NPM : 110110210200
Kelas :C
Kelompok : C-2
1. Mengapa hukum internasional tetap dinyatakan sebagai hukum? (lihat: Martin Dixon,
Textbook of International Law 7th edition, Oxford, 2013, hlm. 4)
Jawaban:
Terdapat pandangan dari salah satu ahli yang merasa bahwa hukum internasional
bukanlah hukum melainkan moral positif (positif morality) yakni John Austin. Austin
berpendapat bahwa hukum internasional bukanlah hukum dikarenakan tidak memenuhi 2 unsur
sesuatu dapat dikatakan sebagai hukum yakni adanya badan legislatif pembentuk aturan serta
bahwa aturan tersebut dapat dipaksakan.1
Bertentangan dengan pernyataan Austin, Oppenheim berpendapat bahwa hukum
internasional termasuk kedalam hukum meskipun termasuk kedalam hukum yang lemah (weak
law) dan di dalam prakteknya terdapat banyak kasus tebang pilih.2 Menurutnya, terdapat tiga
syarat sesuatu dapat dikatakan sebagai hukum yakni, adanya masyarakat, serta adanya jaminan
pelaksanaan dari luar (external power) atas aturan tersebut. Dan meski hukum internasional
termasuk kedalam hukum yang lemah, hukum internasional telah memenuhi seluruh persyaratan
tersebut.
Syarat pertama dapat dengan mudah ditemukan melalui banyaknya aturan hukum
internasional dalam kehidupan sehari-hari, seperti Konvensi Hukum Laut PBB 1982 , Perjanjian
internasional tentang bulan dan benda-benda langit lainnya (Space Treaty 1967), Konvensi
mengenai hubungan diplomatik dan konsuler, berbagai konvensi internasional tentang HAM,
tentang perdagangan internasional, tentang lingkungan internasional, tentang perang, dan
lain-lain. Bahkan dikatakan sulit kita menemukan aspek kehidupan yang belum diatur oleh
Hukum internasional. Syarat kedua adanya masyarakat internasional juga terpenuhi menurut
Oppenheim. Masyarakat internasional tersebut adalah negara-negara dalam lingkup bilateral,
trilateral, regional maupun universal. Adapun syarat ketiga adanya jaminan pelaksanaan juga
terpenuhi menurut Oppenheim. Jaminan pelaksanaan dapat berupa sanksi yang datang dari
negara lain, organisasi internasional ataupun pengadilan internasional. Sanksi tersebut dapat
berwujud tuntutan permintaan maaf (satisfaction), ganti rugi (compensation/pecuniary), serta
pemulihan keadaan pada kondisi semula (repartition). Disamping itu ada pula sanksi yang
wujudnya kekerasan seperti pemutusan hubungan diplomatik, embargo, pembalasan, sampai ke
perang.3
2. Mengapa kaidah-kaidah hukum internasional mengikat bagi negara-negara berdasarkan
masing-masing teori yang telah Anda pelajari dari video pembelajaran.
1
Sefriani, Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional dalam Perspekti Filsafat
Hukum, JURNAL HUKUM NO. 3 VOL. 18, Hal 408.
2
Ibid, Hlm. 409.
3
Ibid, Hlm 408-409.
Jawaban:
a. Teori Hukum alam:
Hukum Internasional mengikat negara-negara karena menjadi bagian dari hukum alam,
dimana banyak dari firman Tuhan juga yang mengatur mengenai hubungan antar negara
satu dengan lainnya sehingga Hukum Internasional menjadi bagian dari Hukum yang
lebih besar yakni Hukum Alam. Menurut Cicero, hukum alam merupakan hukum yang
paling dekat dengan hukum Tuhan sehingga hal tersebut menjadi dasar dari ditaatinya
hukum Internasional
b. Teori Positivisme
Teori positivisme merupakan perpanjangan dari hukum alam yang tidak mampu
mengatur seluruh kegiatan manusia sehingga manusia membuat hukumnya sendiri juga.
Menurut teori ini, hukum internasional mengikat negara-negara terlepas dari kehendak
tuhan, namun dikarenakan adanya kebutuhan negara satu dengan lainnya.4
c. Teori kehendak negara
Bahwa hukum internasional mengikat atas keinginan negara hal ini dikarenakan adanya
kesadaran untuk tidak hidup sendiri dan kebutuhan akan satu sama lain. Adanya
kesadaran-kesadaran ini menumbuhkan adanya keinginan untuk menjalin hubungan antar
negara seperti tergabung dalam PBB dan keinginan lainnya.
d. Teori kehendak bersama
Hukum Internasional mengikat dikarenakan adanya kehendak bersama yang lebih
penting dari kehendak masing-masing negara untuk tunduk pada hukum Internasional.
Dalam teori ini, kepentingan atau kehendak bersama akan didahulukan dibanding dengan
kehendak negara.
e. Teori Objektif
Teori objektif menyatakan bahwa hukum internasional itu objektif, sehingga dasar dari
hukum internasional ini logis dan objektif. Hukum internasional juga menurut aliran ini
menghendaki norma sebagai sesuatu yang telah ada. Hukum internasional ini dipatuhi
dan mengikat negara-negara dikarenakan akan adanya kekacauan bila logika dari hukum
internasional yang dibuat secara objektif ini dilanggar.
f. Teori Mazhab Wina
Menurut teori ini, Hukum Internasional mengikat berdasarkan pada norma-norma paling
mendasar (grundnorm) yang tidak dapat dijelaskan secara hukum. Menurut teori ini,
kehendak negara bukan merupakan dasar kekuatan mengikat Hukum Internasional
melainkan adanya suatu norma hukum.5
g. Teori Fait Social (fakta sosial)
4
VIDYA PRAHASSACITTA, PANDANGAN POSITIVISME HUKUM, diakses melalui
https://business-law.binus.ac.id/2019/08/25/pandangan-positivisme-hukum/, diakses pada 07 September
2022
5
Diakses dari https://nanopdf.com/download/bab-ii-repository-unimal_pdf, pada 07 September 2022
Menurut teori ini, hukum internasional bersifat mengikat negara-negara dikarenakan
dibutuhkan oleh masyarakat untuk berinteraksi karena pada dasarnya manusia sebagai
makhluk sosial akan selalu memiliki keinginan untuk berinteraksi.
h. Teori kontemporer
- New haven school
Menurut teori ini hukum internasional bukan lagi memandang hukum sebagai
produk positivisme melainkan sebagai decision making process, sehingga setelah
melalui serangkaian proses negara lah yang akan menentukan akan patuh atau
tidaknya terhadap hukum internasional.
- New steam/CLS
- Critics of the south
- Feminist inernational legal studies