Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN HUKUM INTERNATIONAL

A. Mendeskripsikan system hukum dan peradilan internasional Hukum yang diadakan untuk mengatur pergaulan antar negara yang berdaulat dan merdeka disebut hukum antar negara atau hukum internasional. Hukum internasional

antar negara. Hukum internasional terdiri atas hal-hal sebagai berikut:

a. Peraturan-peraturan hukum mengenai pelaksanaan fungsi lembaga-lembaga dan organisasi-internasional, hubungan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi itu, serta hubungan antar negara dan individu-individu.

b. Peraturan hukum tertentu mengenai individu dan kesatuan bukan negara, sepanjang hak-hak dan kewajiban individu-individu serta ketentuan itu merupakan masalah persekutuan internasional. 1. Makna hukum internasional

makna dan fungsi kedaulatan dalam masyarakat internasional sangat penting. Kedaulatan merupakan kata yang sulit didefinisikan secara khusus karena orang memberi arti yang berlainan pada istilah tersebut. Menurut sejarah, asal kata kedaulatan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah souvereignity, sedangkan dalam bahasa latin uperanus

w w

yang berarti yang teratas. Negara dikatakan berdaulat atau souvereignity karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. Dengan kedaulatan, negara akan memiliki kekuasaan tertinggi. Pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi inilah yang menimbulkan banyak salah paham. Menurut asal katanya, kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Negara yang berdaulat berarti bahwa negara tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi daripada kekuasaannya sendiri. Dengan kata lain, negara memiliki sifat untuk memonopoli kekuasaan. Sifat tersebut merupakan suatu ciri khas organisasi masyarakat dan kenegaraan yang tidak lagi membenarkan perseorangan dalam mengambil tindakan

w .k ot

Mengingat peran negara dalam masyarakat dan hukum internasional dewasa ini,

ep

ok e.

or

mengikat negara. Oleh karena itu, hukum internasional harus ditaati dalam hubungan

adalah sekumpulan hukum yang terdiri atas asas-asas dan peraturan-peraturan yang

sendiri apabila ia dirugikan. Walaupun demikian, kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-batasnya. Ruang berlakunya kekuasaan tertinggi dibatasi oleh batas wilayah negara. Artinya, suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Di luar wilayahnya, suatu negara tidak lagi memiliki kekuasaan. Jadi, pengertian kedaulatan

b. Kekuasaan berakhir ketika kekuasaan suatu negara lain dilmulai Berdasarkan hal tersebut, kedaulatan suatu negara terbatas. Batas yang dimaksud terdapat dalam kedaulatan negara lain. Paham kedaulatan tidak bertentangan dengan adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri atas negara-negara yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, merdeka (independent), yang satu dari yang lainnya. Akibat paham kedaulatan, lahir paham kemerdekaan (independence) dan paham persamaan derajat (equality). Artinya, negara yang berdaulat selain merdeka atau yang satu bebas dari yang lainnya, juga sama derajatnya. Dengan demikian, kedaulatan, kemerdekaan, dan persamaan derajat tidak bertentangan satu dan yang lainnya. Bahkan, kemerdekaan dan persamaan derajat merupakan bentuk perwujudan dan pelaksanaan pengertian kedaulatan dalam arti yang wajar. Paham kedaulatan, kemerdekaan, dan persamaan derajat negara tidak bertentangan dengan konsep suatu masyarakat internasional yang diatur oleh hukum internasional.

w w

pembatasan terhadap kedaulatan suatu negara terletak dalam kedaulatan negara lain. Pembatasan terhadap kedaulatan suatu negara terletak dalam hukum internasional yang mengatur kehidupan masyarakat antar negara atau masyarakat internasional. Tunduknya suatu negara yang berdaulat atau tunduknya paham kedaulatan kepada kebutuhan pergaulan masyarakat internasional merupakan syarat mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat internasional yang teratur. Berdasarkan hal tersebut, kehidupan suatu masyarakat internasional yang teratur hanya mungkin terjadi dengan adanya hukum internasiona. Keharusan tunduknya negara-

w .k ot

Dalam rangka pemikiran tentang kadaulatan negara dan pergaulan antar negara,

ep

ok e.

or

a. Kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan, dan

sebagai kekuasaan tertinggi mengandung 2 pembahasan penting, yaitu:

negara pada hukum internasional yang mengatur hubungan antara negara-negara yang berdaulat merupakan suatu kesimpulan yang tak dapat dielakkan. 2. Asas hukum internasional Pof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa hukum internasional public harus dibedakan dari hukum perdata internasional. Hukum internasional public adalah

bukan negara, atau subjek hukum bukan negara.

Berdasaekan hal tersebut, hukum internasional didasarkan pada pemikiran sebagai berikut:

a. Masyarakat internasional terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka (independent) dalam arti masing-masing berdiri sendiri tidak dibawah kekuasaan yang lain (multi state system)

b. Tidak ada suatu badan yang berdiri di atas negara-negara, baik dalam bentuk negara (world state) maupun badan operasional lain. c. Merupakan suatu tertib hukum koordinasi antar anggota masyarakat internasional sederajat. Masyarakat internasional tunduk pada hukum internasional sebagai suatu tata tertib hukum yang mengikat secara koordinatif untuk memelihara dan mengatur berbagai kepentingan bersama.

Selain itu, dalam rangka menjalin hubungan antarbangsa, pemberlakuan hukum

w w

internasional harus mempertahankan asas-asas sebagai berikut: a. Asas teritorial Asas territorial adalah asas yang didirikan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas ini negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan barang yang berada di wilayahnya. Adapun semua orang atau badan yang berada di luar wilayahnya berlaku hukum internasional. b. Asas kebangsaan Asas kebangsaan adalah asas yang didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas ini setiap warga negara dimanapun ia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya.

w .k ot

ep

ok e.

or

melintasi batas negara, baik dengan negara , maupun dengan subjek hukum lain yang

keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang

c. Asas kepentingan umum Asas kepentingan umum adalah asas yang didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan hidup masyarakat. Negara dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan peristiwayang berkaitan dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat dengan batas-batas wilayah suatu

Hal-hal yang menjadi subjek hukum internasional, antar lain negara, Tahta suci di Vatikan, Palang Merah Internasional, organisasi-organisasi internasional, individu atau perorangan, dan pemberontak atau pihak yang sedang bersengketa. Berikut penjelasan dari setiap subjek internasional: a. Negara

Negara adalah subjek hukum internasional. Hal ini sejalan dengan lahirnya hukum internasional itu sendiri atau sesuai dengan istilah lain dari hukum internasional (hukum antarnegara).

w w

w .k ot

b. Tahta suci Vatikan

Tahta suci Vatikan merupakan suatu contoh dari subjek hukum internasional selain negara. Hal ini merupakan peninggalan sejarah sejak zaman dahulu ketika Paus bukan hanya merupakan kepala Gereja Roma, tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi Tahta Suci memiliki perwakilan diplomatic.

c. Palang Merah Internasional Palang Merah Internasional berkedudukan di Jenewa, Swiss. Palang Merah Internasional merupakan salah satu subjek internasional. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa perjanjian dan beberapa Konvensi Palang Merah (Konvensi Jenewa) tentang perlindungan korban perang. d. Organisasi internasional Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional tidak diragukan lagi. Organisasi Internaional seperti PBB, ILO, GATT, WHO, dan FAO memiliki hak dan kewajiban, seperti telah ditetapkan dalam konvensikonvensi internasional sebagai anggaran dasarnya

ep

ok e.

or

3. Subjek hukum internasional

negara.

e. Orang Perorangan (Individu) Dalam arti yang terbatas, orang perseorangan dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional. Perjanjian Versailles pada 1919 yang mengakhiri perang dunia I telah menetapkan pasal-pasal yang memungkinkan orang mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbitrasi Internasional. Misalnya, da

dikelompokkan sebagai kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang oleh Mahkamah Internasional. Selain itu, individu para perwakilan suatu negara, para turis, pelajar, musisi, atau wakil olahraga.

f. Pemberontakan dan pihak dalam sengketa

Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa dalam beberapa hal tertentu. Para pemberontak dianggap sebagai salah satu subjek hukum internasional yang

w w

4. Sumber hukum internasional

J.G Starke menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan actual yang digunakan oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu. Secara umum, sumber hukum internasional dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu: a. Kebiasaan b. Taraktat c. Keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrasi d. Karya-karya hukum

w .k ot

memiliki beberapa alasan, misalnya mereka pun memiliki hak yang sama untuk:

1) Menentukan nasib sendiri 2) Hak secara bebas memilih system ekonomi, politik, dan social sendiri 3) Hak menguasai sumber kekayaan alam dari wilayah yang didudukinya

ep

ok e.

or

dituntut oleh orang perseorangan (individu) dalam perebutan yang

penuntutan terhadap bekas para pemimpin perang Jepang dan Jerman yang

e. Keputusan atau ketetapan organ-organ/ lembaga internasional Adapun pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional menetapkan bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara-perkara yaitu: a. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum

c. Prinsip-prinsip hukum (general principles of law) yang diakui oleh negara-negara beradab

d. Keputusan pengadilan (judicial decisions)dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya (teaching of the most highly qualified publicist) yang merupakan sumber tambahan hukum internasional.

Berdasarkan hal tersebut, berikut ini akan dijelaskan satu per satu hal-hal yang berkaitan dengan sumber hukum: a. Perjanjian internasional

w w

w .k ot

Konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional merupakan sumber utama hukum internasional. Konvensi-konvensi itu dapat berbentuk bilateral dan multilateral. Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum internasional adalah konvensi yang berbentuk law making treaties adalah perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuanketenyuan yang berlaku secara umum, yaitu sebagai berikut: 1) Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang dan penyelesaian sengketa secara damai.

2) General treaty for the renanciationof war, 27 agustus 1928 3) Piagam perserikatan bangsa-bangsa 4) Konvensi-konvensi Wina mengenai hubungan diplomatic 1961 dan hubungan konsuler 1963 5) Konvensi-konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang dan protocol-protokol tambahan 6) Konvensi PBB tentang hukum laut 1982

ep

ok e.

or

b. Kebiasaan internasional (international custom)

maupun khusus

7) Konvensi senjata-senjata kimia, (Chemical weapons convention), 1993. 8) Comprehensive nuclear test-ban treaty (CTBT), 1996 Di samping itu sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas senjata nuklir yang bersifat regional, yaitu sebagai berikut: 1) Treaty of Tlateloco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia (1967)

kawasan Asia Tenggara, 1955

4) Treaty of Pelindaba meliputi kawasan Afrika, 1966 b. Hukum kebiasaan internasional

Hukum kebiasaan internasional berasal dari praktik negara-negara melalui sikap dan tindakan yang diambilnya terhadap suatu persoalan. Jika suatu negara mengambil suatu kebijaksanaan kemudian kebijaksanaan itu diikuti oleh negaranegara lain, dilakukan berkali-kali tanpa adanya protes atau tantangan dari pihak lain, secara berangsur-angsur terbentuklah suatu kebiasaa. Terbentuknya suatu

w w

c. Prinsip-prinsip hukum umum Walaupun hukum nasional berbeda dari satu negara ke negara lain, tetapi prinsipprinsip pokoknya tetap sama. Prinsip-prinsip umum yang diambil dari system nasional, dapat mengisi kekosongan yang terjadi dalam hukum internasional.
7

w .k ot

hukum kebiasaan didasari oleh praktik yang sama, dijalankan secara konstan tanpa adanya pihak yang menentang serta diikuti oleh banyak negara. Dengan cara demikian, terbentuk hukm kebiasaan yang makin lama makin bertambah kuat dan berlaku secara universal karena diikuti oleh hamper semua negara di dunia. Konvensi-konvensi hubungan diplomatic, konsuler, konvensi-konvensi hukum laut tahun 1958, dan konvensi tentang hukum perjanjian tahun 1969 adalah contoh beberapa hasil kodifikasi hukum kebiasaan. Dalam beberapa hal. Hukum kebiasaan lebih menguntungkan daripada hukum tertulis mengingat sifatnya yang cukup luwes. Hukum kebiasaan dapat berubah sesuai perkembangan kebutuhan internasional, sedangkan kebutuhan-kebutuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum positif harus melalui prosedur yang lama dan berbelit-belit.

ep

ok e.

or

3) Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Treaty meliputi

2) Treaty Rarotonga meliputi kawasan Pasifik selatan (1986)

Prinsip-prinsip hukum administrasi dan perdagangan, ganti rugi, dan kontrak kerja diambil dari system hukum nasional untuk mengatur kegiatan yang sama dalam kerangka hukum internasional. d. Keputusan-keputusan peradilan Keputusan-keputusan peradilan memainkan peranan yang cukup penting dalam

dan penangkapan ikan telah mamasukkan unsur-unsur baru ke dalam hukum internasional yang selanjutnya mendapat persetujuan negara-negara secara umum. Di samping itu, karya dari tokoh-tokoh kenamaan dapat memainkan peranan dalam proses pembentukan ketentuan-ketentuan hukum. Peranan pakar-pakar hukum di abad ke-17 dan 18 dalam proses pembentukan hukum internasional memberikan pengaruh yang besar. Sehubungan dengan sumber-sumber hukum ini, mahkamah diperbolehkan untuk memutuskan suatu perkara secara exaequo et bono, yaitu keputusan yang bukan atas pelaksanaan hukum positif, tetapi atas

B. Menjelaskan Penyebab Timbulnya Sengketa Internasional dan Penyelesaian

w w

Sengketa Internasional melalui Mahkamah Internasional 1. Penyebab sengketa Internasional Tujuan hukum internasional ialah mengatur hubungan-hubungan antarnegara

berdasarkan keadilan, perikemanusiaan, dan kesusilaan, baik masa perang maupun masa damai. Hukum damai mengurus hubungan antarnegara walaupun dalam keadaan damai. Peranan hukum internasional, misalnya mengatur batas negar, mengatur hubungan diplomasi, membuat, melaksanakan, dan mengahapus traktat. Selain itu mengatur masalah kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, social, dan budaya. Hukum

w .k ot

dasar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.

ep

ok e.

or

keputusan mahkamah internasional, misalnya dalam sengketa-sengketa ganti rugi

membantu pembentukan norma-norma baru hukum internasional. Keputusan-

damai juga mengatur cara memecahkan perselisihan dengan jalan damai, seperti perundingan diplomatic dan mediasi dengan meminta pihak ketiga sebagai perantara. Hukum perang adalah hukum yang mengatur hubungan antar negara yang berperan dan menentukan larangan-larangan cara berperang. Dalam hukum perang diatur akibat pemutusan hubungan diplomatic dan nasib warga negara yang sedang

hal yang perlu dihormati, seperti tidak diperbolehkannya mengahncurkan kota-kota besar. Sengketa internasional sebagai perselisihan mengenai masalah, fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut balik, atau diingkari oleh pihak lain. Dalam arti yang lebih luas, sengketa internasional dikatakan ada bila perselisihan seperti ini melibatkan pemerintah, lembaga, badan hukum (juristic person) atau individu dalam bagian dunia yang berlainan. Dalam konteks hukum internasional, sengketa internasional melibatkan hubungan antarnegara. Jika dilihat dari cakupannya, maka sengketa internasional mencakup sengketa antarnegar dan negara, negara dan individu, negara dan korporasi asing, serta sengketa antarnegara dan kesatuan kenegaraan bukan negara. Namun penelaahan sengketa dalam hal ini dibataskan pada sengketa antarnegara dan negara saja. Sengketa antar negara merupakan sengketa yang dapat mempengaruhi kehidupan internasional dan dapat pula merupakan sengketa yang mengancam

w w

perdamaian dan ketertiban internasional. Sering tindakan yang diambil oleh suatu negara menimbulkan luka, atau penghinaan atas martabat atau kewibawaan negara lain.

sengketa internasional dapat dibagi dalam pelanggaran internasional sebagai berikut: a. Pelanggaran traktat atau berkenaan dengan kewajiban-kewajiban kontraktual; pengambilan hak milik. Pelanggaran suatu kewajiban traktat bergantung pada ketetapan syaratsyarat ketentuan perjanjian yang dituduh telah dilanggar. Prinsip hukum
9

w .k ot

Dari beberapa permasalahan mengenai suatu tindakan yang dapat menimbulkan

ep

ok e.

or

lain yang mau menjadi perantara. Hukum perang pada bagian ini menekankan pada

berperang. Mengenai nasib warga negara pada umumnya diperhatikan oleh negara

internasional adalah bahwa setiap pelanggaran atas perjanjian menimbulkan suatu kewajiban untuk mengganti rugi. b. Pelanggaran-pelanggaran internasional (kesalahan-kesalahan yang tidak ada kaitannya dengan kewajiban-kewajiban kontraktual) Pelanggaran kewajiban oleh badan-badan negara dapat dikaitkan kepada

Suatu klaim terhadap kerugian yang dialami oleh subjek (warga negara) terhadap negara lain atas nama negara.

Sengketa antarnegara kurang banyak timbul dalam kaitannya dengan perlakuan orang-orang asing dibandingkan dengan yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang membahayakan atau dapat membahayakan Perdamaian Internasional, seperti: Agresi

Gangguan terhadap kemerdekaan nasional Gangguan terhadap hubungan persahabatan negara-negara Suatu kejahatan internasional yang dapat menimbulkan sengketa

w w

2. Penyelesaian sengketa internasional


10

w .k ot

didefinisikan sebagai akibat dari pelanggaran suatu kewajiban internasional, oleh sebuah negara, yang demikian penting untuk kepentingan-kepentingan fundamental masyarakat internasional yang mana pelanggaran terhadapnya dipandang sebagai kejahatan internasional oleh seluruh masyarakat internasional, contoh-contoh dari pelanggaraninternasional yang dapat menimbulkan sengketa antara lain: Pelanggaran agresi Mempertaruhkan dominasi colonial dengan kekuatan (yang bertentangan dengan penentuan nasib sendiri) Pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya serius terhadap larangan melakukan perbudakan, genocide, apartheid serta pencemaran besarbesaran terhadap atmosfer dan udara.

ep

ok e.

or

c. Klaim-klaim

negara yang dituntut menurut kaidah-kaidah hukum internasional.

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan sengketa internasional. Merills berpendapat, terdapat dua kelompok cara untuk menyelesaikan sengketa internasional, yaitu (1) cara penyelesaian diplomatic yang di dalamnya termasuk cara-cara, yaitu negoisasi, mediasi, penyelidikan, dan konsiliasi. Sedangkan kelompok (2) cara penyelesaian menurut hukm, yang terdiri dari dua cara yaitu

secara substansif tentang cara-cara penyelesaian sengketa internasional. a. Negosiasi

Negotiation atau negosiasi berperan penting tidak hanya untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan atau sengketa-sengketa internasional, melainkan juga berperan untuk mencegah timbulnya perbedaan-perbedaan tersebut. Merills menyatakan bahwa negosiasi antarnegara biasanya dilakukan melalui saluran diplomatic formal, yakni oleh setiap pejabat urusan luar negeri, atau oleh wakil-wakil diplomatic yang dalam hal adanya negosiasi

w w

11

w .k ot

yang kompleks dapat membawa delegasi termasuk wakil-wakil dari beberapa departemen pemerintah yang berkepentingan. Sebaliknya negosiasi tidak akan efektif jika pihak-pihak saling menjauh dan tidak ada kepentingan bersama untuk menjembatan permasalahan sengketa tersebut

b. Mediasi

Mediasi artinya perantaraan, yakni salah satu cara penyelesaian sengketa

internasional di mana adanya keterlibatan atau campur tangan pihak ketiga yang akan membantu menyelesaikan jalan buntu penyelesaian sengketa atau perselisihan dan menghasilkan penyelesaian yang dapat diterima oleh pihakpihak yang bersengketa. Mediasi ini merupakan negosiasi tambahan, karena merupakan kelanjutan dari negosiasi negosiasi yang mengalami jalan buntu. Mediasi dapat dilakukan oleh organisasi internasional, negara, atau individu. Mediasi tidak dapat dipaksakan pada pihak-pihak suatu sengketa internasional, tapi hanya dapat dilakukan jika mereka setuju. Ini berarti bahwa persetujuan kedua belah pihak negara-negara yang bersengketa merupakan

ep

ok e.

or

Berikut akan dipaparkan secara singkat namun diharapkan memberikan kejelasan

arbitrasi dan penyelesaian yudisial.

syarat utama adanya pihak ketiga sebagai mediator untuk membantu menyelesaikan sengketa yang terjadi. c. Penyelidikan Menurut pendapat Merills, penyelidikan memiliki dua pengertian yang berkaitan. Pengertian pertama mengartikan penyelidikan secara luas yaitu

mengartikan penyelidikan sebagai persetujuan institusional tertentu dimana negara-negara dapat lebih suka memilihnya daripada memakai arbitrasi atau cara lain, sebab mereka menghendaki suatu masalah sengketa diselidiki secara bebas. d. Konsiliasi

Pengertian konsiliasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional mengenai keadaan apapu di mana suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-piha, baik yang bersifat tetap atau ad hoc untuk menangani suatu

w w

12

w .k ot

sengketa, berada pada pemeriksaan yang tidak memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk menentukan batas penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak, atau member pihak-pihak pandangan untuk menyelesaikan, seperti bantuan yang mereka minat. Semua komisi konsiliasi mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menyelidiki sengketa dan menyarankan batas penyelesaian yang mungki. Tugas komisi ialah mendukung dan menyusun agenda dialog-dialog, sambil member bantuan apa saja yang mungkin berguna untuk mencapai kesimpulan yang tepat dan berhasil. Pada pihak lain, komisi juga berfungsi memberikan informasi dan nasihat tentang pokok masalah posisi pihak-pihak dan untuk menyatakan suatu peyelesaian yang berkaitan dengan apa yang mereka terima, bukan apa yang mereka tuntut.

e. Arbitrasi Arbitrasi berperan untuk member pihak-pihak yang bersengketa kesempatan mendapatkan keputusan dari hakim atau hakim-hakim berdasrkan pilihan mereka sendiri. Arbitrasi memberikan keputusan yang mengikat.

ep

ok e.

or

menyelesaikan suatu masalah sengketa tentang fakta. Pengertian kedua,

proses yang dilakukan kapan saja pengadilan atau badan lain berupaya untuk

Akibatnya tidak akan timbul masalah penafsiran, pembatalan, dan sebagainya, keputusan arbitrasi akan memutuskan sengketa. Merills menyatakan bahwa kelebihan dari arbitrasi adalah arbitrsi dapat digunakan untuk menghasilkan penyelesaian atas masalah yang akan dipilih dan berlandaskan pada suatu dasar yang disetujui.

keluar yang terbaik dan menghindari penyelesaian dengan cara kekerasan, seperti peperangan. Karena cara kekerasan ini justru akan mendatangkan malapetaka baru bagi kehidupan masyarakat dan mengganggu kedamaian masyarakat masyarakat internasional secara umum.

3. Peranan Mahkamah Internasional dalam Penyelesaian Sengketa Internasional Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag, Belanda. Mahkamah dapat bersidang ditempat lain jika dianggap perlu. Masa bersidang diadakan setiap tahun kecuali waktu-waktu libur. Siding-sidang lengkap pada prinsipnya

w w

13

w .k ot

dihadiri oleh 15 anggota, tetapi kuorum dengan 9 anggota sudah cukup untuk mengadili suatu perkara. Biasanya mahkamah bersidang dengan 11 anggota tidak termasuk hakim-hakim ad hoc.

Mahkamah memilih ketua dan wakil ketua untuk masa jabatan tiga tahun

dan dapat dipilih kembali. Mahkamah juga mengangkat panitera dan pegawaipegawai lain yang dianggap perlu. Adapun bahasan-bahasa resmi yang digunakan menurut pasal 39 statuta, harus Prancis dan Inggris. Namun atas permintaan salah satu dapi pihak yang bersengketa, mahkamah dapat mengizinkan penggunaan bahasa lain. Berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan peranan mahkamah internasional. a. Wewenang mahkamah Wewenang mahkamah diatur dalam bab II statute yang khusus mengenai wewenang mahkamah dengan ruang lingkup masalah-masalah mengenai sengketa. Untuk mempelajari wewenang ini harus dibedakan antara wewenang ratione personae, yaitu siapa-siapa saja yang dapat mengajukan

ep

ok e.

or

kekurangan. Tentu saja bagi setiap negara yang bersengketa mengehendaki jalan

Cara-cara penyelesaian perdamaian mempunyai kelebihan di samping juga ada

perkara ke mahkamah dan wewenang ratione materiae, yaitu mengenai jenis sengketa-sengketa yang dapat diajukan. 1) Akses ke Mahkamah hanya terbuka untuk negara (wewenang ratione personae) Individu dan organisasi-organisasi internasional tidak dapat

statute. Negara-negara ini terutama semua anggota PBB, negara yang bukan anggota PBB dapat menjadi pihak pada statute mahkamah dengan syarat-syarat yang akan ditentukan oleh majelis umum atas rekomendasi dewan keamanan.

Keputusan mahkamah adalah keputusan organ hukum tertinggi di dunia. Penolakan suatu negara terhadap keputusan lembaga tersebut, akan dapat merusak citranya dalam pergaulan antar bangsa apalagi jika sebelumnya negara-negara tersebut telah menerima wewenang wajib

w w

14

w .k ot

mahkamah. Oleh karena itu, dengan mengadakan pengecualian terhadap ketentuan tersebut, juga diberikan kemungkinan kepada negara-negara lain yang bukan pihak pada statute untuk dapat mengajukan suatu perkara ke mahkamah (Pasal 35 ayat 2 statuta). Dalam hal ini dewan keamanan dapat menentukan syarat-syaratnya.

2) Kedudukan individu

Penolakan akses terhadap individu-individu ke mahkamah bukan berarti bahwa sengketa-sengketa yang diajukan ke mahkamah tidak akan pernah menyangkut individu. Melalui mekanisme perlindungan diplomatic di bidang pertanggung jawaban internasional, negara dapat mengambil alih dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan warga negaranya di depan mahkamah. Banyak perkara yang diperiksa mahkamah yang berasal dari pelaksanaan perlindungan diplomatic negara terhadap warga negaranya, misalnya perkara Ambatielos dan International Court Justice (ICJ) (1952-1953)

ep

ok e.

or

prinsipnya, mahkamah hanya terbuka bagi negara-negara anggota dari

menjadi pihak dari suatu sengketa di depan mahkamah. Pada

3) Kedudukan organisasi Internasional Pasal 34 ayat 1 statuta hanya membolehkan negara-negara untuk mengajukan suatu sengketa ke mahkamah. Namun, ayat 2 dan 3 pasal tersebut, memberikan kemungkinan kerja sama antara organisasiorganisasi internasional dan mahkamah. Dalam hal ini, mahkamah

organisasi-organisasi internasional untuk member keteranganketerangan mengenai soal-soal yang diperiksanya.

Organisasi-organisasi internasional tersebut, dengan inisiatif sendiri mengirimkan keterangan yang diperlukan ke mahkamah. Selanjutnya, jika dalam pemeriksaan suatu perkara, mahkamah terpaksa menginterpretasikan piagam konstitutif suatu organisasi internasional atau suatu konvensi yang dibuat atas dasar piagam tersebut, panitera mahkamah berhak meminta keterangan kepada

w w

15

w .k ot

organisasi internasional tadi dan mengirimkan secara tertulis ke mahkamah.

4) Wewenang Ratione Materiae Pasal 36 ayat 1 statuta denga jelas menyatakan bahwa wewenang

mahkamah meliputi semua perkara yang diajukan pihak-pihak yang bersengketa kepadanya, terutama yang terdapat dalam piagam PBB atau dalam perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi yang berlaku. Walaupun pasal 36 ayat 1 ini tidak mengadakan pembedaan antara sengketa hukum dan politik yang boleh dibawa ke mahkamah, dalam praktiknya mahkamah selalu menolak memeriksa perkara-perkara yang tidak bersifat hukum. Selanjutnya, wewenang mahkamah pada prinsipnya berlaku fakultatif. Ini berarti bahwa jika terjadi suatu sengketa antar dua negara, mahkamah baru dengan persetujuan bersama dapat membawa perkara mereka ke mahkamah. Akan tetapi adanya persetujuan antara

ep

ok e.

or

internasional. Untuk pertama kalinya mahkamah dapat meminta

juga menentukan syarat-syarat kerjasama dengan organisasi-organisasi

pihak-pihak yang bersengketa, wewenang mahkamah tidak akan berlaku terhadap sengketa tersebut. 5) Kompromi Dalam rangka wewenagn fakultatif, sengketa diajukan ke mahkamah melaui suatu kompromi. Jadi, kesepakatan negara-negara

dengan kompromi arbitrasi.

Kompromi bertujuan mengajukan sengketa ke mahkamah yang tidak perlu berisi kesepakatan mengenai komposisi tribunal, wewenang, dan prosedur mahkamah. Dalam penyelesaian hukum secara fakultatif ini, kompromi hanya berisikan persetujuan pihakpihak yang bersengketa untuk mengajukam perkara mereka ke mahkamah.

6) Wewenang wajib(Compulsory Jurisdiction)

w w

16

w .k ot

Wewenang wajib dari mahkamah hanya dapat terjadi jika negaranegara sebelumnya dalam suatu persetujuanmenerima wewenang tersebut.

Wewenang wajib berdasarkan ketentuan konvensional Seperti juga halnya dengan arbitrasi, dalam praktiknya

wewenang wajib ini dapat diterima dalam bentuk klausul atau dalam bentuk perjanjian-perjanjian umum. Klausul khusus ini terdapat dalam suatu perjanjian sebagai tambahan dari perjanjian itu sendiri. Klausul bertujuan menyelesaikan sengketa-sengketa yang mungkin lahir di masa yang akan dating mengenai palaksanaan dan interpretasi perjanjian tersebut di depan mahkamah. Klausul-klausul khusus dijumpai dalam perjanjianperjanjian perdamaian tahun 1919, perjanjian-perjanjian wilayahwilayah mandate, dan perjanjian-perjanjian mengenai minoritas.

ep

ok e.

or

perlu dicatat bahwa kompromi tidak mempunyai arti yang sama

yang bersengketa dituangkan dalm suatu kompromi. Disamping itu,

Sesudah perang dunia II, klausul-klausul yang demikian juga terdapat dalam piagam-piagam konstitutif organisasi-organisasi internasional. Klausul-klausul tersebut terdapat dalam konvensikonvensikodifikasi yang baru, misalnya konvensi-konvensi mengenai hukum perjanjian tahun 1969.

oleh negara-negara yang khusus bertujuan menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa hukum mereka di masa dating di muka mahkamah. Perlu diingat bahwa keharusan untuk menerima wewenang wajib mahkamah hanya terbats pada sengketa-sengketa hukum. Klausul Opsional

Pasal 36 ayat 2 statuta mengatakan bahwa negara-negara pihak statute, dapat setiap saat menyatakan menerima wewenang wajib

w w

17

w .k ot

mahkamah tanpa persetujuan khusus dalam hubungannya dengan negara lain menerima kewajiban yang sama dalam semua sengketa hukum mengenai: (1) Penafsiran suatu perjanjian

(2) Setiap persoalan hukum internasional

(3) Adanya suatu fakta yang bila terbukti akan merupakan pelanggaran terhadap kewajiban internasional

(4) Jenis atau besarnya ganti rugi yang harus dilaksanakan karena pelanggaran dari suatu kewajiban internasional 7) Persyaratan Di samping itu banyak pula negara yang menerima klausul opsional tersebut dengan persyaratan. Misalnya, mengenai lamanya masa penerimaan klausul yang dibatasi sampai lima tahun. Di tahun 1946, Amerika Serikat menerima klausul opsional dengan persyaratan penting, yaitu menolak diajukannya sengketa yang berada dibawah

ep

ok e.

or

bilateral dan multilateral, yaitu perjanjian-perjanjian yang dibuat

Di samping itu, ada pula perjanjian-perjanjian umum

domestic jurisdiction atau wewenang nasional. Mengenai sengketa apa saja yang berada di bawah wewenang nasional itu ditentukan sendiri oleh Amerika Serikat sesuai Amandemen Conally. Sebagaimana diketahui bahwa tiap-tiap persoalan yang berada langsung dibawah wewenang nasional suatu negara akan lepas dari

bawah wewenang nasional suatu negara. Namun, persyaratan yang dinyatakan Amerika Serikat ini ialah persyaratan otomatis sehingga mahkamah tidak dapat lagi ikut campur untuk menentukan apakah suatu persoalan itu jatuh di bawah wewenang nasional atau wewenang internasional. Semuanya telah ditentukan sendiri oleh pemerintah AS sebelumnya.

Dengan adanya Amandemen Conally, banyak negara yang mengkritik sehingga menyebabkan negara tidk mau membawa

w w

18

w .k ot

perkaranya ke mahkamah dan mengurangi peranan peradilan dunia tersebut. Persyaratan otomatis ini juga bertentangan dengan pasal 36 ayat 6 statuta, yang menyatakan kalaui terjadi perbedaan pendapat apakah suatu persoalan berada di bawah wewenang mahkamah atau tidak, mahkamah sendirilah yang akan memetuskannya. Pada 18 februari 1947, Prancis juga menerima klausul opsional,

tetapi dengan memasukkan persyaratan dari wewenang masional, sama seperti apa yang dinyatakan oleh AS yaitu persyaratan otomatis. Akan tetapi, tahun 1966, Prancis mengubah persyaratan otomatis itu dan selanjutnya mengajukan persyaratan terhadap sengketa-sengketa seperti berikut: (1) Pihak-pihak yang terlibat setuju untuk menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai (2) Sengketa-sengketa yang menurut hukum internasional, khusus berada di bawah wewenang nasional

ep

ok e.

or

hukum internasional menentukan soal-soal apa saja yang berada di

wewenang organ suatu organisasi inetrnasional. Di samping itu,

(3) Sengketa-sengketa yang lahir dari suatu peperangan atau konflik internasional mempunyai pengaruh langsung terhadap keamanan nasional (4) Sengketa-sengketa dengan suatu negara, yang diwaktu lahirnya sengketa tersebut belum lagi menerima wewenang wajib

opsional tanggal 10 Januari 1974 sebagai akibat diajukannya oleh Selandia Baru dan Australia masalah uji coba nuklir Perancis di Pasifik ke mahkamah. Jadi, persyaratan-persyaratan tersebut sangat membatasi wewenang mahkamah. b. Pendapat-pendapat yang tidak mengikat (Advisory Opinion) Mahkamah juga mempunyai fungsi konsultatif, yaitu memberikan pendapatpendapat yang tidak mengikat atau apa yang disebut advisory opinion. Hal ini ditulis dalam pasal 96 ayat 1 piagam statute dan aturan prosedur, mahkamahlah yang menetapkan syarat-syarat pelaksanaan pasal tersebut

w w

19

w .k ot

terdapat dalam Bab IV Statuta. 1) Natur Yuridik Pendapat hukum Sudah jelas bahwa terdapat perbedaan antar fungsi penyelesaian

sengketa dan fungsi konsultatif dari mahkamah. Dalam pelaksanaan fungsi penyelesaian sengketanya keputusan-keputusan mahkamah merupakan keputusan-keputusan hukum yang mengikat pihak-pihak yang bersengketa, sedangkan pendapat-pendapat yang dikeluarkan mahkamah bukan merupakan keputusan hukum dan tidak mempunyai kekuatan mengikat. Apalagi pelaksanaan pendapat-pendapat tersebut sama sekali tidak dapat dipaksakan. Jadi, yang dikeluarkan mahkamah ahnyalah suatu pendapat dan bukan merupakan suatu keputusan. Pendapat ini bertujuan memberikan penjelasan-penjelasan kepada badan-badan yang mengajukan pertanyaan kepada mahkamah atas permasalahan hukum. Sebagai contoh, Konvensi 1946 mengenai hak-hak istimewa dan kekbalan PBB, menyebutkan bahwa kalau terjadi sengketa antara PBB dan

ep

ok e.

or

Oleh karena hal tersebut, akhirnya Perancis menarik diri dari klausul

mahkamah

negara-negara anggota mengenai palaksanaan dan interpretasi konvensi, sengketa dapat diajukan ke mahkamah untuk meminta pendapatnya. Selain itu, pihak-pihak yang bersengketa berjanji untuk bertindak sesuai dengan pendapat mahkamah tersebut. Mekanisme pendapat yang menjadi wajib ini merupakan jalan luar bagi organisasi internasional yang tidak

Dengan demikian, pendapat-pendapat mahkamah tidak mempunyai kekuatan hukum dan jika pihak-pihak yang bersengketa menerimanya, semata-mata disebabkan kekuatan moral pendapat pendapat itu sendiri. Pada umumnya, organ-organ yang meminta pendapat dan negara-negara yang bersangkutan menerima pendapat-pendapat mahkamah dan jarang sekali pendapat mahkamah tidak dilaksanakan. 2) Permintaan pendapat Mahkamah

Pasal 96 dan pasal 65 statuta menyatakan bahwa mahkamah dapat

w w

20

w .k ot

memberikan pendapat mengenai semua persoalan hukum. Berbeda dengan mahkamah yang dulu, mahkamah yang sekarang dapat diminta pendapatnya untuk semua persoalan hukum, baik yang bersifat konkret maupun yang abstrak, sedangkan mahkamah yang dulu hanya dapat ditanya tentang sengketa-sengketa hukum yang konkret. Badan yang dapat meminta pendapat mahkamah Kebalikan dari prosedur wajib, prosedur konsultatif hanya terbuka bagi organisasi-organisasi internasional dan bukan bagi negara-negara. Menurut pasal 96 ayat 1, Majelis umum dan Dewan keamanan PBB dapat meminta advisory opinion mengenai masalah hukum ke mahkamah. Selanjutnya menurut ayat 2 pasal tersebut, hak untuk meminta pendapat mahkamah ini juga dapat diberikan kepada organorgan lain PBB dan badan-badan khusus dengan syarat bahwa semuanya harus mendapat otorisasi terlebih dahulu dari Majelis Umum.

ep

ok e.

or

yang mengikat.

diperbolehkan mengajukan sengketa ke mahkamah dengan keputusan

Pemberian pendapat oleh mahkamah Secara teoritis, mahkamah tidak diwajibkan untuk menjawab.

Namun, dalam praktiknya, mahkamah tidak pernah lalai dalam melaksankan tugasnya, bahkan mahkamah harus berpegang teguh pada pendapat mahkamah bahwa sebagai organ hukum PBB kewajibannya

Sebaliknya, mahkamah dapat menolak permintaan pendapat jika dianggap terdapat ketidaknormalan dalam permintaan tersebut. Selain itu, mahkamah memeriksa apakah pertanyaan yang diajukan suatu organisasi internasional betul-betul berada di bawah wewenang organisasi tersebut, serta apakah organisasi-organisasi mempunyai wewenang khusus. Juga dilihat dari praktiknya mahkamah menolak memberikan pendapat terhadap soal-soal politik atau soal-soal yang berada di bawah wewenang nasinal suatu negara.

w w

21

w .k ot

Mengenai kegiatan mahkamah dari tahun 1922-1940, mahkamah

internasional telah mengeluarkan 31 keputusan, 27 advisory opinion ,

dan 5 ordonansi. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan mahkamah tetap tidak mengecewakan, sedangkan mahkamah internasional yang sekarang dari tahun1946-1993 telah memutuskan 44 perkara dan telah memberikan 21 pendapat (advisory opinion). Mahkamah internasional dewasa ini bukanlah merupakan satu-

satunya peradilan tetap, tetapi terdapat pula mahkamah-mahkamah lain yang mempunyai wewenang terbatas.

c. Prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui mahkamah internasional Ketentuan-ketentuan procedural dalam penyelesaian sengketa internasional berada diluar kekuasaan negara-negar yang bersengketa. Ketentuan-ketentuan tersebut sudah ada sebelum lahirnya sengketa-sengketa dan hal ini terdapat dalam bab III statute. Selanjutnya, pasal 30 statuta

ep

ok e.

or

lancarnya tugas PBB.

memberikan pendapat-pendapat kalu diminta untuk membantu

memberikan wewenang kepada mahkamah untuk membuat aturan-aturan tata tertib guna melengkapai bab III tersebut. Jadi, jika statute merupakan suatu konvensi, aturan procedural tadi merupakan suatu perbuatan unilateral mahkamah yang mengikat negara-negara yang bersengketa. Disini teknik internasional identik dengan teknik intern suatu negara.

suatu negara, yaitu:

Prosedur tertulis dan perdebatan lisan diatur sedemikian rupa untuk menjamin setiap pihak dalam mengemukakan pendapatnya Sidang-sidang mahkamah terbuka untuk umum, sedangkan sidingsidang arbitrasi tertutup. Tentu saja rapat hakim-hakim mahkamah diadakan dalam siding tertutup.

Selanjutnya, sesuai pasal 26 statuta, mahkamah dari waktu ke waktu dapat membentuk satu atau beberapa kamar yang terdiri atas tiga hakim atau lebih

w w

22

w .k ot

untuk memeriksa kategori tertentu kasus-kasus seperti perburuhan atau masalah-masalah yang berkaitan dengan transit dan komunikasi. Kemungkinan ini telah digunakan beberapa kali oleh mahkamah. Berikut ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui mahkamah internasional: a) Wewenang mahkamah Mahkamah dapat mengambil tindakan sementara dalam bentuk ordonansi. Tindakan sementara ialah tindakan yang diambil mahkamah untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pihakpihak yang bersengketa sambil menunggu keputusan dasar atau penyelesaian lainnya yang akan ditentukan mahkamah secara definitif. Dalam kasus okupasi Kedutaan Besar Amerika Serikat oleh kelompok militant di Teheran tanggal 4 November 1979, mahkamah menetapkan tindakan-tindakan sementara agar

ep

ok e.

or

depan mahkamah mempunyai banyak kesamaan dengan yurisdiksi intern

Mengenai isi ketentuan-ketentuan procedural dicatat bahwa proses di

menyerahkan kembali kedutaan besar tersebut dan membebaskan sandera. Demikian juga dalam sengketa antara Amerika serikat dan Nikaragua, mahkamah pada 10 Mei 1984 menetapkan tindakantindakan sementara agar hak Nikaragua atas kedaulatan dan kmerdekaan politiknya tidak diancam oleh kegiatan-kegiatan

pemeriksaan oleh para ahli, dan berkunjung ke tempat sumber sengketa untuk keperluan pengumpulan bukti. b) Penolakan hadir di Mahkamah

Sehubungan dengan ketidakhadiran salah satu pihak yang bersengketa di mahkamah, pasal 53 statuta menyatakan bahwa jika salah satu pihak tidak muncul di mahkamah atau tidak mempertahankan perkaranya, pihak lain dapat meminta mahkamah mengambil mengambil keputusan untuk mendukung tuntutannya.

w w

23

w .k ot

Masalah ketidakhadiran salah satu pihak dalam perkara di mahkamah pernah terjdi pada waktu mahkamah tetap dalam system mahkamah sekarang. Sebagai contoh dapat diambil ketidakhadiran Albania dalam peristiwa selat Cortu (keputusan mahkamah 15 Desember 1949), ketidakhadiran Islandia dalam peristiwa wewenang di bidang penangkapan ikan (keputusan 25 Juli 1974), Prancis 20 Desember 1974 dalam peristiwa uji coba nuklir, Turki dalam peristiwa landas kontingen Laut Egie (19 Desember 1978), Iran dalam peristiwa personal diplomatic, dan Konsulat AS di Teheran tanggal 21 Mei 1980, serta tanggal 27 Juni 1986 dalam aktivitas militer kontra-Nikaragua. Negara bersengketa yang tidak hadir di mahkamah tidak mengahalangi organ tersebut untuk mengambil keputusan dengan syarat seperti tercantum dalam pasal 53 ayat 2 statuta. Pasal tersebut menjelaskan bahwa sebelum menjatuhkan hukuman

ep

ok e.

or

mahkamah dapat menbuat angket melakukan pemeriksaan-

militer Amerika Serikat. Selanjutnya, selama berlangsung proses,

kepada pihak yang tidak hadir, mahkamah harus yakin bahwa ia bukan saja mempunyai wewenang, melainkan juga keputusannya betul-betul didasarkan atas fakta dan hukum. Dengan demikian, pihak yang dihukum, walaupun tidak hadir pada prinsipnya tidak dapat menolak keputusan yang telah ditetapkan oleh mahkamah.

hadir. Jika suara seimbang, suara atau wakilnya yang menentukan. Keputusan mahkamah terdiri atas 3 bagian. Bagian pertama berisikan komposisi mahkamah, informasi mengenai pihak-pihak yang bersengketa, serta wakil-wakilnya, analisis mengenai faktafakta, dan argumentasi hukum pihak-pihak yang bersengketa. Bagian kedua berisi penjelasan mengenai motivasi mahkamah. Pemberian motivasi keputusan mahkamah merupakan suatu keharusan karena penyelesaian yurisdiksional sering merupakan salah satu unsure dari penyelesaian yang lebih luas dari sengketa dan karena itu, perlu dijaga sensibilitas pihak-pihak yang bersengketa. Bagian ketiga berisi dispositive. Dispositive ini berisikan keputusan mahkamah yang mengikat negara-negar yang bersengketa. Seperti halnya, dengan praktik peradilan intern negara-negara Anglo Saxon,

pernyataan pendapat yang terpisah diperbolehkan. Maksud dari pendapat terpisah ialah jika suatu keputusan tidak mewakili seluruh atau hanya sebagian dari pendapat bulat para hakim, hakim-hakim yang lain berhak memberikan pendapatnya secara terpisah (pasal 57

w w

statuta). Jadi, pendapat terpisah ini disebut Jissenting opinion (pendapat seorang hakim yang tidak menyetujui suatu keputusan dan menyatakan keberatannya terhadap motofmotif yang diberikan dalam keputusan tersebut). Dengan kata lain, pendapat terpisah adalah pendapat hakim yang tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh kebanyakan hakim. Pengutaraan resmi pendapat terpisah akan melemahkan kekuatan keputusan mahkamah, walaupun di lain pihak akan menyebabkan hakim-hakim mayoritas berhati-hati dalam memberikan motof keputusan mereka. Pasal 13 Pakta Liga Bangsa-Bangsa telah menegaskan jika suatu keputusan peradilan tidak dilaksanakan, dewan dapat mengusulkan tindakan-tindakan yang akan

24

w .k ot

ep

ok e.

or

Keputusan mahkamh diambil dengan suara mayoritas dari hakim-hakim yang

C. Menghargai Putusan Mahkamah Internasional

menjamin pelaksanaan keputusan tersebut. Selain itu Piagam PBB dalam pasal 94 menjelaskan hal-hal berikut: a. Tiap-tiap negara anggota PBB harus melaksanakan keputusan mahkamah internasional dalam sengketa b. Jika negara yang bersengketa tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban

perlu, dapat membuat rekomendasi-rekomendasi atau memutuskan tindakan-tindakan yang akan diambil supaya keputusan tersebut dilaksankan.

Merupakan ketentuan hukum positif bahwa penggunaan kekerasan dalam hubungan antarnegara dilarang. Oleh karena itu, sengketa-sengketa internasional harus diselesaikan secara damai. Keharusan untuk menyelesaikan sengketa secara damai ini, pada mulanya dicantumkan dalam Pasal 1 konvensi mengenai penyelesaian sengketa secara damai yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 18 Oktober 1907, kemudian dikukuhkan oleh pasal 2 ayat 3 piagam PBB, selanjutnya oleh deklarasi prinsip-prinsip hukum internasional mengenai hubungan bersahabat dan kerjasama antarnegara yang diterima oleh majelis umum PBB pada tanggal 24 Oktober 1970. Deklarasi tersebut meminta agar semua negara menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai agar perdamaian, keamanan internasional, dan keadilan tidak sampai terganggu.

w w

secara damai merupakan norma-norma imperative dalam pergaulan antarbangsa. Oleh karena itu, hukum internasional telah menyusun berbagai cara penyelesaian sengketa secara damai dan menyumbangkan kepada masyarakat dunia demi terpeliharanya perdamaian dan keamanan serta terciptanya pergaulan antarbangsa yang serasi. Prinsip penyelesaian sengketa internasional secara damai didasarkan pada prinsipprinsip hukum internasional yang berlaku secara universal. Hal tersebut dimuat dalam deklarasi mengenai hubungan bersahabat dan kerja sama antarnegara tanggal 24 Oktober 1970 (A/RES/2625/XXV), serta deklarasi Manila tanggal 15 November 1982

25

w .k ot

Dengan demikian, pelarangan penggunaan kekerasan dn penyelesaian sengketa

ep

ok e.

or

lain dapat mengajukan persoalannya kepada Dewan Keamanan. Kalau

yang dibebankan oleh mahkamah internasional kepadanya, negara pihak

(A/RES/37/10) mengenai penyelesaian sengketa internasional secara damai sebagai berikut: 1. Prinsip bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan yang bersifat mengancam integritas territorial ayau kebebasan politik suatu negara, atau menggunakan cara-cara lainnya yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan PBB

4. Prinsip persamaan kedaulatan negara

5. Prinsip hukum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas territorial suatu negara

6. Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional 7. Prinsip keadilan dan hukum internasional

w w

26

w .k ot

ep

ok e.

or

3. Prinsip persamaan hal dan menentukan nasib sendiri bagi setiap bangsa

2. Prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri suatu negara

Anda mungkin juga menyukai