Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN INTERNASIONAL KELAS XI,SEM.

HUBUNGAN INTERNASIONAL KELAS XI,SEM.2


A. PENDAHULUAN
1.    Manusia adalah makhluk sosial, sehingga memiliki kecenderungan untuk bergaul dan bekerja
sama dengan manusia lainnya. Kecenderungan berkelompok dan bekerja sama dengan manusia
lain juga didorong oleh naluri untuk memenuhi kebutuhannya baik secara lahiriah maupun
batiniah.
2.    Sebagai bangsa, manusia tak mungkin hidup tanpa menjalin hubungan dengan bangsa lain.
3.    Lahirnya era keterbukaan mendorong lahirnya era globalisasi, yang imbasnya adalah
a.    Hubungan antarbangsa makin erat karena pada era ini kemajuan teknologi informasi makin
pesat, sehingga hubungan antarwarga dunia tak dapat dibatasi oleh apapun.
b.   Ketergantungan antarnegara makin tinggi, sehingga kebijakan domestic suatu Negara (bangsa)
tak bisa dilepaskan begitu saja dari pertimbangan pandangan internasional.
c.    Karena ketergatungan antarnegara makin tinggi serta hubungan makin erat, maka tidak dapat
dihindari efek negatifnya, yaitu gesekan kepentingan antarnegara yang satu dan Negara yang
lain. Untuk itu, perlu diadakan hubungan internasional guna menyelesaikan masalah-masalah
tersebut dengan menentukan pola hubungan yang jelas.
d.   Bangsa Indonesia perlu menetapkan pola hubungan dengan bangsa lain dengan landasan yang
kokoh baik landasan formal maupun material, sehingga kepentingan nasional tetap
dikedepankan. Dengan demikian, dalam percaturan internasional, bangsa kita tetap kokoh dan
tidak mudah terombang-ambing serta menjadi subjek dan bukan menjadi objek.
B. Makna Hubungan Internasional
1.    Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan antarbangsa mutlak dilakukan oleh Negara manapun di dunia karena pada zaman
modern ini, mustahil suatu bangsa mampu mencukupi semua kebutuhannya tanpa bantuan dari
Negara lain. Terlebih dengan lahirnya era globalisasi, batas-batas wilayah Negara hanya
bermakna politis belaka. Untuk itu, perlu dirumuskan definisi hubungan internasional, sehingga
hubungan internasional bisa berjalan secara tertib sesuai dengan yang diharapkan, yaitu
memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang menjalin hubungan.
a.    Menurut Restra (Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia),
hubungan internasional dirumuskan sebagai hubungan antarbangsa dalam segala aspeknya yang
dilakukan oleh suatu Negara untuk mencapai kepentingan nasional Negara tersebut.
b.   Menurut Charles A. Mc. Clelland, hubungan internasional adalah studi tentang keadaan
relevan yang mengelilingi interaksi.
c.    Menurut Warsito Sunaryo, hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara
jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang
mengelilingi interaksi.
d.   Menurut Drs. Suwardi Wiraatmadja, M.A., hubungan internasional lebih luas dari politik
internasional. Politik internasional membahas keadaan atau soal-soal politik di masyarakat
internasional dalam arti sempit, sedangkan hubungan internasional mencakup segala macam
hubungan antarbangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat internasional.

2.    Komponen-komponen yang harus Ada dalam Hubungan Internasional


a.    Politik internasional (international politics)
b.   Studi tentang peristiwa internasional (the study of foreign affair)
c.    Hukum internasional (international law)
d.   Organisasi administrasi internasional (international organization of administration).
3.    Bentuk dari Hubungan Internasional
Bentuk dari hubungan internasional dapat berupa hubungan-hubungan, yaitu sebagai berikut:
a.    Hubungan individual, berbentuk kontak-kontak pribadi yang didasari oleh kepentingan
individual, misalnya hubungan pedagang antarnegara yang mengadakan transaksi jual-beli,
mahasiswa yang belajar di Negara lain, kunjungan wisatawan, dan lain-lain.
b.   Hubungan antarkelompok¸dapat berbentuk hubungan antarlembaga keagamaan, sosial, lembaga-
lembaga ekonomi, dan perdagangan antarnegara.
c.    Hubungan antarnegara, biasanya melibatkan kepentingan nasional atau kepentingan yang
sifatnya lebih luas, misalnya kerja sama ekonomi, politik, kebudayaan, ataupun hankam.
4.    Bentuk dari Hubungan Internasional
a.    Asas teritorial.
Asas ini didasarkan pada kekuasaan Negara atas daerahnya. Menurut asas ini, Negara
melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya.
b.   Asas kebangsaan.
Asas ini didasarkan pada kekuasaan Negara untuk seluruh warga Negaranya, sehingga setiap
warga Negara di mana pun berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya.
c.    Asas kepentingan umum.
Asas ini didasarkan pada wewenang Negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, Negara dapat menyesuaikan diri dengan semua
keadaan dan peristiwa yang bersangkut-paut dengan kepentingan umum.
d.   Asas persamaan harkat, martabat, dan derajat.
Hubungan antarbangsa hendaknya didasarkan atas asas bahwa Negara-negara yang berhubungan
adalah Negara yang berdaulat. Oleh karena itu, harus dijunjung tinggi harkat dan martabatnya
oleh setiap Negara yang berhubungan agar terwujud persamaan derajat, sehingga saling
menghormati dan menjaga hubungan baik dan saling menguntungkan.
e.   Asas keterbukaan.
Dalam hubungan antarbangsa perlu diadakan keterbukaan dari kedua bela pihak, sehingga setiap
Negara paham akan manfaat dari hubungan itu.
5.    Maksud dan Tujuan Hubungan Internasional
Menurut Kartasasmita, hubungan internasional dimaksudkan untuk
a.    Mempererat hubungan antarnegara yang satu dengan Negara yang lain
b.   Mengadakan kerja sama dalam rangka saling membantu,
c.    Menjelaskan dan menegakkan kedaulatan dan batas-batas wilayah,
d.   Mengadakan perdamaian dan perundingan pakta nonagresi,
e.   Mengadakan hubungan dagang atau ekonomi sesuai dengan kepentingan masing-masing.
6.    Pentingnya Hubungan Internasional
Faktor-faktor yang mendorong timbulnya hubungan internasional, antara lain sebagai berikut:
a.    Faktor internal yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya, baik melalui
kudeta maupun intervensi dari Negara lain. Biasanya, sifat dari hubungannya menyangkut
bidang pertahanan dan keamanan, meisalnya membentuk pakta pertahanan.
b.   Faktor eksternal yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapa dimungkiri bahwa suatu Negara
tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari Negara lain. Ketergantungan antara Negara satu
terhadap Negara lain bisa menyangkut bidang ekonomi, sosial budaya, hukum, politik, atau
pertahanan keamanan.
C. Perjanjian Internasional
1.    Pengertian Perjanjian Internasional

a.       Oppenheim-Lauterpacht
Perjanjian Internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan
kewajiban di antara pihak-pihak yang mengadakannya.

b.      Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.


Perjanjian internasional adalah perjanjian yang di adakan antarbangsa yang bertujuan untuk
menciptakan akibat-akibat hukum tertentu.

c.       G. Schwarzenbenger
Perjanjian internasional adalah persetujuan antara subjek-subjek internasional yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hak internasional, dapat berbentuk
bilateral ataupun multilateral.

d.      Konvensi Wina Tahun 1969


Perjanjian internasional adalah perjanjian yang di adakan oleh dua Negara atau lebih yang
bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu.

2.    Beberapa Istilah yang Sering Digunakan dalam Perjanjian Internasional


a.       Traktat adalah perjanjian internasional yang isinya bersifat politik. Perjanjian ini menyangkut
kepentingan kedaulatan Negara yang memerlukan persetujuan parlemen.
b.      Konvensi adalah persetujuan formal yang bersifat mengikat dan dibuat bersama oleh beberapa
Negara. Untuk menandatangani konvensi, tidak perlu meminta persetujuan parlemen.
c.       Protokol yaitu berita acara mengenai hasil suatu kongres yang masing-masing ditandatangani
oleh wakil-wakil Negara peserta.
d.      Program adalah perjanjian internasional yang menciptakan hukum internasional yang bersifat
konstitutif.
e.      Deklarasi adalah pernyataan bersama mengenai suatu masalah dalam bidang hukum, politik,
dan ekonomi.
3. Klasifikasi Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional dapat di bedakan sebagai berikut :
a)      Menurut Subjeknya
Menurut subjeknya, perjanjian internasional dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut :
1)      Perjanjian antarnegara yang di lakukan oleh banyak Negara yang merupakan subjek hukum
internasional
2)      Perjanjian internasional di antara Negara dan subjek hukum internasional membentuk hukum
lainnya, seperti antara Tahta Suci Vatikan dan MEE
3)      Perjanjian antarsesama subjek hukum internasional selain kerja sama MEE dan ASEAN
b)      Menurut proses pambentukannya
Menurut prosese pembentukannya, perjanjian internasional di9 bedakian menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
1)      Perjanjian yang bersifat penting, yaitu perjanjian yang di buat melalui proses perundingan,
penandatanganan, dan ratifikasi
2)      Perundingan yang bersifat sederhana, yaitu perjanjian yang di buat melalui dua tahap, yakni
perundingan dan penandatanganan.
c)       Menurut isinya
Menurut isinya perjanjian internasional mencakup empat bidang, yaitu sebagai berikut :
1)      Bidang politik seperti fakta pertahanan dan fakta perdamaian.
Contoh : NATO, SEATO, ANZUS
2)      Bidang ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan
Contoh : CGI, IMF, IBRD
3)      Bidang hukum, seperti status keungan
Contoh : Antara Indonesia dan RRC serta perjanjian akstradisi
4)      Bidang batas wilayah, seperti laut territorial dan batas alam daratan
5)      Bidang kesehatan, seperti masalah karantina penanggulangan wabah dan penyakit AIDS
d)      Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, perjanjian internasional terdiri atas perjanjian yang membentuk hukum dan
perjanjian yang bersifat khusus.
1)      Perjanjian yang membentuk hukum ( Law Making Treaties ) adalah suatu perjanjian yang
meletakkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum masyarakat internasional secara
keseluruhan ( bersifat multirateral ). Perjanjian itu bersifat terbuka bagi pihak ke tiga.
Contohnya, Konvensi Wina tahun 1958 tentang hubungan diplomatic dan Konvensi Hukum Laut
Internassonal tahun 1982
Contohnya konvensi Wina tahun 1958 tentang hubungan diplomatic dan Konvensi Hukum Laut
Internasional tahun 1982.
2)      Perjanjian yang bersifat khusus (treaty contract) ialah perjanjian yang meimbulkan hak dan
kewajiban bagi Negara-negara yang mengadakan perjanjian (perjanjian bilateral).
Contohnya perjanjian antara RI dan RRC tentang dwi kewarganegaraan tahun 1955 dan
perjanjian mengenai batas wilayah.
4. Proses pembuatan perjanjian Internasional
Menurut konvensi wina 1969, perjanjian internasional baik bilaterial maupun multilateral
dilakukan melalui tiga tahap,yaitu sebagai berikut:
a. Perundingan ( negotiation )
tahap pertama dari suatu perjanjian antarnegara adalah pembicaraan pendahuluan
sebagai penjajakan untuk mendapatkan kesepakatan dari masing-masing pihak yang
berkepentingan. Dalam tahap ini,Negara dapat diwakili oleh pejabat yang memiliki surat kuasa
punuh ( full powers ) atau langsung kepada Negaraatau kepala pemerintahan,materi luar negeri,
dab duta besar sesuai dengan tingkatan perjanjian antarnegara tersebut.
b. Penandatanganan ( signature )
Setelah tahap perundingan mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak, maka
dilanjutkan dengan penandatanganan sebagai tindakan formal pengesahan. Penandatangan
biasanya dilakukan oleh kepala Negara atau materi luar negeri. Untuk perjanjian
multiaterel,perjanjian sah apabila ditandatangani oleh minimal peserta yang hadir, kecuali jika
ada ketentuan lain yang mengatur.
c. Pengesahan ( ratification )
Suatu perjanjian dapat mengikat bagi suatu Negara apabila sudah dapatkan ratifikasi.
Ratifikasi ( pengesahan ) perjanjian internasional ada tiga macam, yaitu
1). Ratifikasi oleh lembaga eksekutif ( pemerintahan ), system ini biasanya dilakukan oleh raja
yang otoriter.
2). Ratifikasi oleh lembaga legislatif ( perlemen atau DPR ), system in jarang
digunakan.
3). Ratifikasi oleh lembaga eksekutif dan legislatif ( sistem campuran ) , sistem ini banyak
digunakan karena selain disetujui eksekutif juga di mintakan persetujuan parlamen sebagai
representatif dari rakyat.
d. Mulai berlakunya perjanjian internasional
menurut konvensi wina 1969 perjanjian internasional mulai berlaku
1). Pada saat sesuai dengan yang tertera atau ditentukan dalam naskah perjanjian tersebut.
2). Pada saat peserta perjanjian mengikatkan diri ( ratifikasi ), pada perjanjian itu bila dalam
naskah tidak disebutkan berlakunya.
e. Pembatalan perjanjian
Menurut Konvensi Wina 1969, pembatalan dilakukan apabila
1). Adanya pelanggaran terhadap hukum nasionalnya dari Negara peserta atau wakil kuasa
hukum,
2). Adanya unsure kesalahan pada saat perjanjian tersebut dibuat.
3). Adanya unsure penipuan dari Negara peserta tertentu dari Negara peserta lainnya pada
pembuatan perjanjian.
4). Terdapat kecurangan penyalahgeraan baik secara langsung maupun tidak langsung kapada
Negara peserta tertentu.
5). Terdapat unsure paksaan baik berupa ancaman maupun tindak kekerasan terhadap Negara
peserta tertentu.
6). Terdapat ketentuan perjanjian yang bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional.
f. Berakhirnya perjanjian Internasional
Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, berakhirnya perjanjian internasional karena .
1). Telah tercapai tujuan perjanjian tersebut
2). Perjanjian internasional tersebut telah habis masa berlakunya
3). Salah satu pihak peserta perjanjian punah karena Negara peserta tersebut hancur
akibat perang atau bencana alam.
4). Adanya persetujuan dari Negara peserta untuk mengakhiri perjanjian
5). Adanya perjanjian baru antara peserta yang mengakibatkan tidak berlakunya
perjanjian terdahulu.
d. Perwakilan Negara dalam Hubungan Internasional
Hubungan antarnegara pada dasarnya adalah hubungan hukum, yang berarti hubungan
tersebut melahirkan hak dan kewajiban antarsubjek hukum yang saling berhubungan. Untuk
menjalin hubungan di antara Negara-negara itu, biasanya Negara tersebut saling menepatkan
perwakilannya.
1. Perwakilan Diplomatik
Syarat pertukaran atau pembukaan perwakilan diplomatik ataupun konsuler dengan
Negara lain antara sebagai berikut:
a. adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang mau mengadakan pertukaran diplomatik
atau konsuler. Kesepakatan itu di tuangkan dalam bentuk persetujuan bersama ( joint
agreement )
b. Prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku, yaitu setiap Negara dapat melakukan
hubungan atau pertukaran perwakilan diplomatik berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang
berlaku dan prinsip timbal balik atau resiprositas
2. Tugas Perwakilan Diplomatik
a. Representasi,yaitu selain untuk mewakili pemerintahan negaranya ia juga dapat melakukan
protes,mengadakan penyelidikan suatu perkara dengan pemerintahan Negara penerima, ia
mewakili kebijakan politik pemerintahan negaranya
b. Negosiasi, yaitu mengadakan perundingan atau pembicaraan baik dengan Negara dimana ia
diakreditasi maupun di Negara lain.
c. Observasi, yaitu untuk menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di Negara
penerima yang mungkin dapat mempengaruhi kepentingan Negara
d. Proteksi, yaitu untuk melindungi pribadi, harta benda, dan kepentingan-kepentingan warga
negaranya yang berada di luar negari.
e. Persahabatan,yaitu untuk meningkatkan hubungan persahabatan antara Negara-negara
pengirim dan Negara penerima, baik di bidang ekonomi, kebudayaan maupun ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3. Fungsi Perwakilan Diplomatik
a. Mewakili Negara pengirim di dalam Negara penerima
b. Melingdungi kepentingan Negara pengirim oleh warga negaranya di Negara penerima dalam
batas-batas yamg di izinkan oleh hukum internasional.
c. mwngadakan persetujuan dengan pemerintah Negara penerima.
d. Memberikan keterangan tenteng kondisi dan perkembangan Negara penerima sesuai dengan
undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah Negara pengirim.
e. Memelihara hubungan persahabatan antarkedua Negara.
4. Perangkat Perwakilan Diplomatik
a. Duta besar berkuasa penuh
adalah tingkat tertinggi dalam perwakilan diplomatik yang mempunyai kekuasaan yang penuh
dan luar biasa
b. Duta
Adalah wakil diplomatik yang pangkatnya yang lebih rendah dari duta besar. Dalam
menyelesaikan segala persoalan kedua Negara. Duta harus berkunsultasi dengan pemerintahanya
c. Menteri Residen
Seorang menteri residen dianggap bakan wakil pribadi kepala Negara. Dia hanya mengurus-
urus Negara. Menteri residen pada dasarnya tidak berhak mengadakan pertemuan dengan kepala
Negara di mana ia bertugas.
d. Kuasa Usaha
kuasa usaha yang tidak diperbantukan kepada kepala Negara dapat di bedakan atas :
1). Kuasa Usaha tetap, menjabat kepala dari suatu kepala perwakilan
2). Kuasa usaha sementara, yang melaksanakan pekerjaan kapala perwakilan, ketika pejabat yang
bersangkutan belum atau tidak berada di tempat.
3). Atase-Atase
Adalah pejabat pembantu dari duta besar berkuasa penuh.
Atase terdiri dari atas dua bagian, yaitu :
a. Atase Pertahan
Atase ini dijabat oleh seorang perwira militer yang di perbantukan oleh Departemen luar
negeri dan di tempatkan di kedutaan besar Negara bersangkutan dan di beri kedudukan sebagia
seorang diplomat.
b. Atase Teknis
Atase ini dijabat seorang pegawai negeri sipil tertentu yang tidak berasal dari lingkungan
Departemen Luar negeri dan di tempatkan di salah satu kedutaan besar untuk membantu duta
besar. Misalnya, atase perdagangan, perindustrian, pendidikan, dan kebudayaan.
5. Perwakilan Konseler
Konsul adalah petugas di wilayah Negara lain, tetapi bukan petugas perurutan diplomatic.
Konsul tidak melakukan hubungan resmi antar Negara. Konsul bertugas untuk me melindungi
kepentingan komersial Negara yang menunjukanya. Di samping itu, konsul juga di bebani tugas
tambahan untuk melayani kepentingan warga Negara dari Negara yang menunjuknya, seperti
eksekusi akta notaris, memberi paspor, meresmikan perkawi nan,dan melakukan yurisdiksi
disipliner awak kapal negaranya.
a. Penunjukan konsul
dulu konsul dipilih dari dan oleh para pedagan yang tinggal di Negara tempat ia bertugas.
Saat ini, berdasarkan konvensi wina, konsul ditunjuk oleh Negara yang kepentingannya di urus
konsul tersebut. Penunjukan konsul suatu Negara di Negara lain dilakukan berdasarkan
persetujuan timbal balik Negara yang bersangkutan. Penunjukan konsul tidak di sertai dengan “
Letters of crederce”. Penunjukan itu di beritahukan kepada Negara penerima. Negara penerima
dimohonkan memberi “Exequatur”, yakni otorisasi untuk menjalankan tugas konsul. Sebelum
mendapatkan exequatur konsul tidak melakukan tugasnya.
Persetujuan mengadakan hubungan diplomatic biasa mencakup juga persetujuan mengedarkan
hubungan konsuler antara Negara-negara yang berangkutan.
b. Tingkat-tingkat Perwakilan Konsuler
Pada perwakilan konsuler terdapat jenjang kepangkatan, yaitu:
1). Konsul jenderal
2). Konsul
3). Konsul muda,
4). Pembantu-pembantu konsul ( consul Agencies )
Tugas konsul selanjutnya adalah menggikat kepentingan dan mengumpulkan informasi
dagangan,kerajingan tangan, pertanian, kesenian, dan pelajaran dari Negara pengirim maupun
kapal-kapal dari negaranya yang berada di Negara kedudukannya. Tugas selain itu adalah
mengurus kelahiran, perkawinan, dan kematian warga Negara yang ada di Negara
kedudukannya, mengurusi paspor, visa dll.
c. Fungsi Perwakilan Konsuler
Fungsi perwakilan konsuler menurut konvensi wina pasal 5 adalah sebagia berikut:
1). Melindungi kepentingan Negara dan warga Negara pengirim di Negara penerima,baik
Secara individu maupun badan-badan resmi ( yayasan, perusahaan, lembaga kenegaraan ) dalam
batas yang di izinkan oleh hukum internasional.
2). Melanjutkan dn mempertimbangkan hubungan perdagangan, ekonomi, kebudayaan, dan ilmu
pengetahuan antaranegara penerima dan Negara pengirim. Selain itu juga memelihara hubungan
persahabatan antara dua Negara tersebut, sesuian dengan ketentuan konvensi wina
3).Memberikan keterangan yang diizinkan undang-undang tentang kongsi dan perkembangan
kehidupan perdagangan, ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan Negara penerima, serta
melaporkan hal tersebut kepada pemerintahannya memberikan informasi kepada orang-orang
yang berminat.
4). Memberikan paspor atau dokumen perjalanan kepada warga Negara pengirim dan visa atau
dokumen yang berhubungan dengan itu kepada orang-orang yang ingin mengunjungi Negara
pengirim.
5). Membantu dan menolong warga Negara, baik sebagai individu atau badan-badan dari Negara
pengirim.
6). Bertindak sebagai notaris dan mencatat sipil atau dalam kapasitas semacam itu dan
menyelenggarakan fungsi yang bersifat administrative tertentu sepanjang hal tersebut tidak
bertentangan dengan undang-undang dan ketentuan-ketentuan Negara penerima.
7). Mejaga kepentigan warga Negara, baik sebagai individu maupun badan-badan dari Negara
pengirim mengenai pewarisan dalam masalah kematian di daerah dari Negara pengirim sesuai
dengan undang-undang dari Negara penerima.
8). Menjaga dalam batas-batas yang diizinkan undang-undang dan ketentuan Negara penerima
kepentingan orang yang belum dewasa dan orang lain yang tidak mempunyai wewenang penuh
yang menjadi warga Negara dari Negara pengirim, khususnya kepada seseorang.
9). Bertindak sebagai subjek dalam praktik dan prosedur pengadilan atau badan-badan lainnya di
Negara penerima dan mewakili atau mengatur perwakilan bagi warga Negara dari Negara
pengirim untuk tujuan peradilan sesuai dengan undang-undang dan ketentuan dari Negara
penerima. Mengadakan tindakan sementara untuk menggunakan atau memperoleh hak-hak dan
kepentingan dari warga Negara pengir im apa bila karena suatu hal absen dan seorang warga
Negara tidak dapat dtang pada waktu yang ditentukan untuk membela hak-hak dan
kepentingannya.
10). Memberikan dokumen yuridis dan ekstrayuridis atau surat pelaksana atau surat otentik untuk
dipergunakan sebagai bukti di pengadilan di Negara pengirim sesuai dengan persetujuan
internasional yang sedang belaku. Apabial tidak ada persetujuan yang demikian asal sesuai
dengan undang-undang atau ketentuan yang sejajar atau disamakan dengan undang-undang dan
ketentuan-ketentuan yang ada di Negara penerima.
11). Mengadakan kewajiban supervisi dan pengawasan sesuai dengan undang-undang atau
ketentuan dari Negara pengirim dalam hubungan dengan kapal-kapal yang berkebangsaan
Negara dan pesawat-pesawat terbang yang didaftar di Negara pengirim dan yang bersangkut-
paut dengan anak buahnya.
12). Memberikan bantuan kepada kapal dan pesawat terbang, sebagaimana tersebut dalam butir 11,
dengan anak buahnya, membuat pengumuman mengenai perjalan kapal-kapal memeriksa surat-
surat kapal dan tanpa prasangka terhadap pejabat dari Negara penerima memperkenalkan
pemeriksaan atau penyelidikan apabila ada insiden selama perjalanan dan mengadakan tindakan-
tindakan antara pimpinan, perwira, dan anak buah dari kapal-kapal sepanjang wewenang itu
diberikan oleh undang-undang dan ketentuan-ketentuan Negara pengirim.
13). Menunjukan atau melakukan fungsi lain dipercayakan kepada perwakilan konsuler yang
diberikan Negara pengirim yang tidak dilarang dan tiding bertentangan dengan undang-undang
dan ketentuan Negara penerima dan apabila tidak ada keberatan dari Negara penerima atau tidak
bertentangan dengan persetujuan internasional yang sedang belaku antara Negara pengirim dan
Negara penerima.
d. Hak-Hak Perwakilan Konsuler
Konsul juga mempunyai privilllege ( hak-hak istimewa ) dan immunitas ( kebebasan ), tetapi
sifatnya terbatas. Biasanya hanya mengenai dirinya dan stafnya, sedangkan anggota perwakilan
diplomatik mempunyai kekebalan penuh. Hak-hak dan kekebalan konsul terbatas pada.
1). Kekebalan surat-menyurat resmi ( tanpa disensor ) dan begitu pula arsip-arsipnya.
2). Pembebasan pajak setempat
3). Hak menggunakan perwira sandi
4) pembebasan kewajiban hadir dalam sidang pengandilan, tetapi hanya terbatas pada hal-hal yang
berhubungan dengan dinasnya.
5). Mempunyai hak kewajiban langsung dengan Negara yang mengangkatnya
e. Berakhirnya Tugas Konsul
Putusnya hubungan diplomatik antara Negara pengirim dan Negara penerima tidak selalu berarti
putusnya hubungan konsuler antara dua Negara yang bersangkutan. Berakhirnya tugas konsuler
dari anggota kantor konsulat dapat terjadi antara lain karena.
1). pemberitahuan Negara pengirim kepada Negara penerima bahwa tugas pejabat tersebut sudah
berakhir.
2). Pemberitahuan Negara penerima kepada Negara pengirim bahwa Negara penerima tidak lagi
menganggap pejabat tersebut sebagai anggota kantor konsulat.
3). Negara penerima menarik kembali otorisasi untuk menjalankan tugas konsul ( exequatur )
yang telah di berikan.
Kebijakan politik luar negeri dipengaruhi oleh faktor dalam negeri dan faktor luar negeri.
Faktor dasar yang mempengaruhi kebijakn politik luar negeri adalah:
1. Faktor dalam negeri
Faktor dalam negeri yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri
beranekaragam. Misalnya, sistem pemerintahan, keadaan wilayah, tujuan nasional
negara, kepentingan negara dan ideologi bangsa. Disamping itu terjadinya pergantian
pemimpin pemerintahan juga mempengaruhi kebijakan politik luar negeri. Setiap
pemimpin pemerintahan mempunyai kebijakan sendiri terhadap politik luar negeri.
2. Faktor luar negeri
Faktor luar negeri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kebijakan politik luar
negeri suatu negara, globalisasi memudahkan hubungan negara satu dengan negar
lain. Adanya perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi yang pesat,
memudahkan kita mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara lain. Dengan
globalisasi, setiap negara dituntut melakukan hubungan dengan negara lain.
Hubungan yang dilakukan antarnegara tidak lepas dari kepnetingan negara masing-
masing. Kepentingan negara ini akan mempengaruhi kebijakan luar negeri negara
tersebut.

Politik luar negeri Indonesia


Telah disebutkan diatas bahwa setiap negara mempunyai kebijakan politik luar negeri sendiri
tergantung pada tujuan nasional negara. Demikian juga dengan politk luar negeri indonesia yaitu
bebas aktif. Bebas, artinya negara indonesia tidak memihak salah satu blok kekuatan yang ada di
dunia. Aktif artinya negara indonesia selalu aktif dalam menciptakan perdamian dunia serta aktif
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan internasional.

Kebijakan plitik luar negeri indonesia bebas aktif akan menentukan kualitas hubungan indonesia
dengan negara-negara lain di dunia. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan diplomasi oleh
pejabat yang disebut diplomat. Tugas diplomat yaitu menghubungkan kepentingan nasional
bangsa indonesia dengan dunia internasional. Seorang diplomat tinggal dan menetap di negara
lain sebagai wakil dari negara indonesia dengan menjalankan kebijakan yang telah di tentukan
oleh pemerintah indonesia.

Anda mungkin juga menyukai