Anda di halaman 1dari 5

Nama : Vianka Meisya Azzahra

NPM : 41151010200002

Fakultas Hukum

Universitas Langlangbuana

Ujian Tengah Semester Ganjil TA 2021/2022

Smt 3

Hari/ tanggal : Selasa 16 November 2021

Dosen : Eni Dasuki,S.H,M.

Soal :

1. Jelaskan pengertian Hukum Internasional menurut Prof.Mochtar Kusumaatmadja ? Dan bagaimana


pandangan John Austin tentang Hukum Internasional ?

Jawaban :

 Pengertian Hukum Internasional menurut Prof.Mochtar Kusumaatmadja, yaitu “Hukum


Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat
perdata”. Lebih lanjut ditegaskan, “Hukum Internasional adalah keseluruhan kaedah-kaedah dan
azas-azas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas- batas negara-negara
antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukannegara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain”.

 Pandangan John Austin (1790-1859). tentang Hukum Internasional yaitu, dia menyatakan,
bahwa Hukum Internasional bukanlah merupakan kaidah atau norma hukum, melainkan hanya
merupakan etika dan norma kesopanan internasional saja. Pandangannya ini didasarkan pada
pemahamannya tentang hukum pada umumnya. Hukum dipandang sebagai perintah, yakni
perintah dan pihak yang menguasai kepada pihak yang dikuasai. Pihak yang menguasai atau
disebut penguasa, memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak yang
dikuasai. Pihak yang berkuasa memiliki kedaulatan, yang salah satu manifestasinya adalah
kekuasaan membuat hukum, melaksanakan, dan memaksakan terhadap pihak yang dikuasainya.
Hal ini berarti, bahwa apa yang disebut hukum hanyalah perintah yang berasal dan penguasa
yang berdaulat tadi. Jika suatu peraturan tidak berasal dan penguasa yang berdaulat, peraturan
semacam itu bukanlah merupakan hukum, melainkan hanyalah norma moral belaka, seperti
norma kesopanan dan norma kesusilaan.
Menurut ahli seperti John Austin, Hukum Internasional bukanlah hukum, dengan alasan:
1. Hukum Internasional tidak memiliki kekuasaan eksekutif yang kuat.
2. Hukum Internasional bersifat koordinasi, tidak subordinasi.
3. Hukum Internasional tidak memiliki lembaga legislatif, yudikatif, dan polisional.
4. Hukum Internasional tidak bisa memaksakan kehendak masyarakat internasional.
2. Jelaskan Subjek Hukum HI,,apa saja ?

Jawaban :

Subjek Hukum Internasional antara lain :

1. Negara , yang berdaulat, (untuk negara bentuk federal, pengemban hak dan kewajiban adalah
pemerinth federal, tetapi ada kalanya dalam konstitusi federal memungkinkan negara bagian
mempunyai hak dan kewajiban terbatas untuk mengadakan hub LN sendiri.,contoh Byelo-Russia
SSR ; negara British Commonwealth)

2. Organisasi Internasional : PBB, ILO, IMF,UNESCO, WHO dll


Mengapa organisasi internasional menjadi subyek HI, karena ada peristiwa Pangeran Bernadotte
( Swedia) terbunuh di Israel, pangeran tsb bertugas sebagai Komisi PBB, kemudian PBB
mengajukan klaim kepada negara “ de jure” – “de facto” melalui Mahkamah Internasional ,
putusannya adalah PBB (organisasi Intl ) sebagai Subyek HI

3. Pemberontak ( yang telah mendapat dukungan Internasional)


artinya pemberontak dalam gerakan anti kolonialisme (dunia ketiga), yg memperjuangkan :

a) Hak untuk menentukan nasib sendiri


b) Hak bebas memilih sistem ekonomi,social, politik
c) Hak menguasai sumber kekayaan alammya.

4. Vatikan (Takhta Suci)


Berdasarkan “Lateran Treaty (11 Peb 1929)” : Mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada
Takhta Suci dan memungkinkan didirikannya negara Vatikan, dan pada saat itu juga dibentuk
dan diakui.
“Order of the knights of Malta”= hanya diakui oleh beberapa negara , sebagai subyek HI.

5. Palang Merah Internasional (lebih pada historical , kemanusiaan) = Konvensi Jenewa 1949
tentang Perlindungan Terhadap Korban Perang.

6. Individu ( Pertanggungjawaban terhadap crime against peace dan crime against humanities )

 Perjanjian Versailes 1919 (Jerman, Inggris, Perancis dan Sekutu), dalam Pasal 297, bahwa
memungkinkan orang perorangan untuk mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbitrase
Intl
 Adanya perlindungan terhadap hak minoritas
 Danzig Railway Official Case = diputuskan oleh Mahkamah Intl Permanen bahwa apabila suatu
perjanjian Intl memberikan hak tertentu kepada orang perorangan, maka hak itu harus diakui
dan mempunyai daya laku dalam HI= diakui oleh suatu badan peradilan Intl.
 Penuntutan terhadap penjahat perang di mahkamah Intl yang khusus diadakan oleh negara
sekutu yang menang perang, Mahkamah penjahat perang di Nurnberg dan Tokyo, bekas
pimpinan perang Jerman dan Jepang dituntut secara individu untuk perbuatan :
1. Kejahatan terhadap perdamaian ;
2. Kejahatan terhadap perikemanusiaan ;
3. Kejahatan perang ( pelanggaran hukum perang dan permufakatan jahat untuk
mengadakan kejahatan tsb), tuntutan tsb mengesampingkan, bahwa :
1) Seorang pejabat tidak dapat dituntut karena kebijaksanaannya
2) Seorang pejabat tidak dapat dituntut sebagai perorangan terhadap tindakan yang
dilakukan sebagai pejabat negara
3) Seseorang tidak dapat dituntut melakukan kejahatan yang baru ditentukan sebagai
kejahatan setelah perbuatan dilakukan=langgar asas “noela poena sine lege”.
 Bahwa seseorang dapat dianggap langsung bertanggung jawab sbg individu bagi kejahatan
perang dan kejahatan thd perikemanusiaan = idak dapat berlindung lagi di belakang negaranya.
 GENOCIDE Convention (Sidang Umum PBB 9 Des 1948)= “orang perorangan yang terbukti telah
melakukan tindakan ‘’genocide” harus dihukum, lepas dari persoalan apakah tindakannya
sebagai orang perorangan, pejabat pemerintah atau pimpinan pemerintah/negara “.
 HAM

3. Kekuatan mengikat HI dapat dilihat dari berbagai teori, jelaskan berdasarkan teori hukum Alam dan
teori kehendak negara ?

Jawaban :

1. Teori Hukum Alam, adalah hukum yang diasumsikakan berlaku bagi seluruh umat manusia
(awalnya bersumber dari Tuhan).
Bahwa HI mengikat karena HI tidak lain adalah Hukum Alam, yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat bangsa- bangsa, karena Hukum Alam merupakan hukum yang lebih tinggi.
Hukum Alam merupakan hukum yang ideal, didasarkan atas kehendak manusia sebagai mahluk
berakal/ kesatuan kaidah-kaidah yang diilhamkan alam pada akal manusia.
Dalam perkembangan Hukum Alam mengalami sekularisasi (sekularisme) artinya memisahkan
dunia dengan agama, ini merupakan reaksi dari penyalahgunaan wewenang Kaisar, yang pada
saat itu menjadi pemimpin agama pula.
- Grotius : adanya sistem hukum yg universal (Hukum Alam) bersumber pada akal manusia yang
memuat nilai- nilai universal.
- Hukum Internasional bersumber pada nilai- nilai universal (Hukum Alam), mengandung
kelemahan , antara lain :
a) Pengertiannya yang abstrak ;
b) Subyektif.

2. Teori Kehendak Negara ( Falsafah Hegel==positivisme)


Teori ini menyatakan bahwa HI mengikat karena kehendak dari negara untuk tunduk pada pada
HI = Hukum Nasional lebih tinggi. Misal, Indonesia memandang perlu meratifikasi WTO, namun
Indonesia pun pernah keluar, hal ini merupakan refleksi teori kehendak negara.
Namun teori ini mengadung kelemahan karena tidak dapat menerangkan dengan jelas
bagaimana caranya hukum dapat mengikat negara-negara.
4. Pemberlakuan HI didalam hukum nasional didasarkan 2 doktrin yaitu doktrin transformasi dan doktrin
inkorporasi, jelaskan?

Jawaban :

1. Doktrin Transformasi :

Bahwa ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional apabila telah diratifikasi terlebih dahulu.

Ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional melalui UU.

2. Doktrin Inkorporasi :

Bahwa ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional tanpa melalui pengesahan (ratifikasi)
dari Lembaga yang berwenang meratifikasi.
Suatu ketentuan HI dapat diberlakukan sebagai Hk Nasional tanpa melalui Undang Undang terlebih
dahulu.

- Pemberlakuan kedua doktrin tersebut (dalam praktek), di beberapa negara tidak mutlak.

- Indonesia tidak menganut kedua doktrin secara penuh, melainkan tergantung pada masalahnya.

5. Bagaimana praktek Hk Internasional di negara Inggris yang menerapkan " Internasional Law is the law
of the land",jelaskan!

Jawaban :

 HI adalah hukum negara (International law is the law of the land)

 The law of nations, wherever any questions arises which is properly the object of the
jurisdictions is here adopted in its full extent by the common law and it is held to be apart of the
law of the land ( Black Stones)

 Dalam customary International Law


Suatu ketentuan Internasional berlaku asalkan tidak bertentangan dengan UU, apabila suatu
customary international law ditetapkan oleh Mahkamah Tinggi, maka semua pengadilan di
bawahnya terikat, dalam hal ini yang supreme bukan HI melainkan Mahkamah Tingginya ;
 Dalil konstruksi hukum( rule of construction), bahwa UU yang dibuat oleh Parlemen
dianggap tidak bertentangan dengan HI;
 Dalil tentang pembuktian dalam pemeriksaan terhadap pelanggaran suatu ketentuan HI
(rule of evidence), bahwa dalam pembuktiannya tidak perlu mendatangkan saksi- saksi.
 Dalam International Treaty , Persetujuan parlemen ( heavy parliament ), bahwa suatu ketentuan
Internasional berlaku mengikat tanpa persetujuan parlemen, yaitu selain menyangkut :
1. Perubahan dalam UU Nasional
2. Perubahan dalam status garis batas
3.Mempengaruhi hak – hak sipil
4.Menambah beban keuangan negara.
6. Jelaskan sumber HI berdasarkan Statuta Mahkamah Internasional ?

Jawaban :

T5 N

Anda mungkin juga menyukai