Treaty Contract : Pengertian treaty contract adalah perjanjian yang hanya mengikat
pihak-pihak yang melakukan atau mengadakan perjanjian.
Contohnya perjanjian treaty contract :
Law Making Treaty : Pengertian law making treaty adalah perjanjian yang akibatakibatnya menjadi dasar ketentuan atau kaidah hukum internasional.
Contohnya perjanjian law making treaty : Konvensi Jenewa 1949 tentang
perlindungan bagi korban perang, konvensi wina (1961) tentang hubungan diplomatik,
konvensi tentang hukum laut tahun 1958.
Politik : Perjanjian internasional dalam segi politik adalah perjanjian yang mengenai
politik.
Contohnya : Pakta pertahanan dan perdamaian seperti NATO, ANZUS, dan SEATO.
Hukum : Perjanjian internasional dalam segi hukum adalah perjanjian yang mengenai
hukum.
Contohnya : Status kewarganegaraan
4. Macam-Macam
Pembentukannya
Perjanjian
Internasional
Berdasarkan
Prosesi
Tahapan
Perjanjian Bersifat Penting : perjanjian bersifat penting adalah perjanjian yang dibuat
dengan melalui proses perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi.
Perjanjian antar banyak Negara yang merupakan sumber subjek hukum internasional.
Perjanjian antar sesama subjek hukum internasional selain dari negara yaitu perjanjian
yang dilakukan antar organisasi-organisasi internasional lainnya.
Contohnya : ASIAN dan MEE
HUBUNGAN INTERNASIONAL
2. Asas Kebangsaan
Artinya bahwa dimanapun seseorang berada, selama seseorang masih menjadi warga
negara suatu negara, maka orang tersebut masih tetap berada dibawah hukum
negaranya tersebut.
3. Asas Kepentingan Umum
Artinya bahwa suatu negara dapat menyesuaikan diri terhadap semua keadaan untuk
membela kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat secara kaku pada batas-batas
wilayah nasional suatu negara.
III. Sarana-Sarana Hubungan Internasional
Suatu hubungan internasional antar negara dapat berlangsung dengan baik jika melalui
pedoman-pedoman dan tatacara tertentu yang disepakati bersama baik secara tertulis maupun
tidak tertulis.
1. Diplomasi
Diplomasi dapat diartikan sebagai proses komunukasi antarpelaku hubungan
internasional untuk mencapai tujuan bersama atau kesepakatan tertentu. Diplomasi
sendiri biasanya dilakukan oleh instrumen-instrumen hubungan internasional yaitu
kementrian luar negeri dan perwakilan diplomatik.
Seorang wakil diplomatik (diplomat) yang dikirim ke luar negeri mempunyai tiga
fungsi utama, yaitu sebagai lambang negara pengirim, sebagai wakil yuridis yang sah
menurut hukum dan hubungan internasional, dan sebagai wakil diplomatik di negara
penerima.
2. Negosiasi
Negosiasi disebut juga dengan perundingan. Negosiasi (perundingan) dalam
hubungan internasional dapat diartikan sebagai proses interaksi antar pelaku
hubungan internasional untuk untuk berusaha menyelesaikan tujuan masing-masing
yang berbeda dan saling bertentangan.
3. Lobby
Lobby adalah kegiatan politik internasional yang dilakukan untuk mempengaruhi
negara lain agar sesuai dengan kepentingan negara yang melakukan lobby.
dipilih dari negara-negara anggota. Selama periode dua minggu awal setiap sesi, semua
anggota memiliki kesempatan untuk berpidato di hadapan majelis. Biasanya Sekretaris
Jenderal melakukan pidato pertama, diikuti oleh pimpinan dewan. Sidang pertama diadakan
pada tanggal 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall di London, dan dihadiri oleh wakil
dari 51 negara.
Dewan Keamanan
Dewan Keamanan ditugaskan untuk menjaga perdamaian, dan keamanan antar negara.[16] Jika
organ-organ lain dari PBB hanya bisa membuat 'rekomendasi' untuk pemerintah negara anggota,
Dewan Keamanan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang mengikat bahwa
pemerintah negara anggota telah sepakat untuk melaksanakan, menurut ketentuan Piagam Pasal
25.[17] Keputusan Dewan dikenal sebagai Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dewan Keamanan terdiri dari 15 negara anggota, yang terdiri dari 5 anggota tetapTiongkok,
Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikatdan 10 anggota tidak tetap, saat ini, Bosnia dan
Herzegovina, Brasil, Kolombia, Gabon, Jepang, Jerman, India, Lebanon, Nigeria, Portugal, dan
Afrika Selatan.[18] Lima anggota tetap memegang hak veto terhadap resolusi substantif tetapi
tidak prosedural, dan memungkinkan anggota tetap untuk memblokir adopsi tetapi tidak
berkuasa untuk memblokir perdebatan resolusi tidak dapat diterima untuk itu. Sepuluh kursi
sementara diadakan selama dua tahun masa jabatan dengan negara-negara anggota dipilih oleh
Majelis Umum secara regional. Presiden Dewan Keamanan diputar secara abjad setiap bulan.
Sekretariat
dari Kofi Annan pada tahun 2007, dan akan memenuhi syarat untuk pengangkatan kembali
ketika masa jabatan pertamanya berakhir pada tahun 2011. [19]
Dibayangkan oleh Franklin D. Roosevelt sebagai "moderator dunia", posisi ini ditetapkan
dalam Piagam PBB sebagai "kepala pegawai administrasi" organisasi, [20] tetapi Piagam juga
menyatakan bahwa Sekretaris Jenderal dapat membawa ke perhatian Dewan Keamanan
"setiap masalah yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan
keamanan internasional"[21], memberikan ruang lingkup yang lebih besar untuk posisi aksi di
panggung dunia. Posisi ini telah berkembang menjadi peran ganda dari administrator
organisasi PBB, dan seorang diplomat, dan mediator menangani yang sengketa antara
negara-negara anggota dan menemukan konsensus dalam menangani isu-isu global.
Sekretaris Jenderal diangkat oleh Majelis Umum, setelah direkomendasikan oleh Dewan
Keamanan, setiap anggota yang dapat memveto[22], dan Majelis Umum secara teoritis dapat
mengabaikan rekomendasi Dewan Keamanan jika suara mayoritas tidak tercapai, meskipun
smapai sekarang hal ini tidak terjadi. Pada 1996, Dewan Keamanan mengadopsi seperangkat
pedoman untuk proses seleksi yang dicetuskan oleh Duta Permanen Indonesia untuk PBB
pada waktu itu, Nugroho Wisnumurti. Pedoman Wisnumurti (Wisnumurti Guidelines) telah
mempengaruhi proses seleksi, termasuk penggunaan surat suara berkode warna untuk
memilih kandidat.[23] Tidak ada kriteria khusus untuk jabatan tersebut, tetapi selama
bertahun-tahun, telah diterima bahwa jabatan itu bisa dijabat untuk jangka satu atau dua dari
lima tahun, dan akan diangkat pada dasar rotasi geografis, dan bahwa Sekretaris-Jenderal
tidak berasal dari salah satu lima negara anggota tetap Dewan Keamanan.
Mahkamah Internasional
Pengadilan Internasional (ICJ), yang terletak di Den Haag, Belanda, adalah badan peradilan
utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikan pada tahun 1945 oleh Piagam PBB,
Pengadilan mulai bekerja pada tahun 1946 sebagai penerus ke Mahkamah Tetap Kehakiman
Internasional. Statuta Mahkamah Internasional, mirip dengan pendahulunya, adalah
dokumen utama yang merupakan konstitusional, dan mengatur Pengadilan.
Dewan Ekonomi dan Sosial
Dewan Ekonomi, dan Sosial (ECOSOC) membantu Majelis Umum dalam mempromosikan
kerjasama ekonomi, dan sosial internasional, dan pembangunan. ECOSOC memiliki 54
anggota, yang semuanya dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Presiden
dipilih untuk jangka waktu satu tahun, dan dipilah di antara kekuatan kecil atau menengah
yang berada di ECOSOC.
Lembaga Khusus
Ada banyak organisasi, dan badan-badan PBB yang berfungsi untuk bekerja pada isu-isu
tertentu. Beberapa lembaga yang paling terkenal adalah Badan Energi Atom Internasional,
Organisasi Pangan dan Pertanian, UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia.
SENGKETA INTERNASIONAL
Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum internasional
mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan satu pihak ditolak,
dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.
A.
SENGKETA INTERNASIONAL
Internasional dan pada tahun 2003 sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia.
: dapat dibenarkan jika Negara yang dikenai perbuatan reprisal bersalah melakukan kejahatan
internasional. Contohnya pemboikotan barang, embargo, demonstrasi angkutan laut.
2) Reprisal di masa perang
: perbuatan pembalasan antara pihak yang berperang dengan tujuan memaksa pihak lawan
untuk menghentikan perbuatannya yang melanggar hokum perang.
Retorasi.
: Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang tidak pantas dari Negara
lain. Contohnya pengetatan hubungan diplomatic, penghapusan hak istimewa diplomatic.
Pertikaian Senjata (Perang).
: Pertentangan yang disertai penggunaan kekerasan dengan tujuan menundukkan lawan dan
menetapkan pernyataan damai secara sepihak.
C. HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI BERDASAR PERSAMAAN DERAJAT.
Prinsip hidup berdampingan secara damai telah dirintis dalam KAA I di Bandung tanggal 1824 April 1955 menghasilkan salah satu hal penting yaitu prinsip prinsip hubungan
internasional dalam rangka memelihara dan memajukan perdamaian dunia. Prinsip prinsip
itu dikenal dengan 10 Dasa Sila Bandung. Maka dapat dikatakan bahwa setelah KAA,
penghargaan dan pengakuan HAM semakin meningkat.
Hidup berdampingan secara damai berarti adanya kerja sama maka kerja sama antar berbagai
pihak dapat terlaksana karena factor:
Ada persamaan / tujuan.
Ada ikatan moral yang bulat antara sesama anggota.
Ada persamaan derajat, hak dan kewajiban masing masing pihak yang mengikatkan diri
dalam kerja sama.
Jika terjadinya Sengketa Internasional, Bagaimana cara penyelesaiannya ?
.
Terjadinya sengketa internasional :
1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam mperjanjiann internasional.
2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional
3. Perebutan sumber-sumber ekonomi
4. Perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional.
5. Adanya intervensi terhadap kedayulatan Negara lain.
6. Penghinaan terhadap harga diri bangsa.
Cara penyelesaian Sengketa internasional
Ada dua cara penyelesaian segketa internasional, yaitu secara damai dan paksa, kekerasan
atau perang.
Penyelesaian secara damai, meliputi :
Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa internasional dengan cara menyerahkannya kepada
orang tertentu atau Arbitrator, yang dipilih secara bebas oleh mereka yang bersengketa,
namun keputusannya harus sesuai dengan kepatutan dan keadilan ( ex aequo et bono).
Prosedur penyelesaiannya, adalah :
1. Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk dua arbitrator, satu boleh
berasal dari warga negaranya sendiri.
2. Para arbitrator tersebut memilih seorang wasit sebagai ketua dari pengadilan
Arbitrase tersebut.
3. Putusan melalui suara terbanyak.
Penyelesaian Yudisial, adalah penyelesaian sengketa internasional melalui suatu pengadilan
internasional dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.
Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial. Terlebih dahulu dilakukan konsultasi dan
1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah intrnasional
dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus tersebut.
2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh Negara
tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah Internasional.
3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan, supaya
pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas persidangan Mahkamah
internasional.
4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang bersama karena
materi sama terhadap lawan yang sama.
5. Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang tidak
terlibat dalam sengketa untuk me;lakkan intervensi atas sengketa yangsedang disidangkan
bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada kemungkinan Negara tersebut
dirugikan.
Contoh Kasus Sengketa Internasional
Antara Negara Indonesia Dengan Malaysia
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas pemilikan
terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000
meter) dengan koordinat: 4652.86N 1183743.52E dan pulau Ligitan (luas: 18.000
meter) dengan koordinat: 49N 11853E. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah
ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa
ini melalui jalur hukum Mahkamah Internasional.
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam
pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata
memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua
negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo
akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata
baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai
tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia
mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh
ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Pada tahun 1969
pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.
Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC (Treaty
of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertama ASEAN di pulau Bali ini
antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk
menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak
Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim
pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikan Sabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan
Spratley di Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan
Taiwan. Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara
Brimob) melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak
Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau.
Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN dan
selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak. Dalam kunjungannya ke
Kuala Lumpurpada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan
PM Mahathir tersebut yang pernah diusulkan pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil
PM Anwar Ibrahim, dibuatkan kesepakatan Final and Binding, pada tanggal 31 Mei 1997,
kedua negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal 29
Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula Malaysia meratifikasi
pada 19 November 1997, sementara pihak mengkaitkan dengan kesehatan Presiden Soeharto
dengan akan dipergunakan fasilitas kesehatan di Malaysia.
Keputusan Mahkamah Internasional Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan
dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan
tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia.
Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara
hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim
tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh
Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan pertimbanganeffectivity (tanpa
memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu
pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata
berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap
pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an.
Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan,
serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan
tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di
selat Makassar.