Anda di halaman 1dari 54

BAHAN KULIAH

HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
MUHAMADIYAH PALEMBANG
Material course hukum internasional

 Pengertian dan Ruang Lingkup HI


 Subjek Hukum Internasional
 Sumber Hukum Internasional
 Dasar-dasar mengikat HI
 Ekstradisi
 Lembaga Pengakuan (recognation)
 Yurisdiksi Negara
 Tanggung Jawab Negara (state responsibility)
 Suksesi Negara
 Penyelesaian Sengketa Internasional
 Hukum Humaniter Internasional
BUKU Literatur

 Pengantar Hukum Internasional By Mochtar


Kusuma Atmaja
 Introduction To International Law By JG.Starke
 Pengakuan dalam Teori dan Praktek By S.Tasrif
 Ekstradisi dalam Hukum Nasional dan
H.Internasional By. I Wayan Partiana
 International Organisation By. DW.Bowwet
 Pengantar Hukum Humaniter Internasional By.
KGPH.Haryo Mataram
Mochtar Kusuma Atmaja
Kaedah2 atau norma 2 hukum yang mengatur hubungan lintas batas antara
-negara dengan negara
-Negara dengan Subjek Hukum Intenrasionall bukan negara
-dan antara subjek HI bukan negara satu dengan yang lainnya

HUKUM INTERNASIONAL
Pengertian Hk. Internasional

ialah keseluruhan kaedah dan asas yang


mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara antara:
 negara dengan negara;
 negara dengan subyek hukum lain bukan
negara atau
 subyek hukum bukan negara satu dengan
negara lain
Istilah Hukum Internasional

 Indonesia
 Hukum Internasional
 Hukum Antar Negara
 Hukum Bangsa-bangsa
 Inggris
 Internasional Law
 Law of Nations
 Trans National Law
Hk. Dunia dan Hk. Internasional
 Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya
masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara
yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing
berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat.
 Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain.
Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara
(constitusional law), hukum dunia merupakan semacam
negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia
ini. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara
nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan
suatu tertib hukum subordinasi.
Hukum Internasonal Publik dan
Hukum Internasional Privat
 Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan kaedah dan
asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang
melintasi batas negara atau hukum yang mengatur
hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang
masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional)
yang berlainan.
 Sedangkan Hukum Internasional (publik) adalah
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
(hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
 Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau
persoalan yang diaturnya (obyeknya).
Hubungan Hukum Internasional
dengan Hukum Nasional
Teori Monisme
 Teori ini memandang bahwa hukum nasional dengan
Hukum Internasional merupakan satu bagian dari satu
sistem hukum yang lebih besar yaitu hukum pada
umumnya. Artinya tidak dapat dipisahkan antara hukum
nasional dengan Hukum Internasional. Pokok pikiran dari
teori ini adalah :
 semua hukum merupakan satu kesatuan yang
mempunyai kekuatan mengikat.
 Baik Hukum Internasional maupun hukum
nasional tidak berbeda satu sama lain, karena
memiliki subyek yang sama yaitu individu.
Banyaknya Istilah Menunjukkan HI
berkembang
 Dari sudut Subjek Hukumnya
 Awalnya hanya terbatas pada negara
 Sekarang menjadi 6 (Negara, Vatikan, ICRC, Bilegerensi, Organisasi
Internasional,Individu)
 Dari Sudut Sumber Hukumnya
 Awalnya Bersumber kepada Kebiasaan Internasional
 Sekarang menurut pasal 38 ayat (1) piagam PBB terdiri dari
Perjanjjian Internasional, Kebiasaan Internasional, Asas-asas
Hukum Umum, Yurisprudensi & Doctrin
 Orientasi pengaturannya
 Awalnya mengatur Perang dan sengketa bersenjata
 Sekarang lebih banyak masalah Ekopnomi, Perdagangan,
Lingkungan, HAM
Mengapa HI Berkembang

 Akibat Perubahan Peta Politik dunia, dari


eropa sentris menjadi hukum dunia (the
word law)
 Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan tehnologi
 Pertambahan Penduduk
 Semakin Berkurangnya sumber daya alam
SUBJEK
Hukum Internasional
 Negara :
Dapat menjadi subjek Hukum Intenrasional
jika memenuhi unsur – unsur
-Syarat Objektif , yaitu Wilayah, Penduduk
dan Pemerintahan
-Syarat Subjektif, kemampuan untuk menjalin
Hubungan internasional dan mendapat
pengakuan dari negara lain
Wilayah

 Status Wilayah Menurut HI :


 Terranulius : Wilayah yg belum
berkedaulatan/tidak bertuan
 Resnulius : Wilayah yang sudah mempunyai
kedaulatan/ bertuan
 Rescumunis : Wilayah yang tidak boleh ada
kedaulatan, Misalnya Ruang Angkasa, Antartika,
Laut Lepas
Cara Memperoleh Wilayah
 Accupation : Memperoleh wilayah dengan cara
menduduki wilayah yang tidak bertuan/terranulius
 Anexsation : Memperoleh wilayah dengan cara
melakukan invasi thd wilayah yang sudah
berkedaulatan (penyerangan)
 Acresition : Perolehan wilayah didasarkan faktor-
faktor yang bersifat alami, Gempa Bumi, Gunung
Meletus, Pendangkaan Laut dlsb
 Cession : Akan penyerahan kedaulatan
 Plebisit : didasarkan kepada kehendak penduduk
setempat /Pemilu Lokal.
PENDUDUK

 Syarat penduduk suatu negara


 Permanent : adanya penduduk yang menetap
dalam waktu yang lama diwilayah tersebut/ bukan
nomaden
 Population : adanya pertambahan penduduk
angka natalitas/kelahiran harus lebih tinggi dari
angkat Mortalitas/kematian
VATIKAN (TAHTA SUCI)

 Kedudukansebagai subjek HI sama dengan


negara tidak dapat disamakan dengan
dengan karena unsur penduduknya tidak
memenuhi syarat sebagai suatu negara yaitu
 Tidak permanent
 Tidak ada Natalitas tetapi hanya ada Mortalitas
ICRC
International Commite of the Red Croos
Palang Merah Internasional

 Menjadi subjek Hukum Internasional karena


ICRC dianggap pihak yang netral dalam
setiap pertikaian atau sengketa internasional,
dan misinya adalah kemanusiaan dan
Perlindungan Hak Asasi Manusia
BILLEGERENSI (PEMBERONTAK)

 Ada tiga kategori pemberontakan menurut Hukum


Internasional :
 Insurgency : Tindakan sekelompok orang yg terorganisir yg
ingin merebut kekuasaan pemerintahan yang berdaulat
tetapi akibat pemberontakan tidak berpengaruh pada
wilayah lain di negara tsb.
 Rebelion : Tindakan sekelompok orang yang terorganisir yg
ingin menggulingkan kekuasaan pemerintahan yg syah dan
akibat pemberontakan tersebut dirasakan hampir disemua
wilayah negara itu
 Revolusition : Perubahan yang terjadi secara fundamental
disuatu negara
Pemberontak dapat menjadi Subjek
HI
 Terorganisir
 Ada Tujuan (AD/ART)
 Ada Pemimpin dan Anggota
 Ada Domicili
 Mempunyai Atribut khusus
 Mempunyai lambang-lambang khusus
 Bendera
 Uniform/ pakaian perang
 Mempunyai Senjata
 Senjata dalam pengertian perang yang modern
 Mematuhi Hukum Internasional
 Melaksanakan hak-hak dan kewajiban Internasional
Akibat Hukum Pemberontak yang
mendapat status sebagai subjek HI
 Negara yang mengakui wajib memberikan
perlindungan
 Tidak dapat di Ekstradisi
 Dianggap sebagai Kejahatan Politik
 Mempunyai hak dan kewajiban Internasional
Organisasi Internasional

 Organisasi Internasional dapat dibagi dalam


dua golongan
 Government Organisation atau organisasi yang
ada dalam lingkungan Pemerintahan Negara
seperti PBB, UNHCR, UNESCO dlsb
 Non Government Organisation : yaitu organisasi
yang tidak dibawah naungan pemerintahan,
misalnya WWF,
INDIVIDU

 Tidaksemua individu dapat menjadi Subjek


Hukum Internasional, individu dapat menjadi
subjek HI apabila
 Kejahatan yang dilakukannya termasuk kejahatan
Internasional (international crimes) misalnya
teroris, Perbudakan, Genocide, Crime Againts
Humanity, Kejahatan Narkoba
 Tanggung Jawabnya sebagai pejabat, Kepala
Negara, Panglima Perang, Pemimpin
Pemberontakan
Sumber Hukum Internasional
Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional

 Sumber Hukum Utama (primer)


 Perjanjian Internasional (International Treaty)
 Kebiasaan Internasional (International Customary)
 Asas-asas Hukum Umum (International Principle
of law)
 Sumber Hukum Tambahan (subsider)
 Yurisprudensi
 Doctrin (pendapat para ahli)
Perjanjian Internasional

 Adalah Perjanjian yang diadakan diantara


subjek-subjek Hukum Internasional yang
mengakibatkan akibat-akibat hukum
tertentu yang meliputi :
 Perjanjian Antara negara dengan negara
 Perjanjian Antara negara dengan Subjek Hukum
Internasional bukan negara
 Perjanjian diantara subjek Hukum Internasional
bukan negara satu dengan yang lainnya
Klasifikasi Perjanjian Internasional

 Dilihat dari para pihak yang mengadakan perjanjian


 Multi Lateral ( Banyak Pihak)
 Bilateral ( Dua Pihak)
 Dilhat dari jumlah peserta
 Dilihat dari bentuknya
 Treaty Contrack
 Konvensi /Law Making Treaty.
 Dilihat dari proses/ tahap pembentukannya
 Dua Tahapan ( Perundingan & Penanda Tanganan)
 Tiga Tahapan ( Perundingan , Penanda tanganan, dan
Pengesahan)
 Dilaht dari sifatnya
Dasar Hukum Pembentukan Perjanjian
Internasional di Indonesia
 Pasal 11 UUD 1945
 UU nomor 24 tahun 2000 tentang tata cara
pembentukan perjanjian Internasional
International Customary
(KebiasaanInternasional)
 Adalah kebiasaan yang diterima sebagai
hukum oleh masyarakat International (opinio
nicestatis) dengan memenuhi syarat sebagai
berikut
 Diterima sebagai oleh masyarakat
 Dilakukan oleh bangsa-bangsa yang beradab
Dasar-dasar Mengikat Hukum
Internasional
 Teori Positifisme :
 Adanya keinginan dari negara itu untuk menundukkan /
mengikatkan dirinya kepada hukum internasional
 Mazhab Viena :
 Hukum Internasional merupakan hukum yang mempunyai
kedudukan yg lebih tinggi sehingga hukum 2 yg ada dibawahnya
termasuk hukum nasional harus tunduk kepada HI didasarkan
kepada teori Von Stufenbau teori dari Hans Kelsen
 Mazhab Francis :
 Negara patuh kepada Hukum Internasional didasarkan kepada
adanya facta-facta sosial (social Fact) yang mengharuskan suatu
negara tunduk dengan hukumInternasional mialnya adanya
perkawinan, kelahiran, kematian dlsb.
Ekstradisi

 Pengertiannya :
 Proses penyerahan secara formal baik
berdasarkan perjanjian ataupun berdasarkan asas
timbal balik terhadap seseorang atau lebih
(tersangka/Terdakwa/terpidana) yang dituduh
melakukan suatu kejahatan dari negara
tempatnya melarikan diri atau bersembunyi
kepada negara yang memiliki
yurisdiksi/kewenangan untuk mengadilinya
dengan tujuan untuk menegakkan hukum
Unsur-unsur Ekstradisi
 Unsur Subjek
 Yaitu negara yang meminta dan negara yang diminta
 Unsur Objek
 Yaitu seseorang/atau lebih baik
tersangka/terdakwa/terpidana yang dituduh melakukan
perbuatan pidana
 Prosedur atau tatacara :
 Harus melibatkan minimal dua negara yaitu negara yang
meminta dan negara yang diminta
 Tujuan :
 Untuk menegakkan hukum/ terciptanya keadilan
Asas-asas Ekstradisi
 Asas Kejahatan Ganda (Double Criminality)
 Asas Kekhususan (Speciality principle)
 Asas tidak menyerahkan warga negara (non
Ekstradition of national)
 Asas tidak menyerahkan pelaku kejahatan politik
(non ekstradition of political criminal)
 Asas Ne bis in idem
 Asas Daluarsa
 Clausule Attetant ( Percobaan Pembunuhan Kepala
Negara/Pemerintahan berserta anggota
keluarganya
Bentuk-bentuk Perjanjian Ekstradisi

 Eliminatif System :
 Dalam perjanjian ekstradisi tidak dicantumkan
jenis-jenis kejahatan yang dapat diekstradisi,
tetapi didasarkan kepada pembatasan ancaman
hukuman yang dijatuhkan.
 List System :
 Dalam Perjanjian Ekstradisi dicantumkan jenis-
jenis kejahatan yang dapat diekstradisi kedalam
isi perjanjian dalam daftar tersendiri.
Ekstradisi terselubung
 Deportation (Pengusiran) :
 Adalah tindakan suatu negara mengusir warga negara asing dari
negaranya karena ybs menyalahgunakan doukumen
keimigrasiannya.
 Persona non grata :
 Tindakan suatu negara mengusir perwakilan negara asing
(DUBES/KONSULAT/ATASE) yang berada dinegaranya karena
yang bersangkutan menyalahgunakan imunitas atau kekebalan
yang dimilikinya.
 Abduction (penculikan) :
 Tindakan suatu negara mengambil secara paksa
warganegaranya /asing dari suatu negara karena ybs
melakukan tindakan yang merugikan negaranya.
Lembaga Pengakuan (Recognation)

 Fungsinya :
 Untuk tidak mengasingkan suatu negara dalam
pergaulan Internasional
 Agar negara yang baru dapat ikut serta dalam
kegiatan Internasional
 Agar pemerintahan baru disuatu negara dalam
melanjutkan hak dan kewajiban internasionalnya
Pengakuan Negara baru
(recognation of new state)
 Teori Declaratoir :
 Pengakuan bukan merupakan syarat bagi keberadaan
suatu negara dalam pergaulan internasional
 Teori Konstitutif :
 Pengakuan merupakan syarat mutlak bagi keberadaan
suatu negara dalam pergaulan Internasional
 Teori Pemisah/Jalan tengah :
 Memisahkan antara hak dan kewajiban Internasional
suatu negara dalam hal Hak tidak perlu adanya
pengakuan tetapi dalam hal kewajiban suatu negara
harus mendapatkan pengakuan terlibih dahulu
Pengakuan Pemerintahan Baru
(Recognation of new Government)
 Asas Continuitas :
 apabila proses pergantian pemerintahan terjadi
secara konstitusional tidak perlu pengakuan,
tetapi apabila proses pergantian pemerintahan
terjadi secara inkonstitusional, misalnya karena
adanya KUDETA, PEMBERONTAKAN, COUP DE
E’TAT , perlu adanya pengakuan.
Syarat Pengakuan Pemerintahan baru yg
terbentuk secara Inkonstitusional
 Menguasai sebagian besar wilayah negara
tersebut
 Mampu melaksanakan fungsi dan tugas-tugas
pemerintahan
 Didukung oleh sebagian besar warga negaranya
 Didukung oleh kekuatan angkatan bersenjata /
tentara
 Mempunyai etikad baik untuk melaksanakan hak-
hak dan kewajiban Internasional pemerintahan
yang digantinya.
Pengakuan Terhadap Pemberontak
(Recognation of Billegerens)
 Pemberontak tersebut memenuhi syarat sebagai
sebagai Subjek HI
 Terorganisir
 Mempunyai Atribut khusus
 Mempunyai senjata
 Mematuhi HI
 Dapat diberikan pengakuan jika :
 Menguasai sebagian besar wilayah
 Mampu secara efektif menjalankan fungsi2 pemerintahan
 Didukung oleh sebagian besar warga negaranya
 Melaksanakan hak dan kewajiban Internasionalnya.
Yurisdiksi Negara

 Pengertian Yurisdiksi
Kewenangan suatu negara berdasarkan hukum
Internasional untuk menjalankan hukumnya
terhadap orang, benda dan segala sesuatunya
berdasarkan hukumnya yang meliputi :
Kewenangan untuk menerapkan hukum
( Jurisdiction to priscribe law) & Kewenangan
untuk menegakkan hukum (jurisdiction to
enforce law)
Bentuk-Bentuk Yurisdiksi Negara

 Yurisdiksi Personal
 Yurisdiksi Teritorial
 Yurisdiksi Perlindungan
 Yurisdiksi Universal
 Yurisdiksi Negara di laut Lepas
 Yurisdiksi Negara di wilayah Udara
Yurisdiksi Personal
 Kewenangan hukum suatu negara untuk menerapkan
hukumnya terhadap warga negaranya ataupun warga
negara asing dengan didasari asas :
 Nasionalitas Aktif :
▪ Hak suatu negara untuk menerapkan hukumnya terhadap warga
negaranya yang melakukan kejahatan tanpa melihat dimana
kejahatan tersebut dilakukan. (Menekankan pada sisi pelaku
kejahatan)
 Nasionalitas Fasif :
▪ Hak suatu negara untuk menerapkan hukumnya terhadap warga
negara asing yang akibat kejahatan yang dilakukannya
menyebabkan kerugian/penderitaan bagi warga negaranya
(Menekankan pada sisi korban kejahatan)
Yurisdiksi Teritorial

 Kewenangan hukum suatu negara untuk


menerapkan hukumnya berdasarkan prinsip
kewilayahan dengan memperhatikan asas
 Teritorial Objektif :
▪ Hak suatu negara untuk menerapkan hukumnya terhadap
pelaku kejahatan yang dimulai dari wilayah negaranya
tetapi diakhiri diwilayah negara lain
 Teritorial Subjektif :
▪ Hak suatu negara untuk menerapkan hukumnya terhadap
suatu kejahatan yang dimulai dari wilayah negara lain
tetapi diakhiri diwilayah negaranya.
Yurisdiksi Perlindungan

 Kewenangan hukum suatu negara untuk


menjalankan yurisdiksinya terhadap pelaku
kejahatan baik warga negaranya atau WNA
didalam atau diluar wilayah negaranya , yang
akibat kejahatan tersebut dapat
mengganggu stabilitas keamanan suatu
negara (penyelundupan senjata, pemalsuan
mata uang)
Yurisdiksi Universal

 Suatu negara dapat menjalankan


yurisdiksinya terhadap semua pelaku
kejahatan , apabila kejahatannya merupakan
kejahatan Internasional (International crime)
seperti :
 Perbudakan
 Traffiking
 Crimes Againts Humanity
 Genocide
Imunitas Terhadap Yurisdiksi Negara

 Negara asing
 Kepala Negara/Pemerintahan Negara Asing
 Perwakilan Negara Asing
 Organisasi Internasional
 Kapal-kapal umum milik negara asing
 Angkatan Bersenjata Negara Asing
Penyelesaian Sengketa Internasional

 Penyelesaian Sengketa secara Damai


 Diluar Peradilan (non Yudisial)
▪ Perundingan
▪ Mediasi
▪ Konsiliasi
▪ Jasa-jasa baik
 Melalui Peradilan (secara Yudisial )
▪ Mahkamah Internasional
▪ Lembaga Arbitrase
 Penyelesaian sengketa dipaksakan/kekerasan
Penyelesaian dgn cara dipaksakan :

 Balas Dendam
 Retorsi (tindakan balas dendam yg dibenarkan
oleh Hukum Internasional
 Reprisal (tindakan Balas dendam yg tidak
diperbolehkan oleh hukum Internasional)
 Blokade
 Imbargo
 Perang
Penyelesaian Sengketa Internasional

Penyelesaian sengketa secara perang


 Terjadi karena :
(i) tindakan pembalasan,
(ii) (ii)untuk menegakkan Hukum Internasional
Penyelesaian sengketa secara damai
prinsip-prinsip penyelesaian sengketa secara damai, yaitu :
 Good Faith
 Prinsip larangan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian sengketa
 Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
 Prinsip kebebasan memilih hukum yang akan diterapkan terhadap
pokok sengketa
 Prinsip kesepakatan para pihak yang bersengketa (konsensus)
 Prinsip exhaustion of local remedies
Penyelesaian Sengketa Secara Damai

Negosiasi
 Adalah perundingan yang diadakan secara langsung antara
para pihak dengan tujuan untuk mencari penyelesaian
sengketa melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.
 Cara penyelesaian sengketa internasional dengan negosiasi
merupakan cara yang paling penting, karena dengan cara
ini para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian
sengketanya dan setiap penyelesaiannya didasarkan
kesepakatan para pihak.
 Negosiasi dapat dilakukan melalui saluran diplomatik atau
dalam konferensi suatu lembaga atau organisasi
internasional
Pencarian Fakta
 Suatu sengketa kadangkala mempersoalkan konflik para pihak
mengenai suatu fakta. Karena para pihak pada intinya mempersoalkan
perbedaan mengenai fakta maka untuk meluruskan perbedaan
tersebut, campur tangan pihak lain dirasakan perlu untuk menyelidiki
kedudukan fakta yang sebenarnya. Cara ini biasanya ditempuh
manakala cara-cara konsulasi atau negosiasi telah dilakukan dan tidak
menghasilkan suatu penyelesaian. Tujuan dari pencarian fakta ini
adalah :
▪ membentuk suatu dasar bagi penyelesaian sengketa di antara dua negara
▪ mengawasi suatu pelaksanaan perjanjian internasional
▪ memberikan informasi guna membuat keputusan di tingkat internasional.


Jasa Baik
Adalah cara penyelesaian sengketa melalui atau dengan bantuan pihak
ketiga. Baik atas permintaan para ihak atau inisiatif pihak ketiga itu
sendiri. Dalam kedua cara tersebut, syarat mutlak yang harus ada
adalah kesepakatan para pihak. Cara ini adalah untuk
mempertemukan para pihak yang bersengketa agar mereka mau
berunding. Cara ini biasanya bermanfaat manakala para pihak tidak
mempunyai hubungan diplomatik atau hubungan diplomatik mereka
telah berakhir. Pihak ketiga ini bisa : perorangan, organisasi, lembaga
internasional
Mediasi
 Mediasi melibatkan keikutsertaan pihak ketiga (mediator) yang netral dan
independen dalam suatu sengketa. Tujuannya adalah untuk menciptakan
adanya suatu kontak atau hubungan langsung diantara para pihak. Mediator
adalah negara, orang, organisasi internasional. Ada beberapa segi positif dari
mediasi, yaitu :
 Mediator sebagai penengah dapat memberikan usulan-usulan kompromi di
antara para pihak
 Apabila mediator adalah negara, biasanya negara tersebut dapat
menggunakan pengaruh dan kekuasaannya terhadap para pihak yang
bersengketa untuk mencapai penyelesaian sengketanya.
 Sedangkan sisi negatifnya adalah : adakalanya mediator lebih memperhatikan
salah satu pihak.
Konsiliasi
 Juga melibatkan pihak ketiga (konsiliator) yang tidak berpihak atau netral dan
keterlibatannya karena diminta oleh para pihak. Ada beberapa fungsi dari
konsiliasi, yaitu :
 menganalisis sengketa, mengumpulkan keterangan mengenai pokok perkara
dan mengupayakan perdamaian para pihak
 membuat laporan mengenai hasil upayanya dalam mendamaikan para pihak
 menetapkan atau membatasi jangka waktu dalam menjalankan tugasnya
Forum Peradilan Internasional
 Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional berkedudukan di Den Haag,
Belanda . Mahkamah merupakan badan kehakiman yang
terpenting dalam PBB. Yurisdiksi Mahkamah Internasional
menyangkut 2 hal, yaitu : (i) yurisdiksi atas pokok sengketa
yang diserahkannya, (ii) yurisdiksi untuk memberikan
nasihat atas sengketa hukum. Dalam mengambil keputusan
mahkamah internasional menjunjung prinsip ex aequo et
bono yang artinya kepatutan atau kelayakan berdasarkan
keadilan. Putusan mahkamah internasional dapat adalah
dengan berakhirnya sengketa, dikarenakan (i) adanya
kesepakatan dari para pihak, (ii) mereka tidak melanjutkan
persidangan sengketanya, (iii) dikeluarkannya putusan.
 International Tribunal for The Law of The Sea
Peradilan untuk menyelesaikan sengketa internasional dalam ruang
lingkup hukum laut berdasarkan United Nation Convention Of Law of The
Sea.
 ICC
Dibentuk pada tahun 2002, dalam rangka memnyempurnakan sisem
peradilan pidana internasional yang bersifat ad hoc (sementara). Tujuan
dari ICC adalah :
- Upaya untuk mengakhiri kekejaman yg mengguncang nurani
manusia
- Mengakhiri impunitas
- Mendorong efektivitas hukum nasional
- Memperbaiki kekurangan sistem ad hoc
- Mencegah intervensi
- Mewujudkan keadilan universal
Yang termasuk Yurisdiksi ICC adalah :
 Genosida
 Kejahatan Thdp Kemanusiaan
 Kejahatan Perang
 Kejahatan Agresi

Anda mungkin juga menyukai