Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian Hubungan Internasional


Menurut RENSTRA (Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar
Negeri Indonesia) hubungan internasional
adalah hubungan antar bangsa dalam segenap aspeknya yang dilakukan
suatu Negara yang meliputi aspek politik, ekonomi, social budaya dan
hankam dalam rangka mencapai tujuan nasional bangsa itu.
Hubungan Internasional merupakan kegiatan interaksi manusia antar
bangsa baik secara individual maupun kelompok, ahli hukum mengatakan
bahwa hubungan internasional adalah hubungan antara bangsa.
Selain itu ada pula pendapat dari para ahli adalah sebagai berikut :
1.
J.C. Johari
Hubungan internasional merupakan sebuah studi tentang interaksi yang
berlansung diantara negara-negara berdaulat disamping itu juga studi
tentang pelaku-pelaku non negara (non states actors) yang prilakunya
memiliki dampak terhadap tugas-tugas Negara.
2.
Couloumbis dan Wolfe
Hubungan internasional adalah studi yang sistematis mengenai
fenomena-fenomena yang bisa diamati dan mencoba menemukan
variabel-variabel dasar untuk menjelaskan prilaku serta mengungkapkan
karakteristik-Karakteristik atau tipe-tipe hubungan antar unit-unit social.
3.
Mochtar Masoed
Hubungan internasional merupakan hubungan yang sangat kompleksitas
karena didalamnya terdapat atau terlibat bangsa-bangsa yang masingmasing berdaulat sehingga memerlukan mekanisme yang lebih rumit dari
pada hubungan antar kelompok.
4.
Tulus Warsito
Hubungan internasional adalah studi tentang interaksi dari politik luar
negeri dari beberapa negara.
5.
Drs.R.Soeprapto
Hubungan internasional adalah sebagai spesialisasi yang
mengintegritaskan cabang-cabang pengetahuan lain yang mempelajari
segi-segi internasional kehidupan sosial umat manusia.
6.
Anonymous
Hubungan internasional adalah studi hubungan tentang unit-unit sebagai
bentuk inter-relasi bagian-bagian biasanya mengacu pada sistem intern

negara-negara. Dalam hal ini diakui adanya adanya peranan-peranan


aktor-aktor non states seperti PBB, MNC, kelompok teroris namun tidaklah
sepenting state atau negara.
7.
Para Tradisionalis
Hubungan internasional serupa dengan diplomasi dan strategi serta
kerjasama dan konflik atau secara lebih sederhana hubungan
internasional merupakan studi tentang perang dan damai.
8.
Drs.R Soeprapto
Hubungan internasional studi yang orientasinya bersifat efektif (orientasi
pasca perilaku ) yang sering mengkombinasikan unsur-unsur pendekatan
ilmiah dengan tujuan yang jelasnilainya seperti mensubtitusikan perang
dengan metode-metode perdamaian untuk menyelesaikan pertikaian,
pengendalian penduduk, perlindungan terhadap lingkungan,
pemberantasan penyakit, kemelaratan manusia.
9.
Trygive Mathisen
Hubungan internasional merupakan semua aspek internasional dari
kehidupan sosial umat manusia, dalam arti semua tingkah laku manusia
yang terjadi atau berasal dari suatu negara dapat mempengaruhi tingkah
laku manusia di negara lain.
10. Kenneth W.Thompson
Hubungan internasional adalah studi tentang rivalitas amtar bangsa
beserta kondisi-kondisi dan institusi-institusi yang memperbaiki atau
memperburuk rivalitas tersebut.
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
2. untuk memajukan kesejahteraan social
3. mencerdaskan kehidupan bangsa
4. dan untuk melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

B. Wujud dari Hubungan Internasional


a. Individual ( turis mahasiswa pedagang yang mengadakan kontakkontak pribadi sehingga timbul kepentingan timbal balik di antara
mereka ).

b. Antar kelompok (Lembaga social dan keagamaan dan


perdagangan yang melakukan kontak secara insidental, periodik atau
permanen).
c. Hubungan antar Negara ( negara yang satu dengan negara
lainmengadakan kerjasama dalam bidang ekonomi, kebudayaan,
tekhnologi, dll ).

C. Sifat Hubungan Internasional


a. Persahabatan
b. Persengketaan
c. Permusuhan
d. Peperangan

D. Pola Hubungan Internasional :


a. Penjajahan: bangsa yang satu menghisap bangsa lain yang
disebabkan oleh perkembangan kapitalisme. Kapitalisme membutuhkan
bahan mentah bagi industri dalam negeri, oleh karena bahan mentah itu
banyak diluar negeri maka timbul kehendak untuk menguasai wilayah
bangsa lain untuk menghisap kekayaan bangsa lain itu.
b. Saling ketergantungan : hubungan ini terjadi antara negara-negara
yang belum berkembang (negara-negara dunia ke tiga ) dengan negara
maju. Negara baru merdeka atau negara berkembang ingin
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya mereka melakukan hubungan
ekonomi , mengembangkan industri dan bersaing dengan negara maju di
pasar global. Namun mereka tidak memiliki modal dan tekhnologi, maka
negara tadi bergantung kepada modal dan tekhnologi negara maju. Pola
hubungan ini dekat dengan neo- kolonoalisme, yaitu usaha menguasai
negara lain atas bidang ekonomi, kebudayaan, idiologi atau kemiliteran
negara atau kawasan tertentu tapi dengan cara mengindahkan proforma
kemerdekaan politis.
c. Sama derajat anatar bangsa : hubungan ini dilakukan dalam rangka
kerjasama dalam rangka untuk mewujutkan kesejahteraan mereka. Pola
hubungan ini sulit dilakukan terutama oleh negara-negara atau bangsabangsa yang serba ketinggalan dalam kualitas sumber dayanya,
terutama sumber daya manusianya.
Oleh karena itu nasionalisme bangsa indonesia tidak jatuh kepaham
Chauvinisme dan kosmopolitisme.Chauvinisme adalah paham yang
mengagung-agungkan bangsa sendiri dengan memandang renfah bangsa

lain. Kosmopolitisme adalah pandangan yang melihat kosmos (seluruh


Dunia ) sebagai polis (negeri sendiri ) sehingga cenderung melupakan
nasionalisme yang sehat dan mengabaikan tugas terhadap bangsanya
sendiri.
Itulah sebabnya bangsa indonesia memilih politik luar negeri Bebas Aktif.
Bebas berarti :
1. Banga Indonesia bebas bergaul denagn bangsa manapun.
2. Dalam pergaulan itu bangsa indonesia tidak Intervensiatau tidak
mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
3. Dalam pergaulan itu terjadi saling memberi dan menerima bantuan
dan pertolongan yang tidak mengikat.
Aktif berarti :
1. Bangsa Indonesia aktif bekerjasama dengan bangsa lain untuk
perdamaian dunia
2. Bangsa indonesia aktif membela bangsa yang terancam
keberadaan dan kedaulatannya atas dasar persamaan derajat tidak
termasuk intervensi.

E. Arti Penting Hubungan dan kerjasama Internasional


Menurut Mochtar Kusumaatmajahubungan dan kerjasama antar bangsa
itu timbul karena adanya kebutuhan yang disebabkan oleh pembagian
kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia.
Disamping itu hubungan antar bangsa penting disebabkan :
1. Menciptakan hidup berdampingan secara damai.
2. Mengembangka penyelesaian masalah secara damai dan diplomasi.
3. Membangun solidaritas dan saling menghormati antar bangsa.
4. Berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia
5. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan nrgara di tengah
bangsa-bangsa lain.

F.Sarana Hubungan Internasional

a. Diplomasi : seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu


Negara dalam hubungannya dengan Negara dan bangsa lain.

b. Propaganda : usaha sistimatis untuk mempengaruhi pikiran, emosi


demi kepentinagn masyarakat umum.Propaganda : lebih ditujukan
kepada warga Negara lain dari pada pemerintahannya, dan untuk
kepentingan Negara yang membuat propaganda.
c. Ekonomi : Sarana ekonomi umumnya digunakansecara luas dalam
hubungan internasional baik dalam masa damai maupun masa perang.
Pada masa tertentu semua negara harus terlibat dalam perdagangan
internasional agar dapat memperoleh barang yang tak dapat diproduksi
dalam negeri., sehingga terjadi ekspor dan impor.
d. Kekuatan militer dan perang (show of Force): Peralatan militer
yang memadai dapat menambah keyakinan dan stabilitas untuk
berdiplomasi. Diplomasi tanpa dukunagan militer yang kuat dapat
membuat suatu negara tidak memiliki rasa percaya diri sehingga tak
mampu menghindari tekanan dan ancaman negara lain yang dapat
menggangu kepentingan nasIonalnya.

G.Asas-asas dalam Hubungan Internasional


Dalam hubungan internasional, dikenal beberapa asas yang didasarkan
pada daerah dan ruang lingkup berlakunya ketentuan hukum bagi daerah
dan warga negara masing-masing.
Ada tiga asas dalam hubungan internasional yang saling mempengaruhi,
yaitu:
a. Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas
ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang
yang ada di wilayahnya. Jadi terhadap semua barang atau orang yang
berada di luar wilayah tersebut berlaku hukum asing ( internasional
sepenuhnya)
b. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara terhadap warga negaranya.
Menurut asas ini, setiap warga negara dimanapun ia berada tetap
mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya.Asas ini mempunyai
kekuatan extraterritorial, artinya hukum dari negara tersebut tetap
berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun di negara asing.
c. Asas Kepentingan Umum

Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan


mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini
negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa
yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi hukum tidak tidak
terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

PERJANJIAN INTERNASIONAL
A. Pengertian perjanjian internasional
1.

Mohctar Kusumaatmadja, SH

Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antaranggota


masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat
hukum tertentu.

2.

G Schwarzenberger

Perjanjian Internasional sebagai suatu subjek-subjek hukum internasional


yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum
internasional dapat berbentuk bilateral maupun multilateral. Subjeksubjek hukum dalam hal ini selain lembaga-lembaga internasional juga
Negara-negara.

3.

Oppenheim Lauterpacht

Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang


menimbulkan hak dan kewajiban diantara pihak tersebut.

4.

Definisi dari Konvensi Wina tahun 1969

Perjanjian internasional yaitu perjanjian yang diadakan oleh dua Negara


atau lebih yang bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum
tertentu. Tegasnya mengatur perjanjian antarnegara selaku subjek hukum
internasional.
Berdasarkan pengertian diatas, terdapat sedikit perbedaan namun pada
prinsipnya mengandung dan memiliki tujuan yang sama. Berkenaan
dengan hal diatas tersebut, maka setiap bangsa dan Negara yang ikut
dalam suatu perjanjian yang telah mereka lakukan, harus menjunjung
tinggi semua dan seluruh peraturan-peraturan atau ketentuan yang ada di
dalamnya. Karena hal tersebut merupakan asas hukum perjanjian
bahwaJanji itu mengikat para pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad
baik. Asas ini disebut dengan asas pacta sunt servanda. Apabila yang
terjadi adalah sebaliknya, misalnya ada sebagian Negara atau bangsa
yang melanggar dalam arti tidak mentaati aturan-aturan yang telah
diputuskan sebelumnya, maka tidak mustahil bukan kedamaian atau

keharmonisan yang tercipta, tetapi barangkali saling bertentangan


diantara Negara-negara yang melakukan perjanjian tersebut.

B. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam perjanjian


internasional
Istlah-istilah yang sring digunakan dalam perjanjian internasional
diantaranya, sebagai berikut;
1.
Traktat (treaty), yaitu perjanjian paling formal yang merupakan
persetujuan dua negara atau lebih. Perjanjian ini mancakup bidang politik
dan bidang ekonomi.
2.
Konvensi (Convention), yaitu persetujuan formal yang bersifat
multilateral dan tidak berurusan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi
(high policy). Persetujuan ini harus dilegalisi oleh wakil-wakil yang
berkuasa penuh (full powers).
3.
Protocol yaitu persetujuan tidak resmi dan pada umumnya tidak
dibuat oleh kepala Negara, yang mengatur masalah-masalah tambahan
seperti penafsiran klausual-klausual tertentu.
4.
Persetujuan (Agreement), yaitu perjanjian yang lebih bersifat
teknis atau administrative. Agreement tidak diratifikasi karena sifatnya
tidak resmi trakta dan konvensi.
5.
Perikatan (Arrangement), yaitu istilah yang digunakan untuk
transaksi-transaksi yang sifatnya sementara. Perikatan tidak seresmi
traktat dan konvensi.
6.
Proses Verbal yaitu catatan-catatan, ringkasan-ringkasan, atau
kesimpulan-kesimpulan konferensi diplomatic, atau catatan-catatan suatu
permufakatan. Proses verbal tidak diratifikasi.
7.
Piagam (Statute), yaitu himpunan peraturan yang ditetapkan
oleh persetujuan internasional mengenai pekerjaan maupun kesatuankesatuan tertentu, seperti pengawasan internasional yang mencakup
tentang minyak atau tentang lembaga-lembaga internasional.
8.
Deklarasi (Declaration), yaitu perjanjian internasional yang
berbentuk traktat dan dokumen tidak resmi.
9.
Modus Vivendi, yaitu dokumen untuk mencatat persetujuan
internasional yang bersifat sementara sampai berhasil diwujudkan
persetujuan yang lebih permanen, terinci, sistematis, dan tidak
memerlukan ratifikasi.

10. Pertukaran Nota, yaitu metode tidak resmi yang biasanya


dilakukan oleh wakil-wakil militer atau wakil-wakil negara yang bersifat
multilateral. Pertukaran nota ini dapat menimbulkan kewajiban diantara
mereka yang terikat.
11. Ketentuan Penutup (Final Act), yaitu ringkasan hasil konvensi
yang menyebutkan negara peserta, namun utusan yang turut diundang,
serta masalah yang disetujui konvensi dan tidak memerlukan ratifikasi.
12. Ketentuan Umum (General Act), yaitu traktat yang dapat
bersifat resmi dan tidak resmi.
13. Charter, yaitu istilah yang dipakai dalam perjanjian internasional
untuk pendirian badan yang melakukan fungsi administratif, misalnya
Atlantic Charter
14. Pakta (Fact), yaitu perjanjian yang lebih khusus dan
membutuhkan ratifikasi. Contoh, Pakta Warsawa.
15.

Convenant, yaitu Anggaran Dasar Liga Bangsa-Bangsa (LBB).

C. Tahap Pembuatan Perjanjian Internasional :


Menurut Mochtar Kusumaatmaja ada dua macam cara
pembentukan perjanjian internasional:
a. Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 3 tahap yaitu
(perundingan, penandatanganan, ratifikasi atau pengesahan), cara ini
dupakai apabila materi atau yang diperjanjikan itu dianggap sangat
penting maka perlu persetujuan DPR.
b. Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 2 tahap yaitu
( perundingan dan penandatanganan) dipakai untuk perjanjian yang tidak
begitu penting, penyelesaian cepat, berjangka pendek, seperti Perjanjian
perdagangan.
Menurut Undang-Undang nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional, tahap-tahap Perjanjian Internasional
(proses pembuatan perjanjian Internasional) adalah sebagai
berikut :

Tahap Penjajakan: merupakan tahap awal yang dilakukan oleh


kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya
suatu perjanjian internasional.

Tahap Perundingan: merupakan tahap kedua untuk membahas


substansi dan masalah2 teknis yang akan disepakati dalam
perjanjian internasional.

Tahap Perumusan Naskah: merupakan tahap merumuskan


rancangan suatu perjanjian internasional.

Tahap Penerimaan: merupakan tahap menerima naskah perjanjian


yang telah dirumuskan dan disepakati oleh para pihak. Dalam
perundingan bilateral, kesepakatan atas naskah awal hasil
perundingan dapat disebut Penerimaan yang biasanya dilakukan
dengan membubuhkan inisial atau paraf pada naskah perjanjian
internasional oleh ketua delegasi masing-masing. Dalam
perundingan multilateral, proses penerimaan (acceptance/
approval) biasanya merupakan tindakan pengesahan suatu negara
pihak atas perubahan perjanjian internasional.

Tahap Penandatanganan: merupakan tahap akhir da1am


perundingan bilateral untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian
internasional yang telah disepakati oleh kedua pihak. Untuk
perjanjian multilateral, penandantanganan perjanjian internasional
bukan merupakan pengikatan diri sebagai negara pihak. Keterikatan
terhadap perjanjian Internasional (Menurut Pasal 6 Ayat 1)

Tahap Pengesahan: Pengesahan suatu perjanjian internasional


dilakukan berdasarkan ketetapan yang disepakati oleh para pihak.
Perjanjian internasional yang memerlukan pengesahan akan mulai
berlaku setelah terpenuhinya prosedur pengesahan sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini. Setiap undang-undang atau
keputusan presiden tentang pengesahan perjanjian internasional
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Pengesahan dengan undang-undang memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Pengesahan dengan keputusan Presiden
selanjutnya diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Pengesahan perjanjian internasional melalui undang-undang
dilakukan berdasarkan materi perjanjian dan bukan berdasarkan
bentuk dan nama(nomenclature) perjanjian. Klasifikasi menurut
materi perjanjian dimaksudkan agar tercipta kepastian hukum dan
keseragaman atas bentuk pengesahan perjanjian internasional
dengan undang-undang. Mekanisme dan prosedur pinjaman
dan/atau hibah luar negeri beserta persetujuannya oleh Dewan
Perwakilan Rakyat akan diatur dengan undang-undang
tersendiri. (Menurut Pasal 9).

Menurut Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian


Internasional disebutkan tahap pembuatan perjanjian
internasional dilakuakn melalui tahap:
a. Perundingan (Negotiation), perundingan tahap pertama
tentang objek tertentu, diwakili oleh kepla negara, kepala pemerintahan,
menteri luar negeri atau duta besar dengan menunjukkan Surat Kuasa
Penuh (full powers)
b. Penandatanganan (Signature), biasanya dilakukan oleh menteri
luar negeri atau kepala pemerintahan. Tapi perjanjian belum dapat
diberlakukan sebelum diratifikasi oleh masing-masing negara.
c. Pengesahan (Ratification), Penandatanganan hanya bersifat
sementara dan harus dikuatkan dengan pengesahan atau penguatan
yang disebut ratifikasi. Ratifikasi perjanjian internasional dapat
dibedakan sbb:
1. Ratifikasi oleh badan eksekutif, biasanya dilakukan oleh raja absolut
dan pemerintahan otoriter.
2. Ratifikasi oleh badan Legislatif atau DPR,Parlemen tapi jarang
digunakan.
3. Ratifikasi campuran antara DPR (legislatif) dengan Pemerintah
(Eksekutif).

D. Jenis Perjanjian Internasional


1) Berdasarkan Jumlah Pihak Yang Terlibat
Berdasarkan jumlah pihak yang terlibat dalam perjanjian, perjanjian
internasional terbagi kepada dua bentuk:
a) Perjanjian Bilaterial
Perjanjian internasional merupakan kata sepakat antara dua atau lebih
subyek hukum internasional ( Negara, tahta suci, kelompok pembebasan,
organisasi internasional ) mengenai suatu obyek tertentu yang
dirumuskan secara tertulis dan tunduk pada atau yang diatur oleh hukum
internasional.
Dalam pengertian lain, perjanjian bilateral adalah perjanjian yang
diadakan oleh dua pihak. Perjanjian bilateral merupakan perjanjian yang
bersifat khusus (treaty contract) karena hanya mengatur ha-hal yang
menyangkut kepentingan kedua negara saja. Perjanjian ini bersifat

tertutup, yaitu menutup kemungkinan bagi pihak lain untuk turut dalam
perjanjian tersebut.
Contonya:

Perjanjian ekstradisi Indonesia dengan Malaysia pada tahun 1974

Perjanjian bilateral Indonesia India di bidang pertahanan dan


ekonomi pada tahun 2011

Perjanjian bilateral Indonesia Perancis di berbagai bidang pada


tahun 2011

Perjanjian bilateral Indonesia Timor Leste di bidang lingkungan pada


tahun 2011<

Perjanjian bilateral Indonesia Vietnam di bidang kebudayaan dan


hukum pada tahun 2011

b) Perjanjian Multilateral
Perjanjian multilateral berarti perjanjian yang diadakan oleh banyak pihak.
Perjanjian ini biasanya tidak hanya mengatur kepentingan pihak-pihak
yang terlibat dalam perjanjian.
Dalam definisi lain, perjanjian multilateral didefinisikan sebagai perjanjian
yang diadakan oleh banyak pihak. Dalam perjanjian ini tidak hanya
mengatur kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tetapi
juga mengatur hal-hal yang menyangkut kepentingan umum dan bersifat
terbuka, yaitu memberi kesempatan bagi negara lain untuk turut serta
dalam perjanjian tersebut, sehingga perjanjian ini sering disebut law
making treaties.
Contohnya:

Konvensi Wina 1969, perjanjian internasional adalah perjanjian yang


diadakan oleh dua negara atau lebih yang bertujuan untu
mengadakan akibat-akibat hukum tertentu.

Konvensi Wina 1986, Perjanjian internasional sebagai persetujuan


internasional yang diatur menurut hukum internasional dan ditanda
tangani dalam bentuk tertulis antara satu negara atau lebih dan
antara satu atau lebih organisasi internasional, antarorganisasi
internasional.

Oppenheimer-Lauterpact, Perjanjian internasional adalah suatu


persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban
diantara pihak-pihak yang mengadakan.

Konvensi Jenewa (tahun 1949) tentang Perlindungan Korban Perang.

Konvensi Hukum Laut (tahun 1958).

Konvensi Winna (tahun 1961) tentang Hubungan Diplomatik.

2) Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, perjanjian internasional dapat dibedakan atas treaty
contract dan law making treaty.
1. Treaty contract adalah perjanjian yang dimaksudkan untuk
melahirkan akibat-akibat hukum yang hanya mengikat pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian. Kedalam jenis perjanjian seperti ini
dapat dicontohkan perjanjian antara Republik Indonesia dengan
Republik Rakyat Cina tentang dwi kewarganegaraan. Akibat-akibat
yang timbul dari perjanjian ini hanya mengikat Republik Indonesia
dan RRC.
2. Law making treaty adalah perjanjian yang akibat-akibatnya menjadi
dasar ketentuan atau kaidah hukum internasional. Kedalam jenis ini
dapat dicontohkan Konvensi Hukum Laut (tahun 1958). Konvensi
Winna (tahun 1961) tentang Hubungan Diplomatik, dan Konvensi
Jenewa (tahun 1949) tentang Perlindungan Korban Perang.
3) Berdasarkan lsinya

Segi politis, seperti Pakta Pertahanan dan Pakta Perdamaian.


Contohnya adatah NATO, ANZUS dan SEATO;

Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan.


Contohnya adalah Cgi , IMF dan iBRD;

Segi hukum, seperti status kewarganegaraan (Indonesia-RRC),


ekstradisi, dan sebagainya;

Segi batas wilayah seperti laut territorial, batas alam daratan dan
sebagainya;

Segi kesehatan seperti masalah karantina, penanggulangan wabah


penyakit AIDS.

4) Berdasarkan Prosesi Tahapan Pembentukannya

Perjanjian bersifat penting yang dibuat melalui proses perundingan,


penandatanganan, dan ratifikasi;

Perjanjian bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu


perundingan dan penandatanganan;

Setiap negara yang berdaulat memiliki kemampuan untuk


mengadakan perjanjian internasional. Sedangkan negara bagian
tidak mempunyai wewenang mengadakan perjanjian internasional,
kecuali jika diberi wewenang untuk itu oleh konstitusi negara
federal.

5) Berdasarkan Subjeknya

Perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara yang


merupakan subjek hukum internasional;

Perjanjian internasional antarnegara dan subjek hukum internasional


lainnya. Misalnya antara organisasi internasional Tahta Suci
(vatikan) dengan organisasi MEE;

Perjanjian antarsesama subjek Hukum Internasional selain negara,


yaitu antara organisasi internasional organisasi internasional
Iainnya. Misalnya kerja sama ASEAN dan MEE.

HUKUM INTERNASIONAL
A. Pengertian Hukum Internasional
Hukum Internasional adalah hukum yang berlaku di dua Negara atau lebih
yang mengatur tentang aktivitas berskala Internasional. Hukum
Internasional merupakan hukum antar Negara atau antar bangsa yang
menunjukkan pada kompleks asas dan keedah yang mengatur hubungan
antar masyarakat bangsa-bangsa atau Negara.

B. Macam-macam Hukum Internasional


Terdapat 2 macam Hukum internasional diantaranya, yaitu:
1. Hukum Internasional Publik merupakan hukum internasional yang
mengatur antara negara yang satu dengan lainnya dalam hubungan
internasional (Hukum ini disebut hukum Antarnegara).
2. Hukum Internasional Perdata merupakan hukum internasional
yang mengatur antara warga negara pada suatu negara dengan warga
negara yang berasal dari negara lain (hukum ini disebut hukum antar
bangsa).

C. Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum internasional bisa berarti dasar kekuatan mengikatnya
hukum internasional, metode penciptaan hukum internasional, atau
tempat ditemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang
dapat diterapkan pada suatu persoalan konkret. Istilah sumber hukum
internasional memiliki makna materiil dan makna formal. Sumber hukum
dalam arti materiil mempersoalkan isi/materi hukum, sedangkan sumber
hukum dalam arti formal mempersoalkan bentuk atau wadah aturan
hukum. Berikut ini penjelasan mengenai dua sumber hukum internasional,
yaitu materil dan formal.
1. Sumber Hukum Materil
Sumber hukum material adalah sumber hukum yang membahas materi
dasar tentang substansi dari pembuatan hukum itu sendiri atau prinsipprinsip yang menentukan isi ketentuan hukum internasional yang berlaku.
Ada beberapa teori yang menjelaskan dasar kekuatan mengikatnya
hukum internasional. Teori-teori tersebut seperti berikut.
1. Teori Hukum Alam (Naturalist)
Menurut para penganut ajaran hukum alam, dasar kekuatan
mengikatnya hukum internasional karena hukum internasional
tersebut merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi, yaitu
hukum alam.
2. Teori Kedaulatan (Positivisme)
Menurut aliran teori kedaulatan, dasar kekuatan mengikatnya
hukum internasional atas kehendak negara itu sendiri untuk tunduk
pada hukum internasional.
3. Teori Objectivitas
Menurut aliran teori objektivis, dasar kekuatan mengikatnya hukum
internasional adalah suatu norma hukum, bukan kehendak negara.
Pendiri aliran atau teori ini dikenal dengan nama mazhab Wiena.
Pacta sunt servanda adalah prinsip bahwa perjanjian antarnegara
harus dihormati.
2. Sumber Hukum Formal
Sumber hukum formal dalam hukum internasional ditegaskan dalam
Statuta Mahkamah Internasional pasal 38 ayat (1). Menurut pasal 38 ayat
(1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional
yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara sebagai berikut.

1. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional yang menjadi sumber hukum utama atau
primer dari hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) baik berbentuk law making treaty maupun yang
berbentuk treaty contract. Law making treaty artinya perjanjian
internasional yang menetapkan ketentuan hukum internasional
yang berlaku umum. Adapun treaty contract artinya perjanjian
internasional yang menetapkan ketentuan-ketentuan hukum
kebiasaan internasional yang berlaku bagi dua pihak atau lebih yang
membuatnya dan berlaku khusus bagi pihak-pihak tersebut. .
2. Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (international custom) adalah kebiasaan
yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum.
3. Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah prinsipprinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern, yang meliputi
semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum nasional
yang bisa diterapkan pada hubungan internasional.
4. Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum
internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal 38
ayat (1) sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala
macam peradilan internasional maupun nasional termasuk di
dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
HUBUNGAN INTERNASIONAL

Disusun Oleh :
DINDA SAVITRI
XII MIPA 3

SMA NEGERI 3 PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai