DISUSUN OLEH
RAMANDIKA
MOHAMMAD USMAN
2240501216
Istilah ‘perjanjian internasional’ merupakan padanan dari istilah ‘traktat’ yang telah lazim
digunakan di Indonesia. Istilah ini merepresentasikan beragam bentuk instrumen internasional
yang digunakan oleh masyarakat internasional dalam membentuk kaidah internasional, di
antaranya traktat (treaty), konvensi (convention), persetujuan (agreement/arrangement), kovenan
(covenant), piagam (charter), statuta (statute), akta (act), deklarasi (declaration), concord,
pertukaran nota (exchange of notes), pertukaran surat (exchange of letters), nota kesepahaman
(memorandum of understanding), pakta (pact), protokol (protocol), process verbal, final act,
modus vivendi, agreed minutes,). Keberadaan perjanjian internasional amat erat kaitannya
dengan hukum internasional publik, khususnya sebagai salah satu sumber hukum internasional.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa ruang lingkup perjanjian internasional adalah
kesepakatan internasional yang dibentuk oleh subyek-subyek hukum internasional yang
memiliki kapasitas untuk membuat perjanjian internasional di bidang publik, bukan privat.
Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional ‘utama’ yang dikenal
di dalam Article 38 (1) of the Statute of the International Court of Justice selain kebiasaan
internasional dan prinsip-prinsip hukum umum.
Tujuan penulisan paper makalah ini selain sebagai pemenuhan nilai tugas juga memiliki
tujuan untuk, memahami kerja sama antar bangsa, memahami bagaimana negara-negara bekerja
sama dan berkomunikasi dalam lingkup internasional melalui perjanjan,dan memahami konsep
dasar hukum internasional yang mengatur hubungan antarbangsa dan implikasinya dalam
tingkah laku negara-negara, serta mempersiapkan diri untuk memahami dinamika hubungan
internasional, diplomasi, dan hukum internasional dalam beberapa konsep.
Metode yang digunakan dalam penulisan paper karya ilmiah ini ialah menggunakan studi
pustaka atau bisa disebut juga dengan metode literatur, dimana sumber-sumber atau bahan
materi yang diambil berasal dari pencarian data-data dari berbagai sumber yang relevan seperti
artikel, jurnal, maupun media lainnya, selain itu pengambilan judul dari paper makalah ini
berdasarkan poin tugas yang diberikan.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjanjian Internasional sebenarnya telah telah ada sejak ribuan tahun lalu yang dibuktikan
dengan penemuan prasasti berisi perjanjian perbatasan wilayah yang dilakukan oleh penguasa
Umma dan Lagash di Sumeria kuno pada kisaran tahun 2100 SM. Menyusul kemudian
perjanjian Kadesh yang disepakati oleh Raja Het Hattusilli III dan Raja Firaun Ramses II
sebagai bentuk penyalesaian perang antara keduanya. Perjanjian Internasional pada masa
peradaban kuno masih mencakup tentang budaya dan wilayah geografis saja dan belum ada
konsep organisasi dan hukum internasional seperti yang ada pada masa modern.
Seiring waktu, hubungan antar negara terus mengalami perkembangan-perkembangan dan pada
tahun 1625, Hugo Grotius, seorang pakar hukum Amerika menjelaskan tentang teori traktat
yang diatur berdasarkan keadilan, namun pada masa itu perjanjian Internasional yang berlaku
belum menerapkan aturan dasar yang harus dipatuhi semua negara. Pembahasan tentang traktat
semakin gencar dilakukan pasca perang dunia I secara tertulis hingga ribuan perjanjian yang
didaftarkan ke sekretariat Liga Bangsa-Bangsa. Lagi-lagi di masa ini perjanjian internasional
belum sempurna karena masih terdapat penjelasan yang masih rumpang dan belum memberikan
sumbangsih yang berarti kepada perkembangan hukum Internasional.
Pada tahun 1969, diadakan lah konvensi Wina yang membahas rancangan perjanjian
Internasional yang dilakukan oleh badan khusus yang dibentuk oleh PBB yaitu Komisi Hukum
Internasional. Setelah penetapan hasil rumusan konvensi Wina 1969 ini lah perjanjian
Internasional kemudian menemui titik terang dan akhirnya diberlakukan hingga sekarang.
Hukum internasional pada umumnya diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan subjek-
subjek hukum lainya dalam kehidupan masyarakat internasional.1 Negara- negara mematuhi
hukum internasional demi menjaga dan mengatur hubungannya dengan negara lain dan juga
demi melindungi kepentingannya sendiri. Negara bukan saja sebagai subjek tapi juga sebagai
pemeran utama dalam membuat hukum internasional, baik dalam partisipasinya dalam
hubungan internasional, dalam perjanjian yang dibuatnya dengan negara lain, atau keterikatanya
dalam putusan dan resolusi dari organisasi internasional. Dengan demikian, hukum internasional
dapat dirumuskan sebagai suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak dan kewajiban
para subjek hukum internasional yaitu negara, lembaga dan organisasi internasional, serta
individu dalam hal-hal tertentu .
PEMBAHASAN
Pengertian Perjanjian Internasional
Secara umum Perjanjian Internasional merupakan hubungan kesepakatan yang dilakukan oleh
negara-negara di dunia, atau lembaga Internasional lainnya yang diresmikan secara hukum
Internasional dan wajib dipatuhi pihak yang terlibat sesuai dengan isi yang telah disepakati.
Menurut Para Ahli
1. Oppenheimer – Lauterpacht
Perjanjian Internasional merupakan suatu persetujuan antar negara yang mana diantara pihak-
pihak yang mengadakan akan menimbulkan hak dan kewajiban.
2. B. Schwarzenberger
Schwarzenberger mengemukakan bahwa perjanjian Internasional merupakan persetujuan yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban dalam hukum Internasional yang mengikat dan terjadi
antara subjek hukum Internasional yaitu negara-negara atau lembaga-lembaga Internasional.
Perjanjian tersebut bisa berupa hubungan bilateral maupun multilateral.
3. Dr. Muchtar Kusumaatmadja, S.H, LLM
Mukhtar menyatakan bahwa perjanjian Internasional merupakan perjanjian yang memiliki
tujuan untuk menciptakan akibat-akibat tertentu yang dilakukan antar bangsa.
Menurut UU Dan Konvensi
1. Konvensi Wina 1969
Perjanjian Internasional berdasarkan konferensi Wina tahun 1969 merupakan perjanjian yang
bertujuan untuk mengadakan akibat hukum tertentu yang dilakukan oleh dua negara atau lebih.
2. Konvensi Wina 1986
Konvensi Wina tahun 1986 menjelaskan bahwa perjanjian Internasional merupakan persetujuan
Internasional yang dalam hukum Internasional diatur dan ditandatangai secara tertulis oleh antar
negara atau lebih, antar organisasi Internasional, atau antar satu atau lebih organisasi
Internasional.
3. UU No 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri
Perjanjian yang memiliki sebutan atau bentuk apapun dan diatur dalam hukum Internasional dan
secara tertulis dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain baik satu atau
lebih, organisasi Internasional, atau subjek hukum Internasional lainnya, yang dapat
menimbulkan kewajiban dan hak yang bersifat hukum publik terhadap pemerintah Republik
Indonesia.
4. UU No 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional
Merupakan perjanjian yang diatur dalam hukum Internasional baik dalam bentuk dan nama
apapun yang dibuat secara tertulis dan menimbulkan kewajiban dan hak di bidang hukum
publik.
Secara umum Perjanjian Internasional merupakan hubungan kesepakatan yang dilakukan oleh
negara-negara di dunia, atau lembaga Internasional lainnya yang diresmikan secara hukum
Internasional dan wajib dipatuhi pihak yang terlibat sesuai dengan isi yang telah
disepakati.Konvensi Wina 1986 Konvensi Wina tahun 1986 menjelaskan bahwa perjanjian
Internasional merupakan persetujuan Internasional yang dalam hukum Internasional diatur dan
ditandatangai secara tertulis oleh antar negara atau lebih, antar organisasi Internasional, atau
antar satu atau lebih organisasi Internasional.UU No 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar
Negeri Perjanjian yang memiliki sebutan atau bentuk apapun dan diatur dalam hukum
Internasional dan secara tertulis dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
baik satu atau lebih, organisasi Internasional, atau subjek hukum Internasional lainnya, yang
dapat menimbulkan kewajiban dan hak yang bersifat hukum publik terhadap pemerintah
Republik Indonesia.
Berdasarkan Isinya Berdasarkan isinya, perjanjian Internasional dibagi lagi menjadi beberapa
yaitu : a. Perjanjian yang berisi tentang ekonomi b. Perjanjian yang berisi tentang politik c.
Perjanjian yang berisi tentang kesehatan d. Perjanjian yang berisi tentang batas wilayah e.
Perjanjian yang berisi tentang hukum Contoh perjanjian Internasional berdasarkan isinya adalah
SEATO, ANZUS, NATO, IMF, IBRD, dan CGI.
Berdasarkan Pihak Yang Terlibat Perjanjian Internasional berdasarkan pihak yang terlibat dibagi
menjadi dua yaitu bilateral dan multilateral dengan penjelasan sebagai berikut: a. Perjanjian
bilateral yaitu perjanjian yang melibatkan dua pihak atau dua negara yang sifatnya khusus yaitu
berisi hal yang hanya menyangkut kepentingan kedua pihak yang terlibat.
b. Perjanjian khusus ( Treaty contract ) merupakan perjanjian yang bersifat khusus karena hanya
menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak yang terkait atau yang mengadakan perjanjian,
treaty contract biasanya berupa perjanjian bilateral antar negara.
Penandatanganan, Ratifikasi dan Aksesi Dalam melakukan perjanjian, suatu negara atau subjek
hukum Internasional harus menempuh beberapa cara sebagai itikad bahwa mereka bersedia
terikat dalam perjanjian, beberapa cara yang dilakukan adalah penandatangan ( signature ),
pengesahan (ratifikasi), penyetujuan (approval) atau penerimaan (acceptance), aksesi dan
beberapa cara lainnya dengan persetujuan pihak yang terlibat.
Beberapa faktor yang menyebabkan suatu perjanjian berakhir, ditarik atau ditangguhkan adalah
adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam perjanjian, salah satu pihak
yang memutuskan perjanjian, tujuan perjanjian yang telah tercapai, dan lain sebagainya.
Sementara itu dalam perjanjian multilateral, salah satu pihak atau negara akan ditunjuk untuk
menyimpan dokumen perjanjian yang telah ditandatangani, selain itu pihak yang ditunjuk
terkadang juga merupakan staf administrasi dari organisasi yang mengadakan perjanjian atau
organisasi Internasional.
DAFTAR PUSTAKA