah
menciptakan keteraturan dan struktur dari ilmu pengetahuan yang sudah ada
sebagaimana dapat ditemukan dalam karya-karya penulis klasik. Pendekatan ini
menghasilkan cara pandang yang baru, khususnya melalui tulisan-tulisannya tentang
hukum seperti De iure belli ac pacis (“Hukum tentang Perang dan Damai”). Ditulis pada
tahun 1625, karya ini menjadi prinsip-prinsip fundamental bagi hukum internasional.

7. Selain mengakhiri perang tiga puluh tahun di Eropa, Perjanjian Westphalia juga
meneguhkan perubahan dalam peta politik dunia. Selain itu, perjanjian ini juga
mengakhiri upaya untuk menegakkan imperium Romawi Suci yang selama ini memiliki
pengaruh kuat atas negara-negara di dunia terutama di Eropa.

8. Teori Monisme dan Dualisme merupakan dua teori yang mencoba menjawab
bagaimana ketika terjadi praktek hubungan antara hukum internasional dan hukum
nasional.

Monisme

- Hukum Internasional dan Hukum Nasional adalah satu sistem hukum yang sama.
- Hukum Internasional memgikat negara sehingga juga mengikat Warga
Negara/Badan Hukum.
- Hukum Internasional dan Hukum Nasional bisa berkonflik melahirkan
a. Prima Hukum Internasional
b. Prima Hukum Nasional

Dualisme

Hukum Internasional dan Hukum Nasional adalah dua rejim hukum yang bebeda:

- Subjeknya berbeda: Negara vs Warga Negara/Badan Hukum


- Sumber Hukum berbeda: ICL/Treaties/etc vs UUD/UU Nasional
a. Hukum Internasional mengikat negara tetapi tidak mengikat warga negara.
b. Tidak akan ada konflik antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional.
9. Teori transformasi menyatakan bahwa Hukum Internasional dapat berlaku dalam
hukum nasional melalui suatu transformasi, adanya perubahan bentuk dan isinya
sehingga diterima oleh hukum nasional. Teori Delegasi menganggap bahwa Hukum
Internasional bisa menjadi hukum nasional, namun penerapannya diserahkan kepada
negara masing-masing. Artinya semua tergantung dan terletak pada wewenang negara
dalam melaksanakan bentuk dari Hukum Internasional itu sendiri. Teori Harmonisasi
menyebutkan bahwa antara Hukum Internasional dengan hukum nasional tidak perlu
dipertentangkan, namun keduanya harus berjalan sendiri-sendiri sehingga timbul suatu
keharmonisan antara keduanya.

10. UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional menjabarkan hubungan dan


perjanjian internasional dalam UUD 1945. Pembuatan dan pengesahan perjanjian
internasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sangat singkat.
Selama ini Perjanjian Internasional memnggunakan surat Presiden Republik Indonesia
No. 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian
dengan Negara Lain" dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan semangat reformasi.

UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional mengganggap bahwa pembuatan


dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah Republik Indonesia dan
pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional, dan subjek hukum
internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting karena mengikat
negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebab itu pembuatan dan pengesahan
suatu perjanjian internasional harus dilakukan dengan dasar-dasar yang jelas dan kuat,
dengan menggunakan instrumen peraturan perundang-undangan yang jelas.

11. Kedaulatan teritorial atau kedaulatan wilayah adalah kedaulatan yang dimiliki
Negara dalam melaksanakan yurisdiksi ekslusif di wilayahnya. Kedaulatan berarti
kekuasaan tertinggi dan bersifat monopoli atau summa potestas atau superme Power
yang hanya dimiliki Negara.

12. Wilayah adalah suatu unsur penting yang harus dimiliki oleh negara yang berdaulat.
Fungsi dan pelaksanaan kedaulatan suatu negara dilaksanakan di wilayah negara,
sehingga setiap benda yang ada maupun perbuatan hukum yang terjadi di wilayah
pada prinsipnya tunduk kepada kedaulatan suatu negara yang memiliki wilayah
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai