BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hukum antarnegara.37
juga pengertian subjek Hukum Internasional dalam arti yang lebih luas,
dimana mencakup enyataan bahwa yang dimiliki oleh subjek hukum tersebut
Internasional dalam arti terbatas ini adalah orang perorangan (individu). Selain
itu ada juga subjek Hukum Internasional yang mendapatkan hak dan
yang menjadi subyek hukum internasional yang akan dibahas disini adalah:
37
Wagiman, Wahyu, Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia. Bahan Bacaan kursus HAM
untuk Pengacara, Elsam : Jakarta, 2005.hal 85
20
Sedangkan beberapa subyek yang (dianggap) masih baru, seperti perusahaan multi
digunakan masyarakat untuk berbagai hal atau peristiwa yang melintasi batas
wilayah suatu negara. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara ditujukan pada
kompleks kaidah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah subjek hukum
yang saling memiliki keterkaitan, dalam arti masing-masing subjek hukum berdiri
sendiri dengan utuh tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu
hukum bukan negara sebagai subyek hukum internasional tidak terlepas dari
38
Ibid, hal 1-3
21
hukum adalah39:
1. Negara;
2. Organisasi Internasional;
5. Individu;
6. Kaum Pemberontak.
wilayah yang tetap, diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum (binding by law), yang
internasional dalam mencapai tujuan bersama (common goals) yang dapat dituntut
atau pun melakukan penuntutan, baik alat hubungan dalam negeri maupun luar
negeri.41
39
Chairul Anwar, Hukum Internasional: Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Penerbit Djambatan,
Jakarta, 1989, hal 56
40
Ibid, hal 60
41
Istanto, Sugeng, Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat Semesta Dalam
Hukum Internasional, Yogyakarta : Andi Offset, 1992.hal 16
22
internasional adalah subjek hukum internasional adalah pasal 104 piagam PBB.
merupakan organisasi dalam lingkup nasional di negara Swiss yang didirikan oleh
Jenewa, Swiss. Palang Merah Internasional selanjutnya menjadi salah satu subjek
Red Cross (ICRC); dan Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban
Perang.
Tahta Suci Vatikan dipimpin oleh Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta
Suci dan umat Katolik di seluruh dunia. Vatikan menjadi subjek hukum
dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian
Lateran disisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta
vatikan sebagai subjek hukum internasional berbeda dengan negara lain, oleh
karena tugas dan kewenangan kenegaraan yang dimilikinya hanya terbatas pada
kekuatan moral. Wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat
aktif maupun pasif yang dimilikinya. Kapasitas aktif, berarti ilmu hukum
memberikan peran terhadap individu sebagai aktor atau pelaku dari ketentuan
satunya subjek hukum internasional yang memiliki hak dan kewajiban hukum
internasional terbagi menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum
42
Ibid, hal 80
43
Kusumaatmadja. Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003., hal 113
44
Ibid, hal 119
45
Istanto, Sugeng, 1992. Hal 88
24
asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara,
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang
melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan
hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada
dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya De Jure Belli ac Pacis (Perihal Perang
kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara. Ini ditujukan demi
menurut Akehurst “hukum internasional adalah sistem hukum yang di bentuk dari
terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara
belakang yang mendasari pada akhirnya mampu untuk dianggap sebagai subyek
individu (belligerent) yang pada akhirnya dapat pula diakui sebagai subyek
hukum Internasional.
25
pihak atau entitas yang dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh
Hukum Internasional. Hak dan kewajiban tersebut berasal dari semua ketentuan
dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya
tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-
26
akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu
sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum
pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan
bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil
yang berdiri sendiri, walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan akan
pemberontakan terjadi46
dapat dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional atau
setiap negara, badan hukum (internasional) atau manusia yang memiliki hak dan
46
Chairul Anwar, 1989, Loc.cit, hal 127
27
47
kewajiban dalam hubungan internasional. Yang dimaksud dengan belligerent
adalah para pihak yang bersengketa dalam sebuah pertikaian bersenjata, dalam hal
ini pihak yang bersengketa bisa siapa saja termasuk pemberontak (rebels).
terhadap otoritas yang sah. Pemberontakan dapat timbul dalam berbagai bentuk,
meruntuhkan otoritas yang ada. Istilah ini sering pula digunakan untuk merujuk
pada perlawanan bersenjata terhadap pemerintah yang berkuasa, tapi dapat pula
universal dengan tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia telah
lama menjadi pemikiran banyak negarawan. Hal ini diharapkan dapat mengornisir
negara yang ada di dunia ke dalam suatu sistem intenasional yang saling
berkesinambungan.
Untuk mengkaji lebih jauh, maka secara khusus dikaji mengenai hukum
dan lebih dari 350 pada permulaan abad XXI ini. Organisasi-organisasi
47
Ibid, hal 92
48
Bima Putra Ari Wijaya, “Insurgency and Belligerency”, Semarang, 2013, hal 182
28
dapat dibantah bahwa peranan dan sumbangan organisasi internasional ini sangat
keamanan.
Ini membuktikan bahwa tidak ada satu negara pun yang mampu berdiri
zoon politicon, yang terdiri dari kebutuhan individual dan sosial. Kedua hal
bergantung, dan saling bekerja sama. Seperti halnya dalam hubungan antarbangsa,
suatu bangsa satu dengan lainnya wajib saling menghormati, bekerja sama secara
Negara di era globalisasi saat ini, mau tidak mau negara-negara dituntut lebih
aktif dalam membaca situasi sehingga tidak tenggelam dalam arus kencang
miskin, jika tidak jelih maka bukan suatu kemustahilan negara itu hanya tinggal
nama tanpa punya kedaulatan lagi. Untuk itulah, diperlukan kerjasama antar
masing-masing Negara dan ini tentu berkaitan erat dengan hubungan internasional
karena lingkup yang ada adalah lintas batas masing-masing negara baik itu
Di masa sekarang tentu tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri. Salah
satu faktor penyebab terjadinya hubungan internasional adalah kekayaan alam dan
kerjasamaantar negara dan antar individu yang tunduk pada hukum yang dianut
negara atau antarindividu dari negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan
hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara
kerjasama antar negara akan diperoleh: pencapaian tujuan negara lebih mudah
pembangunan nasional
internasional
7) Manfaat lainnya, yakni untuk meningkatkan peranan dan citra Negara itu
kepercayaan masyarakat
31
satu pihak dan di lain pihak wakil-wakil pada organ-organ organisasi internasional
tersebut. Pasal 5 konvensi tahun 1975 mengakui hak negara-negara anggota untuk
dan perwakilan tetap peninjau tidak hanya berbeda. Status perwakilan tetap ini
kepentingan Negara tuan rumah dan status organisasi internasional yang bukan
persahabatan dan kerjasama antar bangsa, tetapi juga dapat menjadi alat negara-
yang ditimbulkan oleh hubungan diplomatic. Sebagai contoh negara tuan rumah
internasional lainnya. Akan timbul permasalahan bila negara tuan rumah tidak
mengakui negara atau gerakan yang membuka misi-misi tetap itu. Demikian juga
32
Bagi Indonesia, sebagai negara yang juga terlibat dalam hubungan antar
mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas batas negara. Dalam konsep
organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting
penting bagi Indonesia. Hubungan internasional juga memiliki impiklasi hak dan
mengawasi kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh para pihak yang bertikai
dalam suatu konflik bersenjata. Perangkat ini bertujuan untuk memastikan agar
hak-hak dasar bagi setiap anggota dari para pihak yang terlibat di dalam konflik
bersenjata tetap berjalan dan tidak dihalang-halangi oleh siapapun. Hak-hak dasar
itu tertera dalam Pasal 3 ayat 1 Konvensi Jenewa 1949, dimana setiap tindakan
pengadilan terlebih dahulu, dll dilarang dan tetap dilarang dilakukan terhadap
siapapun juga. Intinya, setiap kali terjadinya konflik atau sengketa bersenjata,
dimanapun dan kapan pun juga, maka belligerent otomatis tercipta dan Hukum
Hukum perang atau yang sering disebut juga dengan Hukum Humaniter
Internasional, atau hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya
dengan peradaban manusia, atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Mochtar
49
Kusumaatmadja. Mochtar, 2003. Hal 125
50
Kusumaatmadja. Mochtar, 2003. Hal 129
34
bahwa selama 3400 tahun sejarah yang tertulis dalam peradaban manusia, umat
diri kemudian membawa kesadaran bahwa cara berperang yang tidak mengenal
batas itu sangat merugikan umat manusia, sehingga kemudian mulailah orang
mengatur perang antara bangsa-bangsa, negara-negara, dan dalam kasus kali ini,
hukum perang.52
pengertian terbatas, yaitu yang terbatas pada penjahat perang. Keadaan tertentu
yang dimaksud adalah perkembangan yang meski mirip dengan status pihak
dalam sengketa perang, namun memiliki ciri khas yakni pengakuan terhadap
51
Bima Putra Ari Wijaya, , 2013, Op.cit, hal 133
52
Ibid, hal 131
53
Internasional dan Hukum Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.hal 71
35
karenanya sampai saat ini kesamaan pandangan diantara para ahli hukum belum
memiliki hak asasi, seperti hak untuk menentukan nasib sendiri, hak untuk secara
bebas menentukan sistem ekonomi, politik dan sosialnya, serta hak untuk
menguasai sumber daya alam dari wilayah yang dikuasainya.55 Penetapan status
kolonialisme namun harus juga diberi penilaian yang objektif terkait dengan apa
yang disebut bangsa, sehingga hal ini tidak dimanfaatkan oleh sekolompok kecil
ditegaskan dalam aturan Konvensi Jenewa 1949.57 Dalam hal ini, ditetapkan
bahwa situasi tersebut, yaitu situasi yang menurut aturan HHI disamakan sebagai
54
Soekotjo Hardiwinoto, Pengantar Hukum Internasional, Badan Penerbit Undip, Semarang,
1995.hal 185
55
Ibid, hal 189
56
Wagiman, Wahyu, 2005. Op.cit, hal 41
57
Bima Putra Ari Wijaya, 2013, Loc.cit, hal 38
36
pemerintahan kolonial atau penjajahan dan pendudukan dari pihak asing serta
Internasional
kewajibannya baik yang bersifat komisi maupun omisi dalam setiap perbuatan
dan kekebalan diplomatik. Hak istimewa dan kekebalan ini bukan hanya
58
Ibid, hal 60
59
Ibid, hal 95
60
Ibid, hal 147
37
agennya. Seorang pejabat diplomatik tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh
ditangkap dan ditahan. Mereka harus diperlakukan dengan penuh hormat dan
berpihak, dan efisien untuk memberikan mereka suatu tingkat atau status
markas besar, serta untuk personal dan perwakilan dari negara anggota yang
Kewajiban hukum suatu subjek hukum lahir dari sumber hukum yang
yang berlaku baginya, dalam hal ini adalah hukum internasional secara
umumnya.64
internasional.
diatur oleh hukum internasional and dibuat dalam bentuk tertulis antara: (i)
Satu atau lebih negara dengan satu atau lebih organisasi internasional; atau
diwujudkan dalam satu atau lebih instrumen dan dalam bentuk khusus
apapun.
63
Ibid, hal 66
64
Ibid, hal 71
39
internasional didasari oleh suatu akta yang telah disepakati oleh para
bertentangan dengannya.
termasuk cara kerja dan mekanisme yang ada pada organisasi tersebut.
yang harus ditaati yang bila melanggarnya dapat disebut telah melanggar
putusan atasan yang berwenang juga dapat dirujuk sebagai sumber hukum
organisasi internasional.65
65
Haryo Mataram, Bunga Rampai Hukum Humaniter (Hukum Perang), Bumi Nusantara Jaya,
Jakarta, 1988.hal 47