Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RIYAN PRAYOGA

NIM : 855755441

POKJAR : MUARA BELITI

UPBJJ : PALEMBANG

MK : PKNI4317/HAK ASASI MANUSIA

 Landasan atau sumber hukum yang melandasi terjadinya perjanjian internasional


yaitu

menurut Mochtar Kusumaatmadja, sumber-sumber hukum internasional terdiri atas:

a. Perjanjian-perjanjian Internasional;
b. Kebiasaan-kebiasaan Internasional;
c. Prinsip-prinsip Hukum Umum; dan
d. Putusan Pengadilan dan ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai
negara.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sumber hukum dalam arti material dan sumber
hukum dalam arti merupakan masalah yang terletak di luar bidang ilmu hukum (ekstra-
yuridis) atau “metajuridical”. Sementara, sumber hukum dalam arti formal merupakan
kajian yang terletak dalam bidang ilmu hukum (Intra-yuridis)

Dengan dimulainya konvensi yang diadakan di Wina, Austria pada tahun 1969 dan
dianggap sebagai induk perjanjian internasional. Konvensi Wina atau Vienna Convention
on The Law of Treaties adalah suatu perjanjian yang mengatur mengenai hukum
internasional antar negara sebagai subjek hukum internasional yang berlangsung pada 23
Mei 1969 dan memasuki into force pada 27 Januari 1980. Sebelum diadakan konvensi Wina
1969 ini perjanjian antar negara secara bilateral dan multilateral diselenggarakan dengan
dasar asas – asas dan persetujuan dari negara – negara yang terlibat di dalamnya.
Perjanjian internasional antar negara sebelum tahun 1969 diatur berdasarkan kebiasaan
internasional yang dasarnya ada pada praktek negara dan pada keputusan – keputusan
dari Mahkamah Internasional atau Mahkamah Permanen Internasional yang sudah tidak
lagi eksis, juga didasarkan pada pendapat para ahli hukum internasional.

Konvensi Wina disusun oleh International Law Commission (ILC) of The United Nation,
yang memulai pekerjaannya sehubungan dengan konvensi tersebut pada 1949. Selama 20
tahun persiapan, beberapa versi draft dari konvensi dan komentar disiapkan oleh petugas
pelapor khusus dari ILC. Para pelapor khusus ini adalah James Brierly, Hersch Lauterpacht,
Gerald Fitzmaurice dan Humphrey Waldock. Pada tahun 1966, ILC telah mengadopsi 75
draft artikel yang membentuk dasar dari pekerjaan finalnya. Selama dua sesi di tahun 1968
dan 1969, Konvensi Wina telah lengkap sehingga dapat diterapkan pada 22 Mei 1969 dan
dibuka penanda tanganan pada keesokan harinya.

Konvensi Wina 1969 dianggap sebagai induk dari perjanjian internasional kerena pertama
kali memuat mengenai ketentuan – ketentuan atau code of conduct yang mengikat
sehubungan dengan perjanjian internasional. Konvensi ini mengatur semua hal terkait
perjanjian internasional mulai dari ratifikasi, reservasi sampai ketentuan mengenai
pengunduran diri negara dari suatu perjanjian yang dilakukan secara internasional,
contohnya ketika Amerika Serikat mengundurkan diri dari Vienna Convention 1969 pada
tahun 2002 yang lalu.

Keberadaan konvensi ini membuat perjanjian antar negara tidak lagi diatur oleh kebiasaan
yang berlaku secara internasional, tetapi diatur oleh suatu perjanjian yang mengikat,
menuntut nilai kepatuhan tinggi dari negara – negara anggotanya dan hanya bisa diubah
jika ada persetujuan dari seluruh negara anggota konvensi Wina tersebut. Hal ini membuat
sejarah perjanjian internasional tidak lagi sama seperti aturan pada kebiasaan
internasional sebelumnya yang dapat berubah apabila ada tren internasional yang baru.
Hal – hal yang dapat membatalkan perjanjian bisa terjadi apabila terjadi kecurangan,
pelanggaran, pihak yang dirugikan dan ancaman dari satu pihak. Sementara penyebab
berakhirnya perjanjian adalah jika salah satu pihak punah, masa perjanjian habis, salah
satu atau kedua pihak ingin mengakhiri dan ada pihak yang dirugikan oleh pihak lainnya.
Ketahui juga mengenai sejarah demokrasi di dunia, sejarah berdirinya Gerakan Non Blok
dan Sejarah Berdirinya PBB.

Dengan demikian Vienna Convention 1969 dalam sejarah perjanjian internasional


dianggap sebagaii induk dari pengaturan mengenai perjanjian internasional. Konvensi ini
juga merupakan konvensi pertama yang berisi pengaturan perjanjian internasional baik
pengaturan secara taknis maupun material dan berisi ketentuan yang merupakan
kumpulan dari berbagai kebiasaan internasional yang berlaku selama ini, yang berkaitan
dengan perjanjian internasional.

 Bagaimana menurut saudara jika negara tersebut belum memiliki perjanjian


internasional terkait dengan memperjuangkan HAM bagi warga negaranya?

jika Suatu Negara belum memiliki perjanjian nasional yang jelas akan terjadi
kesenjangan pada masyarakat, serta terjadinya kekacau balau akan melingkupi
negara tersebut, sebab masyarakat tidak tenang karna Tidak memiliki HAM.

HAM adalah hak paling mendasar yang sepatutnya dimiliki oleh semua orang tanpa
mengenal suku, ras, agama, maupun status sosialnya. Hak-hak substansial ini
termasuk ke dalam hak hidup, hak untuk bebas berekspresi, hak untuk
menyampaikan pendapat, hak dan hak-hak lainnya yang berbasiskan nilai-nilai
kebebasan individu. Negara akan menjadi kacau ( tidak aman ) jika tidak ada HAM
kekerasan akan terjadi dimana- mana , tidak ada yang dapat mecegah ataupun
berpendapat karna tidak memiliki HAM dan jika negara belum memimiliki
Perjanjian Nasional HAM dalam suatu Negara ,Negara akan hancur karna perjanjian
Nasional adalah dasar negara yang mengatur negara ini jika tidak ada aturan maka
semua orang akan berbuat sesuka nya terjadi pelanggaran dimana-mana ,sehingga
negara ini akan hancur.

SUMBER :

#Modul PKNI4317/HAM

# Materi inisiasi.5.1

# https://lsc.bphn.go.id

Anda mungkin juga menyukai