Standar Kompetensi :
Kompetensi dasar :
5.2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh
Mahkamah Internasional
Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah
hukum internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi
menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional.
Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata.
Sedangkan hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum
yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum
yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata yang berbeda. (Kusumaatmadja, 1999; 1)
Tujuh asas utama yang harus ditegaskan dalam praktik hukum internasional sesuai
dengan resolusi Majlis Umum PBB No. 2625. Asas-asas tersebut adalah :
1. Setiap negara tidak melakukan tindakan berupa ancaman agresi terhadap keutuhan
terhadap wilayah dan kemerdekaan negara lain.
2. Setiap negara harus menyelesaiakan masalah-masalah inernasional dengan cara damai.
3. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri negara lain.
4. Negara-negara berkewajiban untuk menjalin kerja sama dengan negara lain berdasar pada
piagam PBB.
5. Asas persamaan hak dan penentuan nasib sendiri.
6. Asas persamaan kedaulatan dari negara.
7. Setiap negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajiban.
C. SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
Pada dasarnya sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam arti
materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah
sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum
itu sendiri. Sumber hukum dalam arti formaladalah sumber hukum yang membahas bentuk
atau wujud nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu
tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur
suatu masalah tertentu.
a. Negara
Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,
kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional adalah:
Penduduk yang tetap
Wilayah tertentu
Pemerintahan
Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain
b. Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan
Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci
Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada
sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai
pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya,
tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian
dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus
sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara
luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik
dengan Tahta Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan
demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di berbagai
negara.
c. Palang Merah Internasional
Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis
organisasi internasional. Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah
Internasional di dalam hubungan dan hukum internasional menjadi sangat unik dan di
samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal mulanya, Palang Merah
Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan
oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan
bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang
Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian
membentuk Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya. Palang Merah
Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional
(International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.
d. Organisasi Internasional
Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subjek hukum internasional sudah
tidak diragukan lagi. Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A
Couloumbis dan James H. Wolfe :
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud
dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;
b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan
tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International
onetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;
c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan
global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.
e. Individu
Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang
memberikan hak dan membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada
individu semakin bertambah pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi
Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada
tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi
manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi individu
sebagai subyek hukum.
f. Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam
negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan
urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan
terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan,
bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh
adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh
pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti
bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati
status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional yang mandiri.
g. Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan
hubungan internasional. Eksistensinya dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang
tidak bisa disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional
mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian
melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap
eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu sendiri.
F. HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL
Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara hukum
internasional dan hukum nasional, yaitu: teori Dualisme dan teori Monisme.
Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua
sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas
atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam lingkungan hukum nasional
memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya,
maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.
Menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan
satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari
hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum
nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum
nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional.
Sistem peradilan nasional, sistem kaitanya dengan peradilan internasionl yaitu unsur-
unsur atau komponen-komponen lembaga pengadilan internasional yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk atau kesatuan dalam mencapai keadilan internasional.
Komponen-komponen tersebut yaitu :
b. Peyelesaian Yudisial
c. Retorsi
Retorsi adalah tindakan tidak bersahabat yang dilakukan oleh suatu negara
terhadap negara lain yang terlebih dahulu melakukan tindakan tidak bersahabat.
Retorsi juga diartikan sebagai tindakan pembalasan yang dilakukan oleh suatu
negara terhadap negara lain oleh karena negara yang kena retorsi telah melakukan
tindakan tidak sopan dan tidak adil.
d. Reprisal
Reprisal adalah upaya paksa untuk memperoleh jaminan ganti rugi, akan
tetapi terbatas pada penahanan orang dan benda. Reprisal merupakan upaya paksa
yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain dengan maksud untuk
menyelesaikan sengketa yang timbul oleh karena negara yang dikenai reprisal telah
melakukan tindakan yang tidak dibenarkan.
e. Blokade Damai
Blokade dilakukan pada waktu damai dengan maksud agar negara yang
dikenai blokade mau memenuhi permintaan negara yang memblokade.
f. Embargo
g. Intervensi
a. Mekanisme Normal
Penyerahan Perjanjian Khusus (Notification of special agreement) atau Aplikasi
(Application)
Pembelaan tertulis (Written Pleadings)
Presentasi Pembelaan (Oral Pleadings)
Keputusan (Judgement)
b. Mekanisme Khusus
Keberatan Awal
Ketidak hadiran salah satu pihak
Keputusan Selasa beracara bersama
Intervensi
J. MENGHARGAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL
Seluruh anggota PBB secara otomatis menjadi anggota Mahkamah Internasional oleh
karena itu jika terjadi sengketa maka sudah menjadi ketentuan bagi negara-negara anggota
untuk menggunakan haknya bila merasa dirugikan oleh negara lain. Akan tetapi sebaliknya
jika suatu keputusan Mahkamah internasional telah diputuskan segala konsekuensi yang ada
harus diterima. Hal itu mengingat bahwa apa yang menjadi putusan Mahkamah internasional
merupakan keputusan terakhir walaupun dapat dimintakan Banding.
1. Sebagai negara yang relatif baru merdeka. Perekonomian Timor Leste diklasifikasikan
sebagai ekonomi dengan pendapatan menegah kebawah oleh bank dunia. Walaupun telah
merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang dari
indonesia. Berdasarkan fakta tersebut, maka hubungan antara Timur Leste dengan Indonesia
adalah....
a. Pola penjajahan
b. Pola kolonialisme
c. Pola hubungan ketergantungan
d. Pola persamaan kedaulatan
e. Pola hubungan sama derajat
2. Berikut ini merupakan arti penting dari hubungan internasional, kecuali..
a. Memperluas wilayah dan meningkatkan prestise negara
b. Memelihara dan menciptakan hidup berdampingan secara damai dan adil dengan bangsa
lain
c. Membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antar bangsa
d. Berpartisiasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia
e. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
3. Pola hubungan sama derajat antar bangsa pada prinsipnya telah diyakini oleh bangsa
Indonesia, sebagaimana yang tertuang didalam Pancasila yaitu sila...
a. Pertama
b. Keempat
c. Kedua
d. Kelima
e. Ketiga
4. Politik luar negeri Indonesia bersifat aktif, artinya bangsa dan negara Indonesia...
a. Membela setiap negara yang hendak dijajah negara lain
b. Mencampuri urusan dalam negeri negara lain
c. Mencampuri urusan dan membela negara lain
d. Menjajah negara lain yang pernah menjajah bangsa Indonesia
e. Tidak ikut anggota organisasi internasional apapun
5. Sarana hubungan internasional yang berupa usaha sistematis yang digunakan untuk
mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat
umum adalah...
a. Diplomasi
b. Ekonomi
c. Perundingan
d. Kekuatan militer dan perang
e. Propaganda
6. Kesepakatan antara dua atau lebih subjek hukum internasional yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan tersebut...
a Perjanjian internasional
b Hukum internasional
c Hubungan internasional
d Perundingan internasional
e Musyawarah internasional
7. Konvensi Jenewa tahun 1949 mengenai perlindungan korban perang, apabila dilihat dari
jumlah pesertanya termasuk...
a. Perjanjian bilateral
b. Law making treaty
c. Perjanjian multilateral
d. Treaty contract
e. Perjanjian tertulis
8. Tahap-tahap perjanjian internasional adalah...
a. Perundingan, pengesahan, dan penandatanganan
b. Perundingan, ratifikasi, dan penandatanganan
c. Penjajakan, perundingan, perumusan naskah, ratifikasi, dan penandatangan
d. Perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi
e. Penjajakan, perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi
9. Berikut merupakan hal-hal yanga menyebabkan berakhirnya perjanjian internasional,
kecuali...
a. Telah tercapai tujuan dari perjanjian internasional
b. Masa berlaku perjajian internasional
c. Salah satu negera membatalkan perjanjian internasional secara sepihak
d. Adanya persetujuan dari para peserta untuk mengakhiri perjanjian itu
e. Adanya perjanjian baru antar peserta yang kemudian meniadakan perjanjian terdahulu
10. Yang berhak melakukan ratifikasi perjanjian internasional di Indonesia adalah...
a. Presiden
b. Presiden bersama MA
c. MPR
d. Presiden bersama DPR
e. DPR
11. Perwakilan yang menjalankan segala urusan dan kepentingan negara pengirim, yang wilayah
kerjanya mencakup seluruh wilayah negara penerima disebut...
a. Perwakilan diplomatic
b. Perwakilan konsuler
c. Utusan negara
d. Menteri luar negeri
e. Konsultan
12. Perwakilan diplomatik yang tidak berhak mengadakan pertemuan dengan kepala negara ia
bertugas disebut...
a Duta besar
b Kuasa usaha
c Duta
d Ambasador
e Menteri residen
13. Dalam mengangkat duta dan konsul, presiden harus memperhatikan pertimbangan...
a DPR
b MA
c MK
d Menteri luar negeri
e Dewan menteri
14. Berikut merupakan ciri-ciri dari korp konsuler, kecuali..
a Memelihara kepentingan negaranya dengan melaksanakan hubungan dengan pejabat
tingkat daerah
b Berhak mengadakan hubungan yan bersifat non politik
c Satu negara hanya mempunyai satu perwakilan di negara penerima
d Tidak mempunyai hak extraterritorial
e Berfungsi melaksanakan pengematan, penilaian dan pelaporan
15. Berikut ini yang merupakan contoh hak extrateritorial adalah...
a Kebebasan dari jangkauan hukum yang berlaku dinegara penerima
b Jaminan keamanan terhadap jiwanya
c Kebebasan mengadakan komunikasi dengan menggunakan sandi
d Kebebasan dari penggeledahan terhadap gedung kedutaan
e Kebebasan dari pemeriksaan polisi.
16. Berikut ini yang tidak termasuk prinsip-prinsip PBB adalah...
a Semua negara anggota memiliki kedaulatan yang sederajat
b Semua negara anggota harus mematuhi piagam PBB
c PBB boleh ikut campur tangan di dalam masalah dalam negera lain
d Negara-negara anggota perlu membantu PBB
e Negara harus berusaha untuk menyelesaikan perselisihan peselisihan dengan cara damai.
17. Perhatikan negara-negara berikut ini :
1) Cina 4) Jepang
2) Perancis 5) Rusia
3) Jerman 6) Inggris
Essay