NPM : 41151010200002
Fakultas Hukum
Universitas Langlangbuana
Smt 3
Soal :
Jawaban :
Pandangan John Austin (1790-1859). tentang Hukum Internasional yaitu, dia menyatakan,
bahwa Hukum Internasional bukanlah merupakan kaidah atau norma hukum, melainkan hanya
merupakan etika dan norma kesopanan internasional saja. Pandangannya ini didasarkan pada
pemahamannya tentang hukum pada umumnya. Hukum dipandang sebagai perintah, yakni
perintah dan pihak yang menguasai kepada pihak yang dikuasai. Pihak yang menguasai atau
disebut penguasa, memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak yang
dikuasai. Pihak yang berkuasa memiliki kedaulatan, yang salah satu manifestasinya adalah
kekuasaan membuat hukum, melaksanakan, dan memaksakan terhadap pihak yang dikuasainya.
Hal ini berarti, bahwa apa yang disebut hukum hanyalah perintah yang berasal dan penguasa
yang berdaulat tadi. Jika suatu peraturan tidak berasal dan penguasa yang berdaulat, peraturan
semacam itu bukanlah merupakan hukum, melainkan hanyalah norma moral belaka, seperti
norma kesopanan dan norma kesusilaan.
Menurut ahli seperti John Austin, Hukum Internasional bukanlah hukum, dengan alasan:
1. Hukum Internasional tidak memiliki kekuasaan eksekutif yang kuat.
2. Hukum Internasional bersifat koordinasi, tidak subordinasi.
3. Hukum Internasional tidak memiliki lembaga legislatif, yudikatif, dan polisional.
4. Hukum Internasional tidak bisa memaksakan kehendak masyarakat internasional.
2. Jelaskan Subjek Hukum HI,,apa saja ?
Jawaban :
1. Negara , yang berdaulat, (untuk negara bentuk federal, pengemban hak dan kewajiban adalah
pemerinth federal, tetapi ada kalanya dalam konstitusi federal memungkinkan negara bagian
mempunyai hak dan kewajiban terbatas untuk mengadakan hub LN sendiri.,contoh Byelo-Russia
SSR ; negara British Commonwealth)
5. Palang Merah Internasional (lebih pada historical , kemanusiaan) = Konvensi Jenewa 1949
tentang Perlindungan Terhadap Korban Perang.
6. Individu ( Pertanggungjawaban terhadap crime against peace dan crime against humanities )
Perjanjian Versailes 1919 (Jerman, Inggris, Perancis dan Sekutu), dalam Pasal 297, bahwa
memungkinkan orang perorangan untuk mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbitrase
Intl
Adanya perlindungan terhadap hak minoritas
Danzig Railway Official Case = diputuskan oleh Mahkamah Intl Permanen bahwa apabila suatu
perjanjian Intl memberikan hak tertentu kepada orang perorangan, maka hak itu harus diakui
dan mempunyai daya laku dalam HI= diakui oleh suatu badan peradilan Intl.
Penuntutan terhadap penjahat perang di mahkamah Intl yang khusus diadakan oleh negara
sekutu yang menang perang, Mahkamah penjahat perang di Nurnberg dan Tokyo, bekas
pimpinan perang Jerman dan Jepang dituntut secara individu untuk perbuatan :
1. Kejahatan terhadap perdamaian ;
2. Kejahatan terhadap perikemanusiaan ;
3. Kejahatan perang ( pelanggaran hukum perang dan permufakatan jahat untuk
mengadakan kejahatan tsb), tuntutan tsb mengesampingkan, bahwa :
1) Seorang pejabat tidak dapat dituntut karena kebijaksanaannya
2) Seorang pejabat tidak dapat dituntut sebagai perorangan terhadap tindakan yang
dilakukan sebagai pejabat negara
3) Seseorang tidak dapat dituntut melakukan kejahatan yang baru ditentukan sebagai
kejahatan setelah perbuatan dilakukan=langgar asas “noela poena sine lege”.
Bahwa seseorang dapat dianggap langsung bertanggung jawab sbg individu bagi kejahatan
perang dan kejahatan thd perikemanusiaan = idak dapat berlindung lagi di belakang negaranya.
GENOCIDE Convention (Sidang Umum PBB 9 Des 1948)= “orang perorangan yang terbukti telah
melakukan tindakan ‘’genocide” harus dihukum, lepas dari persoalan apakah tindakannya
sebagai orang perorangan, pejabat pemerintah atau pimpinan pemerintah/negara “.
HAM
3. Kekuatan mengikat HI dapat dilihat dari berbagai teori, jelaskan berdasarkan teori hukum Alam dan
teori kehendak negara ?
Jawaban :
1. Teori Hukum Alam, adalah hukum yang diasumsikakan berlaku bagi seluruh umat manusia
(awalnya bersumber dari Tuhan).
Bahwa HI mengikat karena HI tidak lain adalah Hukum Alam, yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat bangsa- bangsa, karena Hukum Alam merupakan hukum yang lebih tinggi.
Hukum Alam merupakan hukum yang ideal, didasarkan atas kehendak manusia sebagai mahluk
berakal/ kesatuan kaidah-kaidah yang diilhamkan alam pada akal manusia.
Dalam perkembangan Hukum Alam mengalami sekularisasi (sekularisme) artinya memisahkan
dunia dengan agama, ini merupakan reaksi dari penyalahgunaan wewenang Kaisar, yang pada
saat itu menjadi pemimpin agama pula.
- Grotius : adanya sistem hukum yg universal (Hukum Alam) bersumber pada akal manusia yang
memuat nilai- nilai universal.
- Hukum Internasional bersumber pada nilai- nilai universal (Hukum Alam), mengandung
kelemahan , antara lain :
a) Pengertiannya yang abstrak ;
b) Subyektif.
Jawaban :
1. Doktrin Transformasi :
Bahwa ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional apabila telah diratifikasi terlebih dahulu.
2. Doktrin Inkorporasi :
Bahwa ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional tanpa melalui pengesahan (ratifikasi)
dari Lembaga yang berwenang meratifikasi.
Suatu ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional tanpa melalui Undang Undang terlebih
dahulu.
- Pemberlakuan kedua doktrin tersebut (dalam praktek), di beberapa negara tidak mutlak.
- Indonesia tidak menganut kedua doktrin secara penuh, melainkan tergantung pada masalahnya.
5. Bagaimana praktek Hk Internasional di negara Inggris yang menerapkan " Internasional Law is the law
of the land",jelaskan!
Jawaban :
The law of nations, wherever any questions arises which is properly the object of the
jurisdictions is here adopted in its full extent by the common law and it is held to be apart of the
law of the land ( Black Stones)
Jawaban :
T5 N