1. Hubungan Internasional
A. Pengertian
Renstra, hubungan internasional adalah hubungan antar bangsa dalam segala
aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional
negara tersebut.
Bagi bangsa Indonesia hubungan kerjasama antar negara merupakan jalinan antar negara yang
mengacu pada beberapa landasan hukum :
1. Pembukaan UUD 1945 alenia IV
2. Pasal 1 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
3. Perjanjian internasional (traktat = treaty)
4. Deklarasi Juanda 13 Desember 1957 yang diakui PBB pada tanggal 10 Desember 1982
dan disahkan oleh pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985
tentang Hukum Laut.
4. Konferensi Wina tahun 1969, perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan
oleh dua negara atau lebih, yang bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum
tertentu.
5. Dalam arti etis normatif, setiap subjek pembuat perjanjian hendaknya secara moral dan
hukum benar-benar bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya.
6. Pendapat Accademy of Sciences of USSR, suatu per-janjian Internasional adalah suatu
persetujuan yang dinyatakan secara formal antara dua atau lebih negara-negara
mengenai pemantapan, perubahan atau pembatasan dari pada hak-hak dan kewajiban
mereka secara timbal balik.
2. Menurut Isinya
1. Segi Politis, seperti pakta pertahanan dan pakta perdamaian. Contoh: Nato
2. Segi Ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan. Contoh: CGI, IMF,
World Bank
3. Segi Hukum, seperti status kewarganegaraan (Indonesia–RRC), ekstradisi
4. Segi Batas Wilayah, seperti laut teritorial, batas daratan
5. Segi Kesehatan, seperti masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit
4. Menurut Fungsinya
1. Perjanian yang membentuk hukum (law making treaties)
yaitu suatu perjanian yang melakukan ketentuan atau kaidah hukum bagi
masyarakat internasional secara keseluruhan (bersifat multilateral). Perjanjian ini
bersifat terbuka bagi pihak ketiga. Contoh: Konferensi Wina tentang hubungan
diplomatik. Konvensi Montego tentang Hukum Laut Internasional
2. Perjanjian yang bersifat khusus (treaty contract)
yaitu perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang
mengadakan perjanjian saja (perjanjian bilateral). Contoh: Perjanjian antara RI dan
RRC mengenai Dwi Kewarganegaraan tahun 1955, perjanjian batas wilayah
TAHAPAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
1. Perundingan (Negotiation)
2. Perundingan merupakan perjanjian tahap pertama antara pihak/negara tentang
objek tertentu. Sebelumnya diadakan penjajakan terlebih dahulu atau pembicaraan
pendahuluan oleh masing-masing pihak yang berkepentingan.
3. Dalam melaksanakan negosiasi, suatu negara dapat diwakili oleh pejabat yang dapat
menunjukkan surat kuasa penuh (full powers). dapat dilakukan juga oleh menteri
luar negeri atau duta besar.
2. Penandatanganan (Signature)
1. Lazimnya penandatanganan dilakukan oleh para menteri luar negeri (Menlu) atau
kepala pemerintahan.
2. Untuk perundingan yang bersifat multilateral, penandatanganan teks perjanjian
sudah dianggap sah jika 2/3 suara peserta yang hadir memberikan suara, kecuali jika
ditentukan lain.
3. Pengesahan (Retification)
1. Suatu negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila telah
disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya.
2. Penanda-tanganan atas perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus
dikuatkan dengan pengesahan dinamakan ratifikasi.
Istilah diplomatik (diplomacy), dalam hubungan internasional ”berarti sarana yang sah
(legal), terbuka dan terang-terangan yang digunakan oleh sesuatu negara dalam
melaksanakan politik luar negerinya”. Untuk menjalin hubungan diantara negara-negara
itu, biasanya negara tersebut saling menempatkan perwakilannya (Keduataan atau
Konsuler).
DIPLOMATIK
Adalah sarana yang sah/legal, terbuka dan terang - terangan yang digunakan oleh suatu
negara dalam melaksanakan politik luar negrinya
Asas keanggotaan ASEAN adalah terbuka. ASEAN memberi kesempatan kerja sama kepada
negara-negara lain.
Pembentukan ASEAN, didasarkan pada prinsip-prinsip :
1. Saling mengormati terhadap kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah
nasional dan identitas nasional setiap negara,
2. Mengakui hak setiap bangsa untuk penghidupan nasional yang bebas dari campur
tangan luar, subversif dan intervensi dari luar,
3. Tidak saling turut campur urusan dlm negeri masing-masing,
4. Penyelesaian perbedaan atau pertengkaran dan persengketaan secara damai,
5. Tidak mempergunakan ancaman (menolak penggunaan kekuatan) militer, dan
6. Menjalankan kerjasama secara efektif antara anggota.
STRUKTUR ASEAN
Sekretariat ASEAN berada di Jakarta yg dipimpin oleh Sekretariat Jenderal atas dasar
pengangkatan oleh para Menteri Luar Negeri secara bergilir, dengan masa jabatan selama 2
(dua) tahun.
KTT Asia-Afrika disebut juga Konferensi Bandung, mrp konferensi tingkat tinggi antara
negara-negara Asia dan Afrika, kebanyakan dari negara yang baru saja memperoleh
kemerdekaan.
Diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India
dan Pakistan yang dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Roeslan Abdulgani.
Berlangsung dari tgl. 18 s.d. 24 April 1955, di Gedung Merdeka Bandung (Indoensia) dengan
tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan
”kolonialisme” atau ”neokolonialisme” Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis
lainnya.
Dasasila Bandung adalah 10 (sepuluh) poin hasil pertemuan KTT AA yang dilaksanakan pada
bulan April 1955 di Bandung. Dengan substansi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi
kedamaian dan kerjasama dunia"
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di
dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
2. Menghormati kedaulatan & integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun
kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam persoalan-persoalan dalam
negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara individu
maupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, (b) Tidak melakukan
campur tangan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum, ataupun lain-
lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan
Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional