Anda di halaman 1dari 13

PERJANJIAN INTERNATIONAL

A. PENGERTIAN PERJANJIAN INTERNASIONAL


Pengertian perjanjian internasional adalah suatu perjanjian atau
kesepakatan yang dibuat berdasarkan hukum internasional dengan
beberapa pihak yang berupa negara atau hukum internasional. Dalam
menjalin suatu hubungan internasional, negara yang terlibat harus membuat suatu perjanjian
untuk membatasi hubungan tersebut. Dalam hal ini banyak proses yang harus dilalui untuk
membuat suatu perjanjian internasional
B. Macam-Macam Perjanjian Internasional dan Contohnya
Perjanjian internasional memiliki beberapa jenis-jenis atau macam-macam perjanjian
internasional. Macam-macam perjanjian internasional yang dibagi atas beberapa kategori
atau bagian seperti macam-macam perjanjian internasional berdasarkan jumlah peserta,
berdasarkan sifatnya,
1. Macam-Macam Perjanjian Internasional Berdasarkan Jumlah Peserta
Perjanjian Bilateral : Pengertian perjanjian bilateral adalah perjanjian yang
dilakukan oleh dua pihak subjek hukum internasional (negara, takhta suci, kelompok
pembebasan, dan organisasi internasional).
Contohnya perjanjian bilateral : Perjanjian bilateral di indonesia dan india di
bidang pertahanan dan ekonomi pada tahun 2011, perjanjian bilateral indonesia dan
vietnam dibidang kebudayaan dan hukum pada tahun 2011.
Perjanjian Multilateral : Pengertian perjanjian multilateral adalah perjanjian yang
dilakukan oleh lebih dari dua pihak.
Contoh perjanjian multilateral : Konvensi wina 1969 yang dilakukan oleh dua
negara atau lebih untuk mengadakan akibat-akibat tertentu.
2. Macam-Macam Perjanjian Internasional Berdasarkan Sifatnya atau Fungsinya

Treaty Contract : Pengertian treaty contract adalah perjanjian yang hanya mengikat
pihak-pihak yang melakukan atau mengadakan perjanjian.
Contohnya perjanjian treaty contract :

Law Making Treaty : Pengertian law making treaty adalah perjanjian yang akibatakibatnya menjadi dasar ketentuan atau kaidah hukum internasional.
Contohnya perjanjian law making treaty : Konvensi Jenewa 1949 tentang
perlindungan bagi korban perang, konvensi wina (1961) tentang hubungan diplomatik,
konvensi tentang hukum laut tahun 1958.

3. Macam-Macam Perjanjian Internasional Berdasarkan Isinya

Politik : Perjanjian internasional dalam segi politik adalah perjanjian yang mengenai
politik.
Contohnya : Pakta pertahanan dan perdamaian seperti NATO, ANZUS, dan SEATO.

Ekonomi : Perjanjian internasional dalam segi ekonomi adalah perjanjian mengenai


ekonomi.
Contohnya : Bantuan perekonomian dan perdagangan

Hukum : Perjanjian internasional dalam segi hukum adalah perjanjian yang mengenai
hukum.
Contohnya : Status kewarganegaraan

Kesehatan : Perjanjian internasional dalam segi kesehatan adalah perjanjian yang


mengenai kesehatan.
Contohnya : Karantina dan penanggulangan pada wabah penyakit.

4. Macam-Macam
Pembentukannya

Perjanjian

Internasional

Berdasarkan

Prosesi

Tahapan

Perjanjian Bersifat Penting : perjanjian bersifat penting adalah perjanjian yang dibuat
dengan melalui proses perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi.

Perjanjian Bersifat Sederhana : perjanjian bersifat sederhana adalah perjanjian yang


dibuat dengan melalui dua tahap yaitu : perundingan dan penandatanganan.

5. Macam-Macam Perjanjian Internasional Berdasarkan Subjeknya

Perjanjian antar banyak Negara yang merupakan sumber subjek hukum internasional.

Perjanjian antar negara dan subjek hukum lainnya.


Contohnya : organisasi internasional tahta suci (vatikan) dengan organisasi MEE.

Perjanjian antar sesama subjek hukum internasional selain dari negara yaitu perjanjian
yang dilakukan antar organisasi-organisasi internasional lainnya.
Contohnya : ASIAN dan MEE

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pengertian Hubungan Internasional


Hubungan internasional adalah proses interaksi manusia yang terjadi antar bangsa untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Hubungan Internasional (hubungan antarbangsa) sendiri
terjadi karena dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa semua negara tidak akan mungkin bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri dan akan selalu membutuhkan negara lain.
Hubungan internasional dan kerjasama yang dilakukan antarnegara dapat terjalin dengan
mulus jika masing-masing pihak dapat menjunjung tinggi prinsip-prinsip berikut, yaitu:
1. Hubungan dan kerjasama internasional hendaknya saling menguntungkan dan tidak
ada pihak yang merasa dirugikan.
2. Masing-masing pihak yang melakukan hubungan internasional tidak mencampuri
urusan dalam negeri negara lain
3. Hubungan internasional ditujukan untuk kepentingan negara dan demi kesejahteraan
rakyat.
4. Dilandasi oleh politik luar negeri yang bebas dan aktif.
5. Saling menjunjung persamaan derajat dan menghargai antarbangsa yang dilandasi
oleh prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
I. Pola Hubungan Internasional
Secara garis besar, pola hubungan antarbangsa dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pola
penjajahan, ketergantungan, serta pola hubungan sama derajat antarbangsa.
1. Pola Hubungan Penjajahan
Dalam pola hubungan ini, satu negara yang kuat akan menghisap kekayaan negara
lain yang lemah. Negara penjajah biasanya akan membangun berbagai sarana dan
prasarana di daerah jajahan yang bertujuan untuk memperlancar tujuan negara
penjajah untuk mengeksploitasi sumber daya alam daerah jajahan disebut juga dengan
kolonialisme.
2. Pola Hubungan Ketergantungan
Pola hubungan ketergantungan terjadi antara negara-negara dunia ketiga yang masih
terbelakang dengan negara-negara maju. Itulah sebabnya mengapa negara-negara
dunia ketiga ini banyak yang bergantung kepada pemodal asing dari negara-negara
maju untuk menjalankan roda perekonomian mereka dan pola ini disebut juga sebagai
neokolonialisme.
3. Pola Hubungan Sama Derajat
Pola hubungan ini terjadi jika negara-negara yang melakukan hubungan merasa sama
sama untung dan dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

II. Asas-Asas Hubungan Internasional


Pada pelaksanaannya, suatu hubungan internasional akan berjalan dengan baik jika negaranegara yang melakukan hubungan selalu berpedoman pada asas-asas yang dipatuhi bersama.
Asas-asas tersebut antara lain:
1. Asas Teritorial
Artinya bahwa suatu negara akan mempunyai kekuasaan secara penuh untuk
memberlakukan hukum atas semua orang dan barang yang berada di wilayahnya.

2. Asas Kebangsaan
Artinya bahwa dimanapun seseorang berada, selama seseorang masih menjadi warga
negara suatu negara, maka orang tersebut masih tetap berada dibawah hukum
negaranya tersebut.
3. Asas Kepentingan Umum
Artinya bahwa suatu negara dapat menyesuaikan diri terhadap semua keadaan untuk
membela kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat secara kaku pada batas-batas
wilayah nasional suatu negara.
III. Sarana-Sarana Hubungan Internasional
Suatu hubungan internasional antar negara dapat berlangsung dengan baik jika melalui
pedoman-pedoman dan tatacara tertentu yang disepakati bersama baik secara tertulis maupun
tidak tertulis.
1. Diplomasi
Diplomasi dapat diartikan sebagai proses komunukasi antarpelaku hubungan
internasional untuk mencapai tujuan bersama atau kesepakatan tertentu. Diplomasi
sendiri biasanya dilakukan oleh instrumen-instrumen hubungan internasional yaitu
kementrian luar negeri dan perwakilan diplomatik.
Seorang wakil diplomatik (diplomat) yang dikirim ke luar negeri mempunyai tiga
fungsi utama, yaitu sebagai lambang negara pengirim, sebagai wakil yuridis yang sah
menurut hukum dan hubungan internasional, dan sebagai wakil diplomatik di negara
penerima.
2. Negosiasi
Negosiasi disebut juga dengan perundingan. Negosiasi (perundingan) dalam
hubungan internasional dapat diartikan sebagai proses interaksi antar pelaku
hubungan internasional untuk untuk berusaha menyelesaikan tujuan masing-masing
yang berbeda dan saling bertentangan.
3. Lobby
Lobby adalah kegiatan politik internasional yang dilakukan untuk mempengaruhi
negara lain agar sesuai dengan kepentingan negara yang melakukan lobby.

PERSERIKATAN BANGSA BANGSA ( PBB )

Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB dalam bahasa Inggris


United Nations, disingkat UN) adalah organisasi internasional yang
didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong
kerjasama internasional. Badan ini merupakan pengganti Liga
Bangsa-Bangsa dan didirikan setelah Perang Dunia II untuk
mencegah terjadinya konflik serupa. Pada saat didirikan, PBB
memiliki 51 negara anggota; saat ini terdapat 193 anggota.
Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa terletak di Manhattan, New York
City, dan memiliki hak ekstrateritorialitas. Kantor utama lain terletak
di Jenewa, Nairobi, dan Wina.
Tujuan utama Organisasi PBB adalah untuk menjaga perdamaian,
dan keamanan dunia, memajukan, dan mendorong penghormatan
hak asasi manusia, membina pembangunan ekonomi, dan sosial,
melindungi lingkungan, dan menyediakan bantuan kemanusiaan
apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata.
PBB memiliki enam bahasa resmi, yaitu Arab, Tionghoa, Inggris,
Perancis, Rusia, dan Spanyol.
Dasar hukum pendirian
Tak lama setelah berdirinya PBB mencari pengakuan sebagai badan hukum internasional
supaya bisa menerima "Ganti Rugi Kepada PBB Atas Cidera yang Dideritanya" [13] dengan
disertai pendapat dari Mahkamah Internasional (ICJ). Pertanyaan yang muncul adalah
"Apakah PBB, sebagai organisasi, memiliki hak untuk meminta klaim internasional terhadap
pemerintahan tertentu terkait cedera yang diderita oleh PBB, yang diduga telah disebabkan
oleh negara/pemerintahan tersebut
Pengadilan menyatakan: Organisasi ini (PBB) berniat melaksanakan hak, dan kewajiban, dan
pada kenyataannya memang mampu melaksanakan kewajiban, dan menerima hak tertentu
yang hanya mungkin dapat dijelaskan jika memiliki kapasitas kepribadian internasional yang
besar, dan mampu untuk beroperasi dalam ranah internasional. ... Dengan demikian,
Pengadilan telah sampai pada kesimpulan bahwa Organisasi ini (PBB) adalah Badan Hukum
Internasional.
Majelis Umum
Majelis Umum adalah majelis permusyawaratan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terdiri
dari semua negara anggota PBB, majelis bertemu setiap tahun di bawah pimpinan yang

dipilih dari negara-negara anggota. Selama periode dua minggu awal setiap sesi, semua
anggota memiliki kesempatan untuk berpidato di hadapan majelis. Biasanya Sekretaris
Jenderal melakukan pidato pertama, diikuti oleh pimpinan dewan. Sidang pertama diadakan
pada tanggal 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall di London, dan dihadiri oleh wakil
dari 51 negara.
Dewan Keamanan
Dewan Keamanan ditugaskan untuk menjaga perdamaian, dan keamanan antar negara.[16] Jika
organ-organ lain dari PBB hanya bisa membuat 'rekomendasi' untuk pemerintah negara anggota,
Dewan Keamanan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang mengikat bahwa
pemerintah negara anggota telah sepakat untuk melaksanakan, menurut ketentuan Piagam Pasal
25.[17] Keputusan Dewan dikenal sebagai Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dewan Keamanan terdiri dari 15 negara anggota, yang terdiri dari 5 anggota tetapTiongkok,
Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikatdan 10 anggota tidak tetap, saat ini, Bosnia dan
Herzegovina, Brasil, Kolombia, Gabon, Jepang, Jerman, India, Lebanon, Nigeria, Portugal, dan
Afrika Selatan.[18] Lima anggota tetap memegang hak veto terhadap resolusi substantif tetapi
tidak prosedural, dan memungkinkan anggota tetap untuk memblokir adopsi tetapi tidak
berkuasa untuk memblokir perdebatan resolusi tidak dapat diterima untuk itu. Sepuluh kursi
sementara diadakan selama dua tahun masa jabatan dengan negara-negara anggota dipilih oleh
Majelis Umum secara regional. Presiden Dewan Keamanan diputar secara abjad setiap bulan.
Sekretariat

Gedung Sekretariat PBB di markas PBB di New York City.


Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal PBB, dibantu oleh suatu staf
pegawai sipil internasional dari seluruh dunia. Tugas utama seorang Sekretaris-Jenderal
adalah menyediakan penelitian, informasi, dan fasilitas yang diperlukan oleh badan-badan
PBB untuk pertemuan mereka. Dia juga membawa tugas seperti yang diperintahkan oleh
Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB, Dewan Ekonomi, dan Sosial PBB, dan badan
PBB lainnya. Piagam PBB menjelaskan bahwa staf yang akan dipilih oleh penerapan
"standar tertinggi efisiensi, kompetensi, dan integritas," dengan memperhatikan pentingnya
merekrut luas secara geografis.
Piagam menetapkan bahwa staf tidak akan meminta atau menerima instruksi dari otoritas
lain selain PBB. Setiap negara anggota PBB diperintahkan untuk menghormati karakter
internasional dari Sekretariat, dan tidak berusaha untuk memengaruhi para stafnya. Sekretaris
Jenderal sendiri bertanggung jawab untuk pemilihan staf.
Tugas Sekretaris-Jenderal termasuk membantu menyelesaikan sengketa internasional,
administrasi operasi penjaga perdamaian, menyelenggarakan konperensi internasional,
mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan keputusan Dewan Keamanan, dan konsultasi
dengan pemerintah anggota mengenai berbagai inisiatif. Sekretariat kunci kantor di daerah
ini termasuk Kantor Koordinator Urusan Kemanusiaan, dan Departemen Operasi Penjaga
Perdamaian. Sekretaris-Jenderal dapat membawa kepada perhatian Dewan Keamanan setiap
masalah yang, menurut nya, bisa mengancam perdamaian, dan keamanan internasional.
Sekretaris Jenderal

Sekretaris Jenderal saat ini, Ban Ki-moon dari Korea Selatan.


Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB, yang bertindak sebagai juru bicara de
facto dan pemimpin PBB. Sekretaris Jenderal saat ini Ban Ki-moon, yang mengambil alih

dari Kofi Annan pada tahun 2007, dan akan memenuhi syarat untuk pengangkatan kembali
ketika masa jabatan pertamanya berakhir pada tahun 2011. [19]
Dibayangkan oleh Franklin D. Roosevelt sebagai "moderator dunia", posisi ini ditetapkan
dalam Piagam PBB sebagai "kepala pegawai administrasi" organisasi, [20] tetapi Piagam juga
menyatakan bahwa Sekretaris Jenderal dapat membawa ke perhatian Dewan Keamanan
"setiap masalah yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan
keamanan internasional"[21], memberikan ruang lingkup yang lebih besar untuk posisi aksi di
panggung dunia. Posisi ini telah berkembang menjadi peran ganda dari administrator
organisasi PBB, dan seorang diplomat, dan mediator menangani yang sengketa antara
negara-negara anggota dan menemukan konsensus dalam menangani isu-isu global.
Sekretaris Jenderal diangkat oleh Majelis Umum, setelah direkomendasikan oleh Dewan
Keamanan, setiap anggota yang dapat memveto[22], dan Majelis Umum secara teoritis dapat
mengabaikan rekomendasi Dewan Keamanan jika suara mayoritas tidak tercapai, meskipun
smapai sekarang hal ini tidak terjadi. Pada 1996, Dewan Keamanan mengadopsi seperangkat
pedoman untuk proses seleksi yang dicetuskan oleh Duta Permanen Indonesia untuk PBB
pada waktu itu, Nugroho Wisnumurti. Pedoman Wisnumurti (Wisnumurti Guidelines) telah
mempengaruhi proses seleksi, termasuk penggunaan surat suara berkode warna untuk
memilih kandidat.[23] Tidak ada kriteria khusus untuk jabatan tersebut, tetapi selama
bertahun-tahun, telah diterima bahwa jabatan itu bisa dijabat untuk jangka satu atau dua dari
lima tahun, dan akan diangkat pada dasar rotasi geografis, dan bahwa Sekretaris-Jenderal
tidak berasal dari salah satu lima negara anggota tetap Dewan Keamanan.
Mahkamah Internasional
Pengadilan Internasional (ICJ), yang terletak di Den Haag, Belanda, adalah badan peradilan
utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikan pada tahun 1945 oleh Piagam PBB,
Pengadilan mulai bekerja pada tahun 1946 sebagai penerus ke Mahkamah Tetap Kehakiman
Internasional. Statuta Mahkamah Internasional, mirip dengan pendahulunya, adalah
dokumen utama yang merupakan konstitusional, dan mengatur Pengadilan.
Dewan Ekonomi dan Sosial
Dewan Ekonomi, dan Sosial (ECOSOC) membantu Majelis Umum dalam mempromosikan
kerjasama ekonomi, dan sosial internasional, dan pembangunan. ECOSOC memiliki 54
anggota, yang semuanya dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Presiden
dipilih untuk jangka waktu satu tahun, dan dipilah di antara kekuatan kecil atau menengah
yang berada di ECOSOC.
Lembaga Khusus
Ada banyak organisasi, dan badan-badan PBB yang berfungsi untuk bekerja pada isu-isu
tertentu. Beberapa lembaga yang paling terkenal adalah Badan Energi Atom Internasional,
Organisasi Pangan dan Pertanian, UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia.

SENGKETA INTERNASIONAL
Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum internasional
mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan satu pihak ditolak,
dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

A.

SENGKETA INTERNASIONAL

Persengketaan bisa terjadi karena :


1. Kesalahpahaman tentang suatu hal.
2. Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.
3. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.
4. Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.
Contoh sebab timbulnya sengketa internasional yang sangat potensial terjadinya perang
terbuka :
1. Segi Politis (adanya pakta pertahanan / pakta perdamaian).
Pasca Perang Dunia II (1945) muncul dua kekuatan besar yaitu Blok Barat (NATO pimpinan
AS) dan Blok Timur (PAKTA WARSAWA pimpinan Uni Soviet). Mereka bersaing berebut
pengaruh di bidang Ideologi, Ekonomi, dan Persenjataan. Akibatnya sering terjadi konflik di
berbagai negara, missalnya Krisis Kuba, Perang Korea (Korea Utara didukung Blok Timur
dan Korea Selatan didukung Blok Barat), Perang Vietnam dll.
2. Batas Wilayah.
Suatu Negara berbatasan dengan wilayah Negara lain. Kadang antar Negara terjadi ketidak
sepakatan tentang batas wilayah masing masing. Misalnya Indonesia dengan Malaysia
tentang Pulau Sipadan dan Ligitan (Kalimantan). Sengketa ini diserahkan kepada Mahkamah

Internasional dan pada tahun 2003 sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia.

B. PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL


Cara penyelesaian sengketa internasioal (secara umum) :
1. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai.
a. Melalui Pengadilan.
1) Arbitrase Internasional.
: Cara penyelesaian sengketa dengan mengajukan sengketa kepada orang orang
tertentu yang dipilih secara bebas oleh pihak pihak yang bersengketa.
Arbitror : Orang yang dipilih untuk memutuskan sengketa.
2) Peradilan Internasional.
: Penyelesaian masalah dengan penerapan hokum oleh badan peradilan internasiona.
Biasa diselenggarakan oleh Mahkamah Internasional.
b. Tidak Melalui / di luar Pengadilan.
1) Rujuk.
: Penyelesaian sengketa melalui usaha penyesuian pendapat antara pihak yang
bersengketa secara kekeluargaan. Rujuk dapat dilakukan dengan cara :
a) Negosiasi.
b) Mediasi / perantara.
c) Konsiliasi.
d) Bantuan panitia penyelidikan.
Tugas Panitia Penyelidikan: Menyelidiki kepastian peristiwa dan kemudian
menyiapkan penyelesaian yang disepakati.
2) Penyelesaian Sengketa di bawah Pengawasan PBB.
Peranan PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan secara :
a) Politik : dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
MU PBB menangani sengketa dengan jalan memberikan rekomendasi kepada Negara yang
bersengketa tentang tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan sengketa secara damai
demi terwujudnya kesejahteraan dan persahabatan.
v DK PBB menangani segketa yang membahayakan perdamaian dan keamanan
internasional, peristiwa yang mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, tindakan
penyerangan (agresi).
b) Hukum : dilakukan oleh Mahkamah Internasional (Peradilan).
Penyelesaian Sengketa Internasional secara Kekerasan.
a. Blokade.
: Mengepung wilayah untuk memutuskan hubungan wilayah itu dengan pihak luar. Contoh
pengepungan kota / pelabuhan.
Ada 2 macam Blokade :
1) Blokade masa damai
: akibat hukumnya Negara yang memblokade tidak berhak menangkap kapal Negara ke tiga
yang melanggar blockade itu.
2) Blokade masa perang
: akibat hukumnya Negara yang memblokade berhak memeriksa kapal Negara netral /
Negara ke tiga.
b. Reprisal.
: Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang melanggar hokum dari
Negara lawan dalam suatu pertikaian.
Ada 2 macam reprisal :
1) Reprisal di masa damai

: dapat dibenarkan jika Negara yang dikenai perbuatan reprisal bersalah melakukan kejahatan
internasional. Contohnya pemboikotan barang, embargo, demonstrasi angkutan laut.
2) Reprisal di masa perang
: perbuatan pembalasan antara pihak yang berperang dengan tujuan memaksa pihak lawan
untuk menghentikan perbuatannya yang melanggar hokum perang.
Retorasi.
: Pembalasan yang dilakukan oleh Negara terhadap tindakan yang tidak pantas dari Negara
lain. Contohnya pengetatan hubungan diplomatic, penghapusan hak istimewa diplomatic.
Pertikaian Senjata (Perang).
: Pertentangan yang disertai penggunaan kekerasan dengan tujuan menundukkan lawan dan
menetapkan pernyataan damai secara sepihak.
C. HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI BERDASAR PERSAMAAN DERAJAT.
Prinsip hidup berdampingan secara damai telah dirintis dalam KAA I di Bandung tanggal 1824 April 1955 menghasilkan salah satu hal penting yaitu prinsip prinsip hubungan
internasional dalam rangka memelihara dan memajukan perdamaian dunia. Prinsip prinsip
itu dikenal dengan 10 Dasa Sila Bandung. Maka dapat dikatakan bahwa setelah KAA,
penghargaan dan pengakuan HAM semakin meningkat.
Hidup berdampingan secara damai berarti adanya kerja sama maka kerja sama antar berbagai
pihak dapat terlaksana karena factor:
Ada persamaan / tujuan.
Ada ikatan moral yang bulat antara sesama anggota.
Ada persamaan derajat, hak dan kewajiban masing masing pihak yang mengikatkan diri
dalam kerja sama.
Jika terjadinya Sengketa Internasional, Bagaimana cara penyelesaiannya ?
.
Terjadinya sengketa internasional :
1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam mperjanjiann internasional.
2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional
3. Perebutan sumber-sumber ekonomi
4. Perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional.
5. Adanya intervensi terhadap kedayulatan Negara lain.
6. Penghinaan terhadap harga diri bangsa.
Cara penyelesaian Sengketa internasional
Ada dua cara penyelesaian segketa internasional, yaitu secara damai dan paksa, kekerasan
atau perang.
Penyelesaian secara damai, meliputi :
Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa internasional dengan cara menyerahkannya kepada
orang tertentu atau Arbitrator, yang dipilih secara bebas oleh mereka yang bersengketa,
namun keputusannya harus sesuai dengan kepatutan dan keadilan ( ex aequo et bono).
Prosedur penyelesaiannya, adalah :
1. Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk dua arbitrator, satu boleh
berasal dari warga negaranya sendiri.
2. Para arbitrator tersebut memilih seorang wasit sebagai ketua dari pengadilan
Arbitrase tersebut.
3. Putusan melalui suara terbanyak.
Penyelesaian Yudisial, adalah penyelesaian sengketa internasional melalui suatu pengadilan
internasional dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.
Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial. Terlebih dahulu dilakukan konsultasi dan

komunikasi agar negosiasi dapat berjalan semestinya.


Jasa-jasa baik atau mediasi, yaitu cara penyelesaian sengketa internasional dimana Negara
mediator bersahabat dengan para pihak yang bersengketa, dan membantu penyelesaian
sengketanya secara damai. Contoh Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konplik
Indonesia Belanda tahu 1947. Dalam penyelesaina dengan Jasa baik pihak ketiga
menawarkan penyelesaian, tapi dalam Penyelesaian secara Mediasi, pihak mediator berperan
lebih aktif dan mengarahkan pihak yang bersengketa agar penyelesaian dapat tercapai.
Konsiliasi, dalam arti luas adalah penyelesaian sengketa denga bantuan Negara-negara lain
atau badan-badan penyelidik dan komite-komite penasehat yang tidak berpihak. Konsiliasi
dalam arti sempit, adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui komisi atau
komite dengan membuat laporan atau ussul penyelesaian kepada pihak sengketa dan tidak
mengikat.
Penyelidikan, adalah biasanya dipakai dalam perselisioshan batas wilayah suatu Negara
dengan menggunakan fakta-fakta untuk memperlancar perundingan.
Penyelesian PBB, Dididrikan pada tanggal 24 Oktober 1945 sebagai pengganti dari LBB
(liga Bangsa-Bangsa), tujuan PBB adalah menyelesaikan sengketa internasional secara damai
dan menghindari ancaman perang.
Penyelesaian secara pakasa, kekerasan atau perang :
Perang dan tindakan bersenjata non perang, bertujuan untuk menaklukkan Negara lawan dan
membebankan syarat penyelesaian kepada Negara lawan.
Retorsi, adalah pembalasan dendam oleh suatu Negara terhadap tindakan tindakan tidak
pantas yang dilakukan Negara lain. Contoh menurunkan status hubungan diplomatic, atau
penarika diri dari kesepakatan-kresepakatan fiscal dan bea masuk.
Tindakan-tindakan pembalasan, adalah cara penyelesaian sengketa internasional yang
digunakan suatu Negara untuk mengupayakan memperoleh ganti rugi dari Negara lain.
Adanya pemaksaan terhadap suatu Negara.
Blokade secara damai. Adalah tindakan yang dilakukan pada waktu damai, tapi merupakan
suartu pembalasan. Misalnya permintaan ganti rugi atas pelabuhan yang di blockade oleh
Negara lain.
Intervensi (campur tangan),adalah campur tanagn terhadap kemerdekaan politik tertentu
secara sah dan tidak melanggar hukum internasional. Contohnya :
1. Intervensi kolektif sesuai dengan piagam PBB.
2. Intervesi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan warga negaranya.
3. Pertahanan diri.
4. Negara yang menjadi obyek intervensi dipersalahkan melakukan pelanggaran
berat terhadap hukum internasional.
Penyelesaian melalui Mahkamah internasional
Ada dua mekanisme penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah internasional,
yaitu mekanisme normal dan khusus.
Mekanisme Normal :
1. Penyerahan perjanjian khusus yng berisi tdentitas para pihak dan pokok persoalan
sengketa.
2. Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru, penilakan atas
fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.
3. Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung pihak sengketa.
4. Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan. Kasus internasional dianggap selesai apa
bila :
Para pihak mencapai kesepakatan
Para pihak menarik diri dari prose persidangan Mahkamah internasional.
Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan pertimbangan dan telah
dilakukan ssuai proses hukum internasional yang berlaku.
Mekanisme Khusus :

1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah intrnasional
dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus tersebut.
2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh Negara
tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah Internasional.
3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan, supaya
pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas persidangan Mahkamah
internasional.
4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang bersama karena
materi sama terhadap lawan yang sama.
5. Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang tidak
terlibat dalam sengketa untuk me;lakkan intervensi atas sengketa yangsedang disidangkan
bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada kemungkinan Negara tersebut
dirugikan.
Contoh Kasus Sengketa Internasional
Antara Negara Indonesia Dengan Malaysia
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas pemilikan
terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000
meter) dengan koordinat: 4652.86N 1183743.52E dan pulau Ligitan (luas: 18.000
meter) dengan koordinat: 49N 11853E. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah
ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa
ini melalui jalur hukum Mahkamah Internasional.
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam
pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata
memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua
negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo
akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata
baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai
tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia
mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh
ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Pada tahun 1969
pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.
Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC (Treaty
of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertama ASEAN di pulau Bali ini
antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk
menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak
Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim
pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikan Sabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan
Spratley di Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan
Taiwan. Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara
Brimob) melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak
Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau.
Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN dan
selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak. Dalam kunjungannya ke
Kuala Lumpurpada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan
PM Mahathir tersebut yang pernah diusulkan pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil
PM Anwar Ibrahim, dibuatkan kesepakatan Final and Binding, pada tanggal 31 Mei 1997,
kedua negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal 29
Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula Malaysia meratifikasi

pada 19 November 1997, sementara pihak mengkaitkan dengan kesehatan Presiden Soeharto
dengan akan dipergunakan fasilitas kesehatan di Malaysia.
Keputusan Mahkamah Internasional Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan
dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan
tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia.
Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara
hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim
tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh
Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan pertimbanganeffectivity (tanpa
memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu
pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata
berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap
pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an.
Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan,
serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan
tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di
selat Makassar.

Anda mungkin juga menyukai