I. INDIKATOR :
- Mendeskripsikan pengertian hubungan internasional
- Menguraikan pentingnya hubungan internasional
- Mendeskripsikan perlunya kerja sama internasional
- Menyebutkan tujuan diadakan kerjasama internasional
- Menyebutkan dasar hukum kerjasama internasional
- Menyebutkan azas-azas kerjasama internasional
- Mengidentifikasi sarana-sarana hubungan internasional
Hubungan internasional
Adanya saling ketergantungan antar negara yang ada di dunia, terutama di bidang
ekonomi, sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi secara
langsung sifat hubungan di masa mendatang, walaupun saling ketergantungan antar
negara sudah merupakan ciri dan diakui oleh semua negara.
Dasar pemikiran yang dijadikan pertimbangan kerja sama internasional bagi bangsa
Indonesia, sebagai berikut :
1. Pembukaan UUD 1945 alenia empat pada kalimat : ‘ ….. ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial …”
- PBB mengembangkan persahabatan atar bangsa atas dasar persamaan dan hak
menentukan nasib sendiri dalam rangka perdamaian dunia
Dalam hubungan internasional (hubungan antar bangsa) bagi Indonesia ada tiga
azas yang harus ditaati (ditepati) dan dihormati (Pacta Sunt Servada) dijadikan
pedoman yaitu : azas teritorial, azas kebangsaan dan azas kepentingan umum
Azas Teritorial, menurut azas ini berlaku kekuasaan negara atas wilayahnya. Artinya
hukum negara berlaku bagi semua orang dan semua barang yang berada di
wilayahnya, baik warga negara asli maupun warga negara asing. Begitu sebaliknya
bila berada di negara lain akan berlaku hukum di negara tersebut. Contoh tindak
kriminal (kejahatan) seperti penyelundupan barang terlarang
Azas Kepentingan Umum, berdasarkan azas ini negara tetap berhak melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan warga negaranya. Jadi hukum tidak
terikat pada batas-batas suatu wilayah negara. Contohnya hukum internasional
akibat dari perjanjian internasional antar dua atau lebih negara. Seperti seorang
atau beberapa orang warga negaranya (TKI atau TKW) yang bermasalah di luar
negeri dapat dibantu penyelesaiannya oleh negara Indonesia.
7. Sarana-sarana hubungan internasional
Kerja sama Bilateral merupakan hubungan kerja sama dua negara yang
memiliki kepentingan sama dalam bidang poleksosbudhankam. Dalam rangka
mengadakan hubungan kerja sama dua negara (bilateral) bagi negara Indonesia
haruslah bersifat demokratis dan terbuka, ini berarti bahwa bila negara kita
mengadakan hubungan kerja sama dengan negara lain terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan dari parlemen atau DPR, disamping itu hubungan kerja sama
dengan negara lain juga harus dipublikasikan melalui media massa. Secara
internasional hubungan suatu negara dengan negara lain telah diatur dalam Kovensi
Wina pada tahun 1961 tentang Diplomatik (hubungan bidang politik), dan Konvensi
Wina tahun 1963 tentang Konsuler (hubungan di luar bidang politik) sedangkan
pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Keppres No. 51 tahun 1961 tentang
Perwakilan Diplomatik RI.
Kerja sama Regional merupakan kerja sama antarnegara yang berada dalam
satu kawasan, seperti negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara (ASEAN),
di kawasan Eropa ( MEE) dan dikawasan Arab (Liga Arab)
Kerja sama multilateral merupakan suatu kerja sama yang dikuti oleh lebih dari
dua negara atau banyak negara. Sebenarnya kerja sama Regional juga merupakan kerja
sama multilateral karena anggotanya lebih dari dua negara. Kerja sama yang akan
dibahas merupakan kerja sama yang tidak dalam satu kawasan (Regional) tetapi yang
keanggotaannya mencakup banyak kawasan atau internasional, diantaranya OPEC,
NATO, Negara-Negara Non Blok, CGI, OKI, APEC dan PBB
I. INDIKATOR :
- Mendeskripsikan pengertian perjanjian internasional menurut para akhli
- Menyebutkan azas-azas dalam perjanjian internasional
- Mengidentifikasi istilah-istilah dalam perjanjian internasional
- Mengklasifikasi macam-macam perjanjian internasional
- Menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional
- Menjelaskan jenis-jenis perjanjian internasional
- Menganalisis pelaksanaan perjanjian internasional
B. Perjanjian internasional
Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antar bangsa yang bertujuan
untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu
Perjanjian internasional adalah persetujuan antar negara yang menimbulkan hak dan
kewajiban di antara yang mengadakan perjanjian
Menurut G. Schwarzenberger
Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih,
yang bertujuan unuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu.
Contoh : Konvensi hukum Laut Internasional tahun 1984 di New York telah
menetapkan Landas Kontinental Teritorial laut Indonesia bersyarat sejauh 200 mil, di
luar itu merupakan Laut Bebas. Istilah batas laut bersyarat Indonesia sejauh
200 mil tersebut adalah ZEE (Zone Ekonomi Exlusif), pengertian batas bersyaratnya
adalah batas luar wilayah Indonesia ke laut bebas dihitung dari titik luar kepulauan
Indonesia pada waktu air surut sejauh 200 mil
1. Azas Pacta Sunt Servada : azas yang harus ditaati (ditepati) dan dihormati oleh
negara yang mengadakan perjanjian
Istilah yang sering dipakai (muncul) dalam perjanjian internasional sebagai berikut :
Traktat (Treaty), artinya perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang
sifatnya formal karena mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat bagi pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian. Dengan kata lain, para peserta yang membuat
perjanjian tidak dapat menarik diri dari kewajiban-kewajibannya tanpa persetujuan
dari pihak-pihak yang terlibat. Contoh : negara A dan B melaksanakan ekspor impor.
Mereka menandatangani sebuah traktat. Jika ada negara C yg ikut dalam proses seperti
itu, traktat negara A dan B bisa dijadikan dasar hukum proses tersebut.
Konvensi (Convention) , artinya jenis perjanjian yang digunakan bagi hal-hal yang
lebih khusus dibandingkan dengan traktat, namun bersifat multilateral. Dengan kata
lain, konvensi tidak menyangkut kebijaksanaan tingkat tinggi dan harus
ditandatangani oleh wakil-wakil yang berkuasa penuh
Pakta (Pact), artinya persetujuan yang lebih khusus jika dibandingkan dengan traktat.
Jadi pakta merupakan traktat dalam arti sempit sehingga pakta pun harus mendapat
pengesahan (ratifikasi). (bisa mengatur hub antar individu. Contoh : Pakta Integritas.
Perikatan ( Arrangement), artinya suatu bentuk perjanjian yang tidak seresmi traktat
atau konvensi. Oleh karena itu, perikatan merupakan persetujuan yang biasanya hanya
digunakan bagi transaksi-transaksi yang bersifat sementara
Convenant, artinya suatu istilah yang digunakan oleh piagam Liga Bangsa-Bangsa
(LBB) yang disebut dengan The convenant of the league tahun 1920.
Maksud sementara adalah sampai diwujudkan hasil perjanjian yang lebih tetap
(permanen) dan rinci (sistimatis)
Ketentuan Penutup (Final Act), artinya dokumen dalam bentuk catatan ringkasan dari
hasil konfrensi, seperti catatan mengenai negara peserta, para utusan dari negara-
negara yang turut dalam perundingan, dan segala kesimpulan tentang hal-hal yang
disetujui konfrensi. Ketentuan penutup ini tidak memerlukan ratifikasi
Ketentuan Umum (General Act), artinya traktat yang bersifat resmi atau tidak resmi.
Liga Bangsa-Bangsa pernah mempergunakan istilah ini, seperti dalam menyelesaikan
permasalahan secara damai dan pertikaian internasional (arbitrasi) pada tahun 1928
Menurut Subyeknya
Menurut Isinya
a. Segi politis, seperti fakta pertahanan dan fakta perdamaan, yaitu NATO, SEATO,
ANZUS
b. Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan, yaitu CGI, IMF,
Wold Bank, IBRD dan sebagainya
b. Perjanjian bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu perundingan
dan penandatanganan (biasanya dipergunakan istilah persetujuan atau
agreement)
Menurut Fungsinya
a. Perjanjian yang membentuk hukum (Law Making Treaties) yaitu suatu perjanjian
yang meletakkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi
masyarakat internasional secara keseluruhan (bersifat multilateral). Perjanjian ini
bersifat terbuka bagi pihak ke tiga, seperti Konvensi Wina tahun 1958 tentang
hubungan diplomatik
Isi dari perundingan yang dilakukan biasanya menyangkut beberapa masalah pokok,
antara lain : masalah politik, keamanan, pertikaian, perdagangan, pertikaian dalam
bidang ekonomi, pertikaian dalam bidang sosial budaya, pertikaian dalam bidang
pertahanan serta masalah lainnya yang menyangkut pembentukan dan pelaksanaan
perjanjian internasional
Untuk perjanjian bilateral (perjanjian yang dilakukan oleh dua negara) penerimaan
secara bulat dan penuh mutlak diperlukan oleh dua belah pihak yang melakukan
perundingan. Persetujuan dalam bentuk penandatanganan merupakan suatu tindakan
yang sangat penting dalam rangka mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
internasional. Perjanjian tersebut dapat saja mulai berlaku sejak penandatanganan
tanpa harus menunggu adanya ratifikasi (pengesahan) apabila perjanjian dapat
menyatakan demikian
Suatu negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila telah
disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya, seperti di Indonesia berdasarkan
pasal 11 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain.
Perjanjian yang baru pada tahap penandatanganan, perjanjian tersebut masih bersifat
sementara dan masih harus dikuatkan dengan pengesahan atau penguatan.
Pengesahan ini dinamakan Ratifikasi
1. Perjanjian Bilateral
Perjanjian Bilateral bersifat khusus (treaty contract) karena hanya mengatur hal-hal
yang menyangkut kepentingan kedua negara saja. Oleh karena itu perjanian bilateral
bersifat “tertutup”. Artinya tertutup kemungkinan bagi negara lain untuk turut serta
dalam perjanjian tersebut
Perjanjian Bilateral adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh dua negara
a. Perjanjian Bilateral Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina tahun 1955
tentang dwikewarganegaraan
2. Perjanjian Multilateral
Perjanjian Multilateral adalah suatu perjanjian yang diadakan atau dibuat oleh lebih
dari dua negara atau banyak negara
Perjanjian Multilateral sering disebut sebagai Law Making Treaties karena biasanya
mengatur hal-hal yang menyangkut kepentingan umum dan bersifat terbuka.
Perjanjian Multilateral tidak saja mengatur negara-negara yang mengadakannya,
melainkan juga negara lain yang tidak turut (bukan peserta) dalam mengadakan
perjanjian.
Contoh Perjanjian Multilateral :
3. Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 tentang Laut Teritorial, Zone
Bersebelahan, Zone Ekonomi Ekslusif dan Landas Benua.
Prinsip ini sudah merupakan kebiasaan, karena sudah melalui suatu proses
panjang di dalam pembuatannya (perundingan, penandatangan dan ratifikasi)
2. Penerapan Perjanjian
b. Metode dari aliran yang berpegang pada naskah perjajian, dengan penafsiran
menurut arti yang umum dari kosa katanya
c. Metode dari aliran yang berpegang pada obyek dan tujuan perjanjian
Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M dalam buku Pengantar
Hukum Internasional mengatakan bahwa suatu perjanjian berakhir karena hal-
hal berikut ini :
7. perjanjian diakhiri oleh salah satu pihak dan diterima pihak lain
I. INDIKATOR :
Pada hakekatnya semua negara mempunyai identitas dan cita-cita nasional. Sejauh
mana cita-cita nasional tersebut dapat terpenuhi, merupakan perjuangan
dan tantangan negara dan bangsa yang bersangkutan. Dalam rangka
memenuhi dan mencapai cita-cita tersebut, hubungan dengan negara lain
merupakan salah satu keharusan. Agar cita-cita/ tujuan, identitas serta
kemauan baik negara dapat dimengerti oleh negara lain atau bangsa lain
dibutuhkan kebijakan luar negeri melalui politik luar negeri yang tepat.
Perjuangan atas dasar percaya dan kesanggupan akan diri sendiri inilah yang
selanjutnya menjadi dasar pertimbangan politik luar negeri negara kita yaitu “ Bebas
Aktif “
Bebas berarti tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia
Dengan politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia mendudukkan dirinya sebagai
subyek dalam hubungan luar negerinya dan tidak sebagai obyek.
a. Landasan Idiil, Pancasila khususnya sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Landasan Konstitusional :
c. Landasan Operasional :
- Tap MPR RI tentang GBHN 1999 - 2004, bidang Politik Luar Negri RI
3. Tujuan Politik Luar Negeri
Dasar Politik Luar Negeri RI yang bebas aktif yang diletakkan untuk pertamakalinya
oleh Drs. Mochammad Hatta pada tanggal 2 September 1948 di depan sidang Badan
Pekerja Komite Nasional.
Mengenai tujuan politik luar negeri RI dapat kita jumpai dalam buku yang berjudul
Dasar Politik Luar Negeri RI oleh Drs. Mochammad Hatta sebagai berikut :.
Pedoman perjuangan politik luar negeri yang bebas aktif berdasarkan faktor-
faktor sebagai berikut
Ada beberapa prinsip dasar/pokok politik luar negeri yang bebas aktif diantaranya :
Kepala Negara atau Menteri Luar Negeri mempunyai kewenangan bertindak atas nama
negara untuk melakukan hubungan atau transaksi antar negara. Hal itu diakui di
dalam hukum internasional. Akan tetapi dalam praktik keduanya tidak mungkin selalu
melaksanakan sendiri kewenangan tersebut. Oleh karena itu, untuk melaksanakan
transaksi internasional, negara perlu membentuk perwakilan luar negeri.
2. Perwakilan Diplomatik
1. Harus ada kesepakatan antara ke dua belah pihak (negara pengirim dan negara
penerima)
2. Harus sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku
Hubungan diplomatik yang paling kuat dan effektif apabila hubungan itu dibentuk
atas dasar kehendak bersama, saling mengirim dan menerima serta dalam derajat yang
sama pula. Hal ini selain menunjukkan erat tidaknya hubungan antar negara, sekaligus
merupakan manifestasi saling menghormati antar negara
Menurut Rglemen Wina, yang ditetapkan dalam Kongres Wina pada tahun1815 dan
Kongres Achen pada tahun 1918, mengatur tentang : CD (Corp Diplomatic) dan CC
(Corp Consuler)
Duta besar yang diangkat menjadi ketua perwakilan asing disebut Doyen dan
seorang corp diplomatik baru dianggap sah apabila telah menyerahkan surat
kepercayaan (letter de creance), Permintaan persetujuan penempatan seorang
calon Corp Diplomatik oleh negara yang akan menempatkannya atau mengirimnya di
tempat negara yang menerimanya disebut dengan Agreement atau demonde
d’agregation (persetujuan). D’agregation (persetujuan) ada dua : negara penerima
tidak keberatan atas calon duta dan negara penerima setuju atas calon duta tersebut.
Begitu pula calon seorang Corp Diplomatik atau seorang diplomatik yang sudah
ditugaskan di negara lain ternyata ditolak atau yang sudah bertugas diusir karena
tidak disenangi disebut dengan Persona Non Grata. Seorang duta dapat bertugas
lebih dari satu negara (tugas rangkap) karena pertimbangan tehnis dan kepentingan.
Berhentinya wakil diplomatik dan konsuler tidak ada hubungannya dengan putusnya
hubungan diplomatik dan konsuler antar dua negara. Berhentinya wakil diplomatik
karena bebera sebab :
1. meninggal dunia
3. Perwakilan Konsuler
Seorang Konsul baru dianggap sah apabila telah menerima dokumen Eskuatur
negara penerima . Jika di negara penerima Konsul tidak mempunyai hubungan
diplomatik, pejabat-pejabat Konsuler dapat melakukan tugas-tugas diplomatik dengan
seijin negara penerima. Berbeda dengan Corps Diplomatique (CD) yang kantor
perwakilannya berada di ibu kota negara, sedangkan Corp Consulair (CC) berada di
daerah ibu kota Provinsi atau negara bagian yang wilayah kekuasaannya sangat
terbatas. Ini berarti Konsul bisa terdapat disetiap ibu kota Provinsi, jika diperlukan.
I. INDIKATOR :
Perang Dunia I yang berlangsung dari tahun 1914 – 1918 telah memporak porandakan
tatanan kehidupan manusia, dimana nyawa manusia seperti tidak ada harganya sama
sekali. Melihat dari kenyataan inilah atas usul Presiden Amerika Serikat, Woodrow
Wilson, akhirnya pada tanggal 10 Januari 1920 terbentuklah suatu organisasi
internasional yang bernama Liga Bangsa-Bangsa (league of nations)
Tugas dari liga Bangsa – Bangsa adalah menyelesaikan sengketa secara damai,
sehingga peperangan dapat dicegah
Ternyata LBB tidak dapat melaksanakan tugas dan tujuannya, karena tidak mampu
menciptakan perdamaian dunia. Hal ini karena munculnya suatu kekuatan Facis
dipimpin Mussolini, dimana kekuasaan kaum Nazi Jerman di bawah pimpinan
Hittler, dan imprialisme Jepang yang telah merobek-robek dan menghianati isi
perjanjian LBB.
Setelah LBB gagal di dalam mengemban tugasnya maka meletuslah Perang Dunia II
dari tahun 1939 – 1945, ternyata meletusnya Perang Dunia II sangat memperihatinkan
tokoh-tokoh dunia akan keselamatan umat manusia, dari alasan inilah timbul lagi ide
untuk membentuk suatu organisasi dunia yang nantinya bertugas untuk dapat
mengendalikan perdamaian dunia.
Pokok-pokok Piagam Atlantik itulah akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1941 menjadi
dasar konfrensi-konfrensi internasional selanjutnya di dalam menyelesaikan Perang
Dunia II dan menuju pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
I. Mukadimah 4 Alenia
Dalam catatan sejarah Indonesia sebagai anggota PBB, setelah Indonesia merdeka 17
Agustus 1945, usaha untuk menjadi anggota PBB sudah dilakukan, namun baru tanggal
28 September 1950 berhasil, namun pernah ke laur dari PBB pada tanggal 7 Januai 1965
dan masuk lagi pada tanggal 28 September 1966.
7. Keanggotaan PBB terbuka bagi semua negara yang cinta damai menerima syarat-
syarat piagam PBB
f. Sekretariat
Fungsi PBB
1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional
2. Tempat atau pusat penyelesaian sengketa hukum internasional
3. Memberi sanksi terhadap pelanggar Asas dan Tujuan PBB sesuai Piagam
PBB
Peranan PBB
1. Menciptakan perdamaian dan keamanan internasional
2. Memajukan Persahabatan dengan jalan saling menghormati antar
bangsa atas dasar persamaan derajat (kedaulatan)
3. Memajukan kerja sama antar bangsa dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan dan kesehatan
4. Memberikan solusi atas permasalahan dalam negeri negara anggota apabila
diminta
5. Memberi bantuan kepada negara yang memerlukan melalui Badan-badan
PBB
Negara Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, berhak
menentukan nasibnya sendiri, begitu pula bebas mengadakan hubungan kerja sama
dengan semua negara yang ada di dunia atas dasar saling menguntungkan yang
berpedoman kepada pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia dan Piagam PBB.
Kerja sama maupun Hubungan Internasional Indonesia selalu mendapat dukungan
rakyat melalui wakil-wakilnya di DPR secara positif, hal ini terbukti dari banyaknya
kerja sama maupun hubungan internasional yang telah di ratifikasi oleh DPR, seperti
kerja sama atau hubungan internasional yang bersifat bilateral, regional maupun
multilateral, dimana Indonesia ikut sebagai anggotanya
Beberapa contoh hasil positif yang sudah dirasakan dari kerja sama dan hubungan
internasional, seperti pengakuan negara lain baik secara de facto maupun de yure
terhadap kemerdekaan Indonesia, bantuan badan-badan internasional terhadap
masalah dalam negeri Indonesia (CGI, UNICEF, World Bank, dll), stabilitas kawasan
Asia Tenggara dengan adanya ASEAN, stabilitas harga minyak dunia dengan adanya
OPEC, kembalinya Irian Barat melalui Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA =
United Nations Temporary Executive Authority ), terbentuknya Pasukan Keamanan
PBB di Irian Barat yaitu UNSF ( United Nations Security Forces), terbentuknya komisi
PBB untuk Indonesia yaitu UNCI (United Nations Commission for Indonesian)
menghasilkan pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia dan lain-lainnya.
Berlandaskan pada konsep dasar pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif, ini berarti negara kita akan selalu aktif dalam kerja sama dan hubungan
internasional baik secara bilateral, regional maupun multilateral dalam bingkai dunia
yang berlandaskan persamaan derajat dan kedaulatan.
Beberapa contoh mengenai peranserta Indonesia dalam kerja sama dan hubungan
internasional yang bermanfaat bagi dunia dan Indonesia:
- Keaktifan Indonesia dalam mengirim pasukan perdamaian (pasukan Garuda) ke
negara-negara Kongo, Timur Tengah, Vietnam, Kamboja, Bosnia, Herzegovina dan
Lebanon
- Melalui Gerakan Non Blok (GNB) telah mampu meredakan ketegangan pada masa
perang dingin blok barat dan blok timur
- Mendukung pembentukan pasar bebas di kawasan ASEAN (AFTA), Asia Fasipik
(APEC) dan zone bebas nuklir di kawasan ASEAN
- Selalu menyerukan dunia bebas nuklir dan menentang kolonialisme, imprialisme
serta terorisme internasional
- Secara aktif memajukan kerja sama ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum,
pendidikan melalui kerja sama bilateral, regional dan multilateral
Dari contoh-contoh yang sudah dikemukakan di atas mengenai kerja sama dan
hubungan internasional, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa
mendukung setiap usaha pemerintah dalam upaya ikut mewujudkan keamanan,
ketertiban, kedamaian dunia serta peningkatan kemakmuran dalam negeri melalui
kerja sama dan hubungan internasional